Banyumas dan Cilacap Terasa Lebih Dingin dari Biasanya, Aphelion?

Beredar boradcast melalui aplikasi pesan bahwa penurunan suhu terjadi karena fenomena Aphelion, benarkah?

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Feb 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2022, 08:30 WIB
Pesisir selatan Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Pesisir selatan Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Beberapa waktu terakhir, masyarakat di Banyumas, Cilacap dan sebagian besar wilayah Jawa Bagian selatan merasakan suhu lebih dingin dari biasanya.

Lantas, beredar kabar suhu dingin tersebut dipengarui oleh fenomena Aphelion, yakni titik terjauh matahari ke bumi. dalam narasi itu, dijelaskan bahwa selama beberapa waktu ke depan suhu bumi akan terasa lebih dingin dari biasanya.

Soal ini, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan suhu dingin pada akhir dasarian awal Februari sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh musim hujan.

Kini, periode musim angin barat telah dimulai. Angin bertiup dari Benua Asia ke Australia.

Secara kebetulan, terdapat pusat tekanan rendah di Samudra Hindia selatan Jawa Barat. Kecepatan angin di daratan terpantau sekitar 25 knot.

“Pada saat ini kan angin baratan dari Benua Asia yang memiliki tekanan tinggi ke Benua Australia atau belahan bumi selatan yang memiliki tekanan rendah. Nah, kebetulan saat ini di wilayah Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Barat terdapat pusat tekanan rendah,” Rendy menjelaskan,Selasa (8/2/2022).

Dia membantah fenomena Aphelion memengaruhi suhu pada Februari ini. Menurut dia, fenomena ini tak terlampau berpengaruh terhadap perubahan suhu.

Suhu yang terasa dingin ini lebih dipengaruhi tiupan angin yang intensif. Dan itu terjadi bukan hanya di Jawa, melainkan sampai ke Bali dan NTB.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:


Waspada Kecepatan Angin

Ilustrasi topan badai di pesisir (AFP Photo)
Ilustrasi topan badai di pesisir (AFP Photo)

Terkait kecepatan angin ini, Rendy mengimbau agar masyarakat mewaspadai angin kencang yang dua hari terakhir ini terjadi di wilayah Jawa bagian selatan, termasuk Banyumas dan Cilacap.

Selain rawan menyebabkan pohon tumbang, kecepatan angin yang tinggi ini juga memicu meningkatnya ketinggian gelombang di perairan Samudra Hindia.

Menurut dia, kecepatan angin sekencang ini berpotensi menyebabkan pohon atau bangunan vertikal lain, seperti baliho tumbang. Karena itu, masyarakat diminta mengantisipasi dengan memangkas pohon di dekat permukiman yang terlalu rimbun dan memotong pohon yang sudah terlalu tinggi.

“Maka ketika perbedaan tekanan udara yang sagat signifikan itu akan memicu embusan atau kecepatan angin yang cukup tinggi,” ujarnya.

Rendy menjelaskan, kecepatan angin ini juga memicu meningkatnya ketinggian gelombang di perairan selatan. Terpantau ketinggian gelombang mencapai empat meter dan membahayakan seluruh jenis kapal, baik berukuran kecil maupun besar.

Karena itu, dia menyarankan agar nelayan sementara waktu libur melaut sampai perairan relatif aman. Dia memperkirakan, pusat tekanan rendah akan terus bergerak menjauh dan kecepatan angin akan normal sehingga kecepatan angin akan berangsur normal.


Hoaks Aphelion Turunkan Suhu

Gambar Tangkapan Layar Klaim Fenomena Aphelion Sebabkan Suhu Dingin di Indonesia (sumber: Facebook).
Gambar Tangkapan Layar Klaim Fenomena Aphelion Sebabkan Suhu Dingin di Indonesia (sumber: Facebook).

Plt. Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Urip Haryoko membantah klaim fenomena Aphelion membuat suhu lebih dingin.

"Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu di Bumi. Hal itu termasuk pada periode Bumi letaknya lebih dekat dengan Matahari (Perihelion)" kata Haryoko.

Menurut Haryoko, cuaca dingin yang terjadi dalam beberapa hari terakhir bukanlah karena Aphelion, namun akibat faktor-faktor lain di luar sebab Bumi berada di jarak terjauh dari Matahari.

Di waktu yang sama, secara umum, wilayah Indonesia juga berada pada periode musim hujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022.

Dikutip dari situs Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), fenomena Aphelion merupakan keadaan dimana titik orbit Bumi terjauh dari Matahari. Fenomena Aphelion ini terjadi karena orbit bumi tidak melingkar dengan sempurna melainkan berbentuk elips.

Saat fenomena Aphelion terjadi, diameter matahari akan terlihat lebih kecil dibandingkan rata-rata, yakni sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68 persen. Selain itu, saat posisi matahari di utara, terjadi tekanan udara di belahan utara yang lebih rendah dibandingkan belahan selatan yang mengalami musim dingin.

Namun, LAPAN menyebutkan posisi bumi yang berada pada titik terjauh dari matahari tidak akan berpengaruh pada suhu maupun panas yang diterima bumi. Panas dari matahari akan terdistribusi ke seluruh bumi, dengan distribusi yang juga dipengaruhi pola angin.

Sumber:

https://www.lapan.go.id/posts/media

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya