Begini Sejarah dan Arti Angka di Belakang Merek Bakpia Pathuk Yogyakarta yang Tersohor

Ternyata bakpia bukan berasal dari Yogyakarta.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 16 Des 2022, 00:06 WIB
Diterbitkan 16 Des 2022, 00:04 WIB
20160919- Gunungan Bakpia Siap Jadi Rebutan-Merti Bakpia-Yogya- Boy Harjanto
Ribuan bakpia disiapkan warga Ngampilan untuk diperebutkan warga Yogyakarta, Minggu (18/9). Harapannya, kegiatan kirab ini bisa mengingatkan warga bahwa asal usul bakpia dari Kampung Pathuk Kelurahan Ngampilan. (Liputan6.com/ Boy Harjanto)

Liputan6.com, Yogyakarta - Bakpia merupakan makanan yang terbuat dari tepung terigu dengan isian berupa kacang hijau dicampur gula. Umumnya, bakpia dimasak dengan cara dipanggang.

Makanan ini menjadi salah satu buah tangan khas Yogyakarta yang banyak dicari. Namun, ternyata bakpia bukan berasal dari Yogyakarta, melainkan dari Cina.

Mengutip dari 'Bakpia Sebagai Bentuk Akulturasi Budaya Indonesia dan Tiongkok di Bidang Kuliner (Studi Kasus Bakpia 29)' oleh Amelia Puspita, bakpia terbentuk dari pengaruh akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa. Perpaduan kuliner ini berhasil menghidangkan kue yang nikmat.

Sementara, mengutip dari sibakuljogja.jogjaprov.go.id, bakpia berasal dari dialek Hokkian dengan nama asli Tou Luk Pia. Secara harfiah, frasa tersebut berarti kue atau roti yang berisikan daging.

Pada 1940-an, bakpia pertama kali dibawa oleh pendatang asal Tiongkok, Kwik Sun Kwok, ke Yogyakarta. Saat itu, Kwik menyewa sebidang tanah di Kampung Suryowijayan, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, milik seorang warga lokal bernama Niti Gurnito.

Awalnya, bakpia dibuat menggunakan isian daging dan minyak babi. Namun, selanjutnya dimodifikasi menjadi kue yang tidak lagi menggunakan minyak babi dengan isian kacang hijau.

Selanjutnya, cita rasa bakpia disesuaikan dengan lidah masyarakat Yogyakarta. Bakpia hasil adaptasi ini mulai digemari banyak orang dan berhasil diterima oleh semua lapisan masyarakat

Pada 1980-an, bakpia semakin populer dengan kemunculan produsen-produsen rumahan bakpia di kawasan Pathuk. Para penjual membuka toko di rumah masing-masing untuk memasarkan bakpia buatannya.

Bakpia ini dikemas menggunakan dus atau kertas karton. Saat ini, bakpia tersebut sangat populer dengan nama Bakpia Pathuk

Seiring berjalannya waktu, Bakpia Pathuk saat ini tidak hanya berisi kacang hijau. Sejumlah isian juga menjadi favorit beberapa orang, seperti kumbu hitam, coklat, keju, nanas, duren, coklat kacang, dan lainnya.

Bahkan, saat ini juga banyak muncul modifikasi rasa baru, seperti cappucino, bakpia ubi ungu, dan bakpia kimpul. Sebagai makanan tradisional khas Yogyakarta, bakpia telah menarik banyak perhatian wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Arti Angka di Belakang Merek Bakpia Pathuk

Masih dari sumber yang sama, terkait nama Bakpia Pathuk yang diikuti dengan angka sebenarnya berkaitan erat dengan sejarahnya. Awalnya, produsen Bakpia Pathuk memberi merek bakpianya menggunakan nomor rumah yang digunakan sebagai tempat produksi dan usaha.

Misalnya, Liem Bok Sing dan penerusnya, Yung Yen, memberi merek 'Bakpia Patuk 75' karena awalnya ia membuka usaha di Jalan Pathuk nomor 75. Hal yang sama juga terjadi pada Tan Aris Nio, perintis lanjutan dari jajanan Bakpia Pathuk, memberi merek 'Bakpia Pathuk 25' karena awalnya ia membuka usaha di Jalan Pathuk nomor 25.

Seiring berjalannya waktu, muncul merek-merek Bakpia lainnya yang tanpa membubuhkan nomor di belakang merek, misalnya Bakpia Kurnia Sari,  Bakpia Djava, Bakpia Vista, dan lainnya. Pemberian merek ini selebihnya disesuai dengan kehendak masing-masing pengusaha, bukan lagi merujuk pada nomor rumah atau nomor toko.

Bagi kamu yang berencana berlibur ke Yogyakarta, bakpia menjadi oleh-oleh Yogyakarta yang pas untuk keluarga dan kerabat di kota asal. Pasalnya, keberadaan bakpia sangat mudah ditemukan karena telah menjadi salah satu identitas Kota Yogyakarta.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya