Cerita Rakyat Populer Asal Jawa Timur Menyimpan Banyak Pesan Moral

Cerita yang disampaikan lewat tutur ini memiliki pesan moral yang bisa menjadi tuntunan kita dalam menapaki kehidupan di masyarakat.

oleh Panji Prayitno diperbarui 24 Sep 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2022, 00:00 WIB
Cerita Rakyat Populer Asal Jawa Timur Menyimpan Banyak Pesan Moral
Patung Reog Ponorogo Jawa Timur. Foto (Pemkab Ponorogo)

Liputan6.com, Jakarta - Jawa Timur adalah provinsi dengan kebudayaan yang kental dan sarat makna. Tidak hanya tentang musik atau tradisi khasnya yang bisa dinikmati masyarakat maupun wisatawan.

Terdapat sejumlah cerita rakyat Jawa Timur yang memiliki jalan cerita menarik dan penuh hal baik. Cerita yang disampaikan lewat tutur ini memiliki pesan moral yang bisa menjadi tuntunan kita dalam hidup.

Berikut terdapat 5 cerita rakyat dari Jawa Timur yang bisa disimak untuk menambah wawasan. Terkadang memang terkesan mengada-ada, tetapi sebenarnya sarat akan pelajaran yang bisa dipetik. Yuk, langsung simak saja!

Asal-Usul Reog Ponorogo

Budaya Reog Ponorogo merupakan salah satu tradisi yang sudah dikenal warga. Namun, apakah anda tahu bagaimana kisah awal adanya Reog Ponorogo ini? Ternyata berkaitan dengan Kerajaan Kediri.

Konon, dulu terdapat seorang putri kerajaan yang begitu jelita. Ia adalah Dewi Sanggalangit, putri dari Kerajaan Kediri. Dewi Sanggalangit mengadakan sayembara untuk menikahinya dengan syarat untuk menyajikan sebuah pertunjukan dengan tarian yang diiringi musik gamelan, barisan kuda kembar, dan binatang berkepala dua. Tampak sangat mustahil sehingga semuanya mundur kecuali Singabarong dan Kelana Swandana.

Singabarong yang bingung memenuhi syarat akhirnya memutus Sang Patih untuk menyelidiki Kelana Swandana. Tahu bahwa Kelana sudah menyiapkan semuanya kecuali binatang berkepala dua, ia menjadi khawatir. Akhirnya ia akan menyerang Kelana. Namun, Kelana tahu dan memusnahkan pasukan Singabarong.

Dengan kekuatan sakti, Kelana mengubah Singabarong menjadi harimau dengan burung merah di kepalanya untuk memenuhi syarat sayembara. Akhirnya, Dewi Sanggalangit memilih Kelana Swandana untuk menikahinya dan sejak saat itu pertunjukan serupa terus digelar lalu disebut Reog Ponorogo.

Paduan Nama yang Baik

Terdapat kisah unik di Jawa Timur mengenai paduan nama yang baik sebagai syarat ketika akan menentukan pasangan. Kisah itu berdasarkan cerita rakyat dari Jawa Timur yang berjudul “Paduan Nama yang Baik” dengan tokoh bernama Lasmudin dan Mukdima.

Lasmudin tidak mau membantu ayah mertua di sawah dan hanya membuat boneka. Orangtua Mukdima itu marah terlebih Lasmudin yang justru menjawab bahwa paduan nama keduanya yang sudah baik pasti akan membawa keberuntungan.

Dan, hal tersebut benar adanya ketika suatu hari pihak kerajaan mendatangi Lasmudin untuk meminta dibuatkan boneka untuk menghibur Putri yang sedang sakit. Akibat jasanya, Raja menghadiahi banyak uang dan emas.

Sejak saat itu, orangtua Mukdima tidak marah lagi kepada Lasmudin dan membiarkan menantunya itu terus membuat boneka dan tidak memarahi meskipun tidak membantu pekerjaan di sawah.

 

Asal-Usul Sungai Brantas

Sungai Brantas yang berkelok-kelok banyak membuat orang kagum. Ternyata, ada cerita rakyat yang menurutkan tentang itu loh.

Konon, dahulu Raja memiliki ular naga yang begitu besar. Ketika Raja memanggilnya, ular naga tersebut akan melata dan berkelok di dari tempat tinggalnya ke istana. Jalan yang digunakan ular naga melata tersebut kemudian digenangi air dan menjadi sungai.

Asal Mula Babah

Babah biasanya digunakan untuk menyebut etnis Tionghoa oleh orang Jawa. Konon, kisah ini digunakan untuk membuat diskriminasi.

Nah, kata babah berasal dari kata mbabah yang artinya mencari jalan. Jadi, etnis Tionghoa mencari jalan di hutan belantara kemudian sampai di Jawa.

Dahulu, kisah ini digunakan untuk menceritakan kisah anak Adam yang melarikan diri ke tengah hutan karena pernikahannya tidak direstui. Nah, karena kesamaan ini, membuat orang Tionghoa menganggap dirinya begitu rupawan dan orang Jawa yang sebaliknya.

Sura Alap Alap dan Ikan Tageh

Cerita rakyat dari Jawa Timur ini berlatar waktu ketika Indonesia masih dijajah oleh kompeni. Dikisahkan Sura Alap Alap yang mendapat tugas untuk mengusir kompeni di Jawa Timur. Akan tetapi, ternyata jumlah pasukan lawan dan senjata mereka jauh lebih banyak ketimbang penduduk pribumi.

Takut banyak korban yang tewas, akhirnya Sura Alap Alap mengajak semua penduduk untuk pergi dari sana. Ajaibnya, tiba-tiba dusun berubah menjadi telaga dan dipenuhi ikan tageh. Para penjajah yang melihatnya akhirnya kabur karena di sana sudah tidak ada penduduk untuk diperangi.

Sura Alap Alap yang tahu penjajah kabur tersebut, akhirnya menyuruh penduduk kembali ke dusun dan ternyata telaga sudah kering dan bisa ditinggali kembali. Sejak saat itu, Sura Alap Alap memberi perintah untuk jangan sekali-kali memakan ikan tageh yang sudah menolong mereka dari penjajah.

Wah, seru sekali ya ternyata cerita rakyat dari Jawa Timur. Lima cerita rakyat tersebut bisa dituturkan kepada anak-anak sehingga wawasan mereka bertambah luas. Sebab, biasanya cerita rakyat memiliki kisah nyata yang dituturkan dengan bumbu fiksi. Pun memiliki pelajaran yang bisa menginspirasi dan mengajarkan anak-anak untuk berbuat baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya