Perlindungan Data Pribadi Dalam Isu Pilpres 2024

Rendahnya literasi digital dan perlindungan data pribadi bisa mengakibatkan bonus demografi sia-sia.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 05 Mei 2023, 09:23 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2023, 09:23 WIB
Ibnu
Aktivis analisis media sosial dan pakar perlindungan data pribadi. Foto: liputan6.com/Edhie Prayitno Ige 

Liputan6.com, Semarang - Pandemi telah memaksa semua negara termasuk Indonesia melakukan digitalisasi dengan cepat. Hal itu menyadarkan adanya keterbatasan di sisi SDM.

Menurut Direktur Eksekutif Siber Sehat Indonesia, Ibnu Dwi Cahyo, saat ini sangat mendesak dilakukan perbaikan sektor perlindungan data pribadi.

"Menambahkan kurikulum terkait siber seharusnya bisa dilakukan dengan segera. Ini dari sektor pendidikan," kata Ibnu.

Pakar analisa media sosial dan perlindungan data pribadi ini menjelaskan bahwa perbaikan literasi digital lewat institusi pendidikan formal tidak bisa ditunda lagi. Semua sentra kehidupan sudah tersentuh digitalisasi, sudah seharusnya lembaga pendidikan formal menjadi tempat pertama dan untuk belajar apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di wilayah siber.

“Literasi digital ini sangat penting, kita akan menghadapi pemilu dan pilpres di 2024. Semua terhubung satu sama lain dan saling mempengaruhi. Saat itu potensi konflik meningkat dan berita bohong naik," kata Ibnu.

Peningkatan literasi digital harus menyertakan berbagai intrumen tambahan agar para pengajar juga bisa update dengan perkembangan digital yang terjadi. Ini penting agar ada relasi antara murid sebagai “native digital” dengan para pengajar.

“Literasi digital ini tak hanya membantu meningkatkan pemilu dan pilpres yang berkualitas. Lebih jauh bisa meningkatkan kepercayaan dunia internasional dan investor ke Indonesia," kata Ibnu.

Dengan mendorong literasi digital di lembaga pendidikan formal, ini akan membantu Indonesia bergerak evolusioner bahkan revolusioner bersamaan dengan bonus demografi yang sedang dan akan dinikmati Indonesia.

“Pendidikan adalah kunci utama menghadapi bonus demografi yang sedang dan akan segera datang ke Indonesia. Literasi digital bisa menjadi salah satu faktor penopang agar bonus demografi ini benar-benar bermanfaat bagi Indonesia, bukan menjadi “kiamat” kegagalan. Dengan literasi digital yang baik, kita masyarakat Indonesia bisa lebih produktif dan menghasilkan devisa lebih banyak bagi negara,” katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya