Kisah Warung Burjo di Yogyakarta, Penyelamat Kelaparan Mahasiswa Kantong Cekak

Masyarakat Yogyakarta, terutama para mahasiswa Yogyakarta tentu sudah tidak asing dengan istilah warung burjo atau burjoan

oleh Switzy Sabandar diperbarui 06 Feb 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2022, 07:00 WIB
ilustrasi mi instan
Mi instan buatan warmindo (dulu warung burjo) selalu dilengkapi saus dan telur. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Yogyakarta - Masyarakat Yogyakarta, terutama para mahasiswa Yogyakarta tentu sudah tidak asing dengan istilah warung burjo atau burjoan. Sekalipun sebutannya kini sudah berganti menjadi Warmindo, nama warung burjo tetap melekat di kepala dan selalu digunakan untuk penyebutan.

Setiap sudut kota Yogyakarta, bahkan sampai di pinggiran yang mendekati pelosok pun tersebar warung burjo. Aslinya, nama burjo berasal dari akronim bubur kacang ijo atau hijau.

Meskipun merajalela di Yogyakarta, burjo berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Penjual burjo di Yogyakarta rata-rata berasal dari Kuningan Jawa Barat.

Uniknya, meski berasal dari Kuningan, Jawa Barat, justru burjo sangat jarang ditemui di Kuningan.

Dikutip dari berbagai sumber, Rurah Salim disebut-sebut sebagai pelopor warung burjo di Yogyakarta pada 1943. Semula, ia berjualan bubur kacang hijau dengan cara dipanggul dan berkeliling.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Menjamur pada 2000

Karena usia yang semakin tua dan semakin banyaknya peminat, Rurah Salim kemudian membuka kios. Warung burjo menjamur mulai 2000 seiring dengan ramianya Yogyakarta sebagai kota mahasiswa.

Burjo berkembang menjadi tempat makan favorit mahasiswa Yogyakarta. Widak hanya menyajikan menu bubur kacang hijau dan ketan hitam, warung burjo juga menyediakan aneka olahan mi instan.

Harga menu di warung burjo terbilang murah dan sangat ramah di kantong mahasiswa dan pelajar, mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 15.000. Menu yang ditawarkan juga berkembang, tidak lagi sebatas bubur kacang hijau dan olahan mi instan, melainkan juga menu nasi sarden, nasi telur, dan sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, warung burjo yang kini disebut warmindo justru tidak lagi menyediakan menu bubur kacang hijau. Mungkin masih ada, tetapi sangat jarang dan susah dicari.

Keberadaan warung burjo kini dapat ditemui hampir di setiap pojok indekos atau di sekitar universitas Kota Yogyakarta. Para pemilik Burjo harus berlomba-lomba menarik pelanggan dengan menerapkan sistem harga murah, pelayanan cepat, dan tempat yang santai. Bahkan tidak jarang di burjo terdapat internet gratis hingga layar proyektor.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya