Liputan6.com, Pekanbaru - Pulau Bengkalis dan beberapa daerah lainnya di Kabupaten Bengkalis, Riau, tengah menghadapi ancaman abrasi serius. Bahkan peneliti dari Jepang memprediksi Pulau Bengkalis akan tenggelam jika hantaman ombak laut itu tak ditanggulangi dengan cepat.Â
Wakil Bupati Kabupaten Bengkalis Bagus Santoso menjelaskan, prediksi ini disampaikan peneliti dari Universitas Yamaguchi, Jepang Profesor Koichi Yamamoto. Salah satu faktornya adalah lahan gambut.
Advertisement
Baca Juga
Profesor Koichi, terang Bagus, menyebut gambut di pesisir Pulau Bengkalis mengalami longsor atau peat slide dan terburai ke laut atau bog burst. Pemicu proses ini, selain deforestasi, adalah alih guna lahan gambut.Â
"Kemudian juga masifnya kanalisasi sebagai upaya drainase dalam pembangunan perkebunan," ungkap Bagus, Kamis siang, 15 Desember 2022.
Bagus mengatakan, penelitian abrasi di Bengkalis sudah disampaikan dalam diskusi ilmiah tentang ancaman Erosi dan Abrasi Lahan Pesisir Pulau Gambut. Kegiatan ini diselenggarakan Pusat Studi Bencana Universitas Riau awal pekan lalu.Â
"Ahli Enviromental Engineering dan Sediment Transport itu telah melakukan penelitian selama enam tahun terakhir di Pulau Bengkalis, salah satu pulau yang berada di pesisir Riau dan tepat berlokasi di bibir Selat Malaka," jelas Bagus.Â
Bagus menjelaskan, potensi abrasi di Kabupaten Bengkalis sangat besar. Selama ini sudah ada 222 kilometer panjang abrasi di sejumlah bibir pantai dengan kondisi kritis 121 kilometer.
Â
Â
Luluh Lantak
Abrasi terbaru terjadi pada 12 Desember 2022. Gelombang laut Selat Malaka menyebabkan abrasi sehingga lahan perkebunan luluh lantak dan jalan retak-retak di Desa Simpang Ayam.Â
Kejadian tersebut sudah berulang kali terjadi. Pemerintah Kabupaten Bengkalis mencatat banyak kebun, jalan, rumah, pemukiman, lapangan bola sampai kuburan amblas ke laut.Â
"Ini tidak bisa dibiarkan, Pemerintah Pusat harus segera membangun pemecah gelombang di sepanjang pantai laut di Bengkalis," imbuh Bagus.Â
Selama ini, Pemerintah Kabupaten Bengkalis sudah menangani 31,6 kilometer abrasi menggunakan anggaran APBD Bengkalis dan APBD Riau. Dengan jumlah 121 kilometer abrasi kritis tinggal sekitar 89,9 kilometer yang perlu ditanggulangi.Â
Bagus menjelaskan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bengkalis telah menggunakan Rp326,575 miliar membangun infrastruktur pencegah abrasi. Jumlah itu dipergunakan selama lebih kurang 8 tahun.
Â
Advertisement
Butuh Rp2,3 Triliun
Saat ini, Kabupaten Bengkalis mengusulkan dan menyerahkan proposal Rp2,3 triliun untuk penanganan abrasi pantai ke Pemerintah Pusat. Sasarannya adalah abrasi di Pulau Bengkalis, Bandar Laksamana, Sepahat, Tenggayun hingga Pulau Rupat.Â
"Secara kewenangan, pemecah gelombang berada pada pemerintah pusat, Kabupaten Bengkalis adalah wilayah NKRI pulau terdepan berhadapan dengan selat Melaka," ungkap Bagus.Â
Bagus menambahkan, biaya membangun pemecah gelombang sangat besar. Per meter diperkirakan Rp 23 juta sehingga per kilometer membutuhkan Rp 23 miliar.Â
"Pemecah gelombang ini harus segera dibangun," pintanya.