Bupati Sumba Timur Khristofel Praing: Bangun Literasi Bukan Cuma Bebas Buta Aksara

Literasi bukan hanya soal bebas buta aksara tapi bagaimana masyarakat memiliki kecakapan hidup untuk menciptakan esejahteraan.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 25 Mei 2023, 16:13 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2023, 16:13 WIB
Literasi Sumba Timur
Safari Literasi Duta Baca Indonesia di Waingapu, Kamis (25/5/2023). (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Sumba Timur - Sejarah peradaban manusia mencatat bangsa yang maju tidak mengandalkan sumber daya alam melainkan masyarakat yang literat. Dewasa ini, literasi tidak hanya tentang baca-tulis, namun justru terlibat dalam setiap aspek kehidupan manusia. Literasi terkait erat dan kuat hubungannya dengan akal budi dan pemantapan mental.

Bupati Sumba Timur Khristofel Praing mengatakan pandangan literasi dikaitkan dengan kemantapan baca-tulis dapat dimaklumi karena buku adalah unsur vital literasi sejak dulu. Buku merupakan sumber pengetahuan luar biasa dalam dinamika kehidupan intelektual.

"Sulit bayangkan literasi berjalan maksimal tanpa melibatkan buku dalam kehidupan manusia. Buku adalah media transmisi informasi efektif dari dulu hingga sekarang," kata Khrishtofel saat membuka Safari Literasi Duta Baca Indonesia di Waingapu, Kamis (25/5/2023).

Literasi bukan hanya soal bebas buta aksara tapi bagaimana masyarakat memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia. Bangsa dengan budaya literasi tinggi ditunjukkan oleh kemampuannya dalam berkolaborasi, berpikir kritis, komunikatif, dan kreatif sehingga mampu memenangi persaingan global.

Kolaborasi dan kerja sama menjadi kata kunci untuk menjawab upaya mendorong literasi di masyarakat. Peran aktif pemerintah daerah amat diharapkan mengingat budaya literasi adalah hal yang esensial dan potensial bagi pertumbuhan pembangunan di daerah.

"Namun, masih banyak daerah belum paham betul peranan perpustakaan dan budaya baca sehingga keberpihakan tentang literasi di daerah belum nampak," kata Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar.

Adin menegaskan, tidak ada satu negara di dunia yang memiliki produktivitas yang kuat dan kesejahteraan tinggi tanpa perilaku gemar membaca yang kuat. Contoh, negara Finlandia yang tidak banyak memiliki sumber daya alam dan resources yang kuat tapi hidupnya sejahtera karena masyarakatnya pembelajar.

"Mereka punya perilaku kuat untuk membaca. Ada transfer knowledge sehingga orang menjadi produktif, kreatif dan bisa meningkatkan kesejahteraan," kata Adin.

Sementara itu, Bunda Literasi Kabupaten Sumba Timur Periode 2023-2024 Merliaty Simanjuntak yang dikukuhkan pada kesempatan yang sama mengatakan budaya masyarakat Sumba Timur adalah bertutur atau bercerita.

"Masyarakat Sumba Timur budayanya bercerita atau bertutur. Di Sumba Timur ini tidak ada aksara. Literasi di Sumba Timur ada pada cerita pada motif kain yang ditenun oleh masyarakat. Ini yang perlu dideskripsikan agar masyarakat luar mengerti budaya Sumba Timur," katanya.

Melalui perannya sebagai penggerak PPK dan Bunda Literasi, Merliaty juga akan memotivasi masyarakat melalui pendekatan dasawisma atau kelompok terkecil di masyarakat (RT).

"Kami dorong mereka untuk membuka sudut baca sehingga anak-anak bisa mendapatkan cerita dan pengetahuan di sana. Dengan begitu anak-anak akan berkreativitas lewat informasi dari buku dan cerita," imbuhnya.

 

Anak-Anak Harus Giat Membaca

Safari Literasi DBI di Sumba Timur turut melibatkan 120 peserta didik tingkat Sekolah Dasar dan Taman Kanak-Kanak untuk mendengarkan dongeng bersama Pendongeng Sogi Indra Dhuaja.

Sogi mengajak orang tua untuk tidak takut memulai membacakan cerita untuk anak-anak mereka. Karena menurut Sogi membangun ikatan dengan anak bisa dilakukan melalui komunikasi salah satunya melalui bercerita.

"Jangan takut membacakan buku atau bercerita berulang. Bisa ditambahkan pengalaman kita juga untuk menjadi cerita menarik bagi anak. Sehingga bisa memicu daya imajinasi anak akan berkembang," kata Duta Baca Indonesia, Heri Hendrayana atau yang akrab disapa Gol A Gong menceritakan kehidupan masa kecilnya yang secara rutin mendengarkan dongeng dari sang Ibu.

Gol A Gong merasa mendapatkan manfaat yang baik dalam membentuk karakter.

"Kalau di rumah itu budaya tutur yang diterapkan oleh ibu saya. Tanpa saya sadari dari apa yang disampaikan saya jadi belajar tentang akhlak, karakter," ungkapnya.

Tak hanya itu, penulis Balada Si Roy ini juga menyampaikan motivasi kepada anak-anak untuk selalu giat membaca. Dengan menjadikan membaca sebagai hobi maka seseorang akan menambah ilmu pengetahuan.

"Ketika saya membaca buku, saya dapat berimajinasi dan berkembang. Hingga hari ini dengan kebiasaan membaca buku, alhamdulillah saya dapat menulis buku," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya