Jelang Idul Adha, Sapi dan Kambing Asal NTT dan Sulawesi Mulai Masuk ke Balikpapan

Jelang Idul Adha hewan kurban seperti sapi dan kambing mulai masuk ke Kota Balikpapan, hewan-hewan ini didatangkan dari NTT dan Sulawesi yang tidak ditemukan adanya wabah PMK.

oleh Apriyanto diperbarui 08 Jun 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2022, 12:00 WIB
Peternakan Sapi
Salah satu peternakan sapi di Balikpapan. (Liputan6.com/Istimewa)

Liputan6.com, Balikpapan - Menjelang hari raya Idul Adha permintaan hewan kurban meningkat di Kota Balikpapan. Namun, dengan adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) membuat pasokan hewan kurban yang masuk menjadi berkurang. Hal ini dipastikan berimbas naiknya harga hewan kurban baik sapi maupun kambing.

Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) Kota Balikpapan Heria Prisni mengungkapkan, di Kota Balikpapan, untuk hewan kurban membutuhkan sekitar 3.000 ekor sapi. Hal ini berdasarkan realisasi pada tahun 2021 lalu, sapi yang dibutuhkan sebanyak 2.950 ekor.

Namun, untuk saat ini stok sapi di Balikpapan baru ada sekitar 1.300 ekor, sehingga masih dibutuhkan 1.700 ekor sapi yang harus didatangkan dari luar daerah seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi.

"Dan bersyukur sapi yang berasal dari NTT dan Sulawesi sudah bisa masuk ke Balikpapan, dengan syarat melakukan karantina selama 14 hari di daerah asal dan 3 hari Balikpapan," terang Heria Prisni, pada Selasa (7/6/2022).

Sejumlah Daerah Pengirim Sapi yang di Lockdown

Penyakit Mulut dan Kuku Merebak, Kementan Beri Bantuan Obat-Obatan dan APD
Kementan gerak cepat untuk mengendalikan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang merebak pada hewan ternak.

Sementara untuk hewan ternak yang berasal dari Jawa Timur, Aceh, Jawa Barat Kalimantan Tengah dan Selatan, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah dinyatakan terkontaminasi wabah PMK, dan kran hewan ternak dari sana pun sementara ditutup.

Meski demikian, sapi dan kambing yang berasal dari NTT dan Sulawesi wajib dilakukan karantina, hal ini untuk memastikan bahwa sapi tersebut tidak menunjukkan gejala klinis seperti demam sampai 41 derajat Celsius, mulutnya sariawan dan pecah-pecah, air liur menetes berlebihan, dan kuku kaki melepuh.

"Ketika sapi itu tidak menunjukkan gejala klinis, baru diperbolehkan untuk dikirim ke rumah potong hewan (RPH) ataupun dijual," katanya.

Heria menambahkan, dalam waktu 2 minggu ke depan ini akan datang lagi sekitar 85 ekor sapi, hal ini berdasarkan surat karantina dari NTT dan Sulawesi.

Sementara, untuk stok kambing ada 300 ekor, dan yang dibutuhkan kurang lebih 1.000 ekor. Hanya saja surat yang masuk ke DP3 melalui rekomendasi dan sudah dalam tahap karantina ada sekitar 5.600 ekor kambing, hal ini untuk mengantisipasi kurangnya stok sapi yang dibutuhkan saat Idul Adha.

"Jadi 2 minggu nanti akan masuk kambing sekitar 5.600 ekor, kalau sapi masih 85 ekor dari NTT dan Sulawesi," bebernya.

Meski Balikpapan tidak termasuk daerah terkontaminasi PMK, tetapi diarahkan untuk menutup sementara jalur distribusi sapi maupun kambing dari luar daerah terdampak PMK.

"Jangan sampai masuk Balikpapan, kasihan peternak sapi karena penularannya cepat sekali," imbaunya.

Heria mengakui tingginya risiko kematian hewan ternak yang diakibatkan oleh wabah ini. Meski tidak berisiko terhadap manusia apabila dikonsumsi, wabah PMK tentu berdampak kerugian bagi peternak.

"Sapi bisa mati tiba-tiba kalau tertular, kasihan peternak kita kalau begitu. Sebenarnya kalau untuk dikonsumsi manusia, asalkan dimasak dengan benar masih aman," dia memungkasi.

Sampai saat ini, pihak DP3 terus mengantisipasi penyebaran wabah PMK dengan menurunkan dokter hewan ke lapangan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya