Liputan6.com, Jakarta - Fenomena Aphelion menjadi perbincangan. Pasalnya, sebuah pesan berantai menyebut cuaca dingin di beberapa wilayah Indonesia di awal 2022 akibat adanya fenomena ini.
Meski begitu, dikutip dari Antara, Selasa (4/1/2022), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membantah hal tersebut.
Baca Juga
"Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu di Bumi. Hal itu termasuk pada periode Bumi letaknya lebih dekat dengan Matahari (Perihelion)" kata Plt. Deputi Klimatologi BMKG, Urip Haryoko.
Advertisement
Mengutip Almanac, Bumi sendiri mencapai titik terdekatnya dengan Matahari sekitar dua pekan setelah titik balik matahari di bulan Desember, dan di 2022, terjadi pada 4 Januari.
Situasi di titik orbit Bumi mengitari matahari ini disebut dengan fenomena Perihelion.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jarak Terjauh dan Terdekat Bumi dengan Matahari
Istilah perihelion dan aphelion mendeskripsikan titik-titik yang berbeda dalam orbit Bumi terhadap matahari. Bumi sendiri mengorbit matahari dalam lintas elips yang berbentuk oval, bukan lingkaran.
Ini berarti, Bumi akan ada di sekitar 3 juta mil lebih dekat ke Matahari pada Januari di titik terdekatnya, dibandingkan Juli di titik terjauhnya.
Maka dari itu, bisa didefinisikan Aphelion adalah titik orbit Bumi yang terjaduh dari matahari, sementara Perihelion adalah titik orbit Bumi yang terdekat dengan Matahari.
Kedua kata ini berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu "helios" atau "matahari", apo berarti "jauh", dan peri berarti "dekat."
Di 2022, Bumi berada di Perihelion pada 4 Januari jam 01.52 AM Waktu Timur atau 13.52 WIB. Mengutip timeanddate, di sini, jarak dari pusat Matahari ke pusat Bumi adalah 147.105.052 km (91.406.842 mil).
Sementara untuk Aphelion, akan terjadi tanggal 4 Juli 2022 pukul 03.10 AM Waktu Timur atau 15.10 WIB.
Advertisement
Pengaruhi Musim dan Cuaca?
Jarak Bumi ke Matahari sendiri tidak berpengaruh pada musim di planet ini. Musim terjadi karena sumbu Bumi yang miring.
Hal ini karena Bumi mengorbit Matahari dengan kemiringan, sehingga planet mendapat lebih banyak atau lebih sedikit sinar matahari langsung pada waktu yang berbeda-beda dalam satu tahun.
Selain itu, BMKG menjelaskan, kondisi Aphelion tidak berpengaruh pada fenomena atmosfer di permukaan.
Menurut Haryoko, cuaca dingin yang terjadi dalam beberapa hari terakhir bukanlah karena Aphelion, namun akibat faktor-faktor lain di luar sebab Bumi berada di jarak terjauh dari Matahari.
Di waktu yang sama, secara umum, wilayah Indonesia juga berada pada periode musim hujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022.
(Dio/Ysl)
Infografis Gerhana Matahari Total, Tidak Buta karena Gerhana
Advertisement