Liputan6.com, Palu - Inflasi yang terjadi selama pandemi Covid-19 di Kota Palu disebut masih merupakan inflasi tertutup atau terkendali yang belum berdampak signifikan ke masyarakat.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah yang dirilis awal Mei, 2021, Kota Palu pada April, 2021 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,08 persen dengan inflasi tahun kalender sebesar 0,71 persen dan inflasi tahun ke tahun sebesar 2,42 persen. Kota Palu menempati urutan ke-61 inflasi di tingkat nasional dan urutan ke-17 di kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua).
Advertisement
Baca Juga
Catatan inflasi itu disebut pihak Dinas Perdagangan dan Peridustrian Kota Palu sebagai inflasi tertutup yang hanya terjadi pada beberapa komoditi kebutuhan masyarakat dan belum berdampak signifikan pada daya beli dan ekonomi masyarakat. Pola distribusi komoditi dari luar daerah yang berubah akibat kebijakan pencegahan Covid-19 juga jadi sebab inflasi tersebut.
“Kalaupun terjadi inflasi itu kecil dan banyak dipicu oleh harga barang tertentu di pasar seperti cabai dan ikan yang distribusinya daerah penyangga,” kata Kadis Perdagangan dan Perindustrian Kota Palu, Syamsul Saifudin, saat memantau vaksinasi bagi pedagang di Pasar Tradisional Manonda, Kamis (20/5/2021).
Kata Syamsul, inflasi yang masih terkendali itu didapat lantaran sejak awal pendemi Covid-19 di Kota Palu pada Maret, 2020, Pemkot Palu memprioritaskan ketersediaan bahan kebutuhan pokok dengan menjaga distribusi agar kondisi pandemi tidak berimbas lebih luas ke masyarakat.
Syamsul memperkirakan inflasi selama pandemi masih akan terjadi meski tidak signifikan. Terlebih sebagian besar komoditi pokok warga Kota Palu masih bergantung dari luar daerah.
“Dari pertumbuhan ekonomi memang sejak pandemi Kota Palu menurun. Tapi tidak sampai terjadi minus. Hampir semua daerah mengalami itu,” Syamsul menjelaskan.