Keren, Mahasiswa UNY 'Sulap' Limbah Ampas Tebu Jadi Masker Nanofiber

Limbah ampas tebu sering dibiarkan menjadi sampah. Namun, melalui inovasi ternyata limbah ampas tebu itu bisa berubah menjadi masker yang memiliki kemampuan di atas masker N95 dan lebih ramah lingkungan.

oleh Yanuar H diperbarui 28 Jan 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2022, 08:00 WIB
FOTO: Berburu Tebu Jelang Festival Panen Makar Sankranti
Orang-orang membeli tebu yang akan digunakan secara luas pada festival panen Makar Sankranti di pasar grosir di Bangalore, India, Rabu (12/1/2022). Makar Sankranti adalah sebuah perayaan Hindu yang dirayakan hampir seluruh bagian India dan Nepal dalam bentuk kebudayaan. (MANJUNATH KIRAN/AFP)

Liputan6.com, Yogyakarta - Limbah ampas tebu di tangan sekelompok mahasiswa UNY berubah menjadi masker nanofiber ramah yang ramah lingkungan. Para mahasiswa yang mengolah limbah ampas tebu menjadi masker nano fiber itu adalah Siti Mustika Ayu, Inten Widyaningrum, dan Dayu Arinda prodi kimia serta Intan Tri Wahyuni dan Keysa Havida Nugraha prodi pendidikan biologi.

"Setiap 1 ton tanaman tebu, akan menghasilkan 100 kilogram ampas tebu kering yang mengandung kadar selulosa 40 persen," kata Siti Mustika Ayu.

Menurut Ayu, alasan menggunakan limbah ampas tebu tersebut karena jika limbah ampas tebu tidak diolah dengan benar dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Sementara, kandungan selulosa yang ada dalam ampas tebu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan nanofiber.

"Nanofiber yang memiliki ukuran permukaan dengan dimensi antara 1-100 nm dapat dijadikan alternatif untuk menyaring debu vulkanik erupsi gunung api," ujarnya.

Inten Widyaningrum menambahkan nanofiber dapat dibuat dari selulosa yang berasal dari dinding sel tumbuhan yang diekstraksi menghasilkan serat berukuran nano.

"Dalam mengubah selulosa menjadi nanoselulosa dapat menggunakan perlakuan awal dengan alkali, kemudian diikuti dengan hidrolisis enzimatik untuk menghilangkan lignin dan membatasi degradasi karbohidrat dibandingkan dengan metode kimia lainnya," ungkap Inten.

Masker berbahan dasar nanofiber selulosa dari ampas tebu melalui metode enzimatik ini memiliki diameter 31.0 ± 10.0 nm akan lebih efektif dalam menyaring debu vulkanik berskala 2µm-300µm. Sementara, masker N95 masih belum efektif dalam menyaring debu vulkanik karena masker N95 hanya mampu menyaring debu dengan ukuran 300 nm.

Keysa mengatakan perlu ada penelitian selanjutnya untuk melakukan realisasi pengimplementasian nanofiber selulosa ampas tebu sebagai produk masker. Hal ini agar mendapatkan hasil yang maksimal.

"Diperlukan penelitian lanjutan berupa uji aktivitas antimikroba pada produk nanofiber selulosa ampas tebu agar didapatkan produk masker yang baik," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya