Pakar Petir ITB Angkat Suara Perihal Penyebab Kebakaran Kilang Pertamina Cilacap

BMKG juga menyampaikan peringatan dini bahwa pada saat tangki terbakar, hujan lebat disertai petir akan melanda Cilacap

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Nov 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2021, 19:00 WIB
Kebakaran Hebat Kilang Minyak Pertamina Cilacap
Api melalap kilang minyak milik Pertamina, di Cilacap, Jawa Tengah, Minggu dini hari (14/11/2021). General Manager Kilang Cilacap Eko Sunarno mengatakan tangki yang terbakar berisi 31 ribu kiloliter komponen produk Pertalite. (AP Photo/Agus Fitrah)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar petir Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Reynaldo Zoro menyatakan kualitas tangki milik Pertamina memenuhi berbagai standar termasuk standar dari National Fire Protection Association (NFPA).

Namun demikian, tambahnya, petir di daerah tropis seperti Indonesia memang jauh lebih kuat dibandingkan wilayah sub tropis sehingga meskipun kualitas tangki milik Pertamina dinilai sangat baik, namun tidak menutup kemungkinan bisa berlubang saat tersambar petir.

"Iya, kualitas tangki sangat bagus, telah memenuhi berbagai standar, termasuk standar National Fire Protection Association (NFPA). Tetapi petir tropis memang sangat kuat. Apabila menyambar tangki, bisa membuat meleleh, bisa berlubang,” ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa,dikutipn Antara.

Hal itu dikatakannya menanggapi adanya dugaan petir sebagai penyebab terbakarnya tangki di Kilang Cilacap, beberapa hari lalu yang disampaikan penyidik Polda Jawa Tengah yang didasarkan atas keterangan saksi dan petunjuk dari CCTV.

Sebelumnya, BMKG juga menyampaikan peringatan dini bahwa pada saat tangki terbakar, hujan lebat disertai petir akan melanda Cilacap. Kondisi serupa, juga disampaikan Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Wijonardi.

Zoro yang juga Kepala Pusat Penelitian Petir, Lightning Research Center (LRC), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)- ITB tersebut menambahkan karakteristik petir di wilayah tropis memang berbeda dibandingkan subtropis.

Petir subtropis lebih kecil, pendek, dan impulsnya lebih sedikit. Sedangkan ekor petir tropis lebih panjang, lebih tinggi, lebih curam, sehingga muatannya lebih banyak.

Petir tropis memiliki sambaran tinggi, amplitudo besar, gelombang sangat curam, impulse force-nya bisa menghancurkan, dan muatan arus petir jauh lebih besar,” katanya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

17 Kali Sambaran di Kilang Cilacap

Karena karakteristik petir tropis yang luar biasa itulah, tambahnya, maka kasus kebakaran kilang akibat petir juga bukan hanya terjadi di Indonesia.

Menurut dia, di luar negeri, terutama di wilayah tropis, peristiwa serupa juga kerap terjadi, salah satu yang paling sering terbakar akibat petir adalah kilang di Malaysia. Karena kondisinya mirip Indonesia.

Selain kualitas tangki yang sudah memenuhi syarat, lanjut Zoro, sebenarnya kilang-kilang Pertamina juga dilengkapi dengan teknologi Free Standing Mast (FSM) dan Extended Mast Terminal (EMT) pada struktur yang berfungsi sebagai sistem penangkal petir.

Bahkan, teknologi proteksi petir seperti FSM dan EMT tersebut, ujarnya, juga terdapat pada kilang Cilacap, namun memang terdapat sebagian tangki yang belum memakai teknologi tersebut.

"Malah di Cilacap, di kilangnya juga sudah dipasang. Di sana sudah lebih dari 17 kali sambaran. Jadi kalau gak pakai teknologi itu, coba dibayangkan apa yang terjadi,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya