Kisah Perjuangan Ifonilla Yenianti, Pustakawan yang 'Menyamar' Jadi Dosen Pembimbing Skripsi

Pustakawan sejatinya bukan hanya pelayan buku kepada pengunjung perpustakaan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 02 Jun 2023, 07:54 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2023, 07:54 WIB
Pustakawan Beprestasi
Ifonilla Yenianti. (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Kisah pustakawan yang satu ini bisa dibilang unik. Tidak melulu soal teknis, Ifonilla Yenianti justru memosisikan diri sebagai pakar dan rekan dosen. Hadirnya Ifo sebagai pustakawan UIN Salatiga, membuat profesi ini tidak lagi dipandang sebelah mata. Sebaliknya, justru para mahasiswa berbondong-bondong menemuinya untuk konsultasi mata kuliah sampai tugas akhir dan skripsi.

Kiprah Ifo sebagai 'penyelamat' mahasiswa tugas akhir tidak lepas dari inovasi yang digagasnya. Namanya Lare Karim. Lare Karim merupakan kependekan dari Layanan Referensi Karya Ilmiah. Inovasi yang hadir sejak 2021 ini terdiri dari berbagai layanan berkaitan dengan seluruh layanan yang diberikan perpustakaan UIN Salatiga. Layanan ini terbuka dan gratis untuk internal dan eksternal kampus UIN Salatiga.

Bagaimana cara kerja Lare Karim? Layanan ini mengadopsi layanan Halodoc dengan berbagai pengembangan. Lare Karim membuka berbagai konsultasi individu bahkan pelatihan secara klasikal tentang penggunaans sitasi online Zotero/Mendeley, penelitian kualitatif dan kuantitatif, penggunaan literatur review tool seperti Biblioshiny, Publish of Perish, Vosviewer dan semua informasi terkait layanan perpustakaan.

Melalui layanan ini, pemustaka bisa berkonsultasi langsung dengan pustakawan lewat berbagai cara, mulai dari luring sampai daring via telepon, video call, chat, email, Zoom, Google Meet, dan sebagainya.

"Lare Karim ini semacam pintu gerbang pelatihan dan konsultasi karya ilmiah," ujar perempuan kelahiran Madiun, 20 Januari 1979 ini.

Ifo memegang layanan Lare Karim bersama dengan rekannya yang merupakan dosen baru ilmu perpustakaan dan diperbantukan dua tahun di perpustakaan bernama Almer. Ifo biasanya fokus pada pelatihan dan konsultasi penelitian kualitatif, sementara Almer melayani konsultasi penelitian kuantitatif.

Awal layanan ini dibuka, jam kerja Ifo selalu dipadati mahasiswa yang berkonsultasi. Pernah pula dalam satu hari, mahasiswa yang berkonsultasi mengalir dari jam datang sampai pulang kantor.

"Kalau sudah terlalu banyak biasanya ada admin yang membantu, tetapi admin hanya memberikan petunjuk teknis, kebanyakan mahasiswa ingin berkonsultasi langsung," ucapnya.

Keberadaan Lare Karim sebenarnya tidak lepas dari kurang dimanfaatkannya layanan yang ada di perpustakaan oleh pemustaka. Sejak 2015, Ifo sudah menggagas beragam inovasi digital untuk layanan perpustakaan UIN Salatiga. Inovasi itu meliputi, Unggah Mandiri Erepostitory (URIP), Layanan Simulasi Akreditasi Sekolah (SILSILAH), Sistem Akreditasi Perpustakaan Online (Si ANO), Tutorial Layanan Perpustakaan (RIYAK), dan Bedah Buku Online Offline (DAKU ONO).

"Tetapi ternyata pemanfaatannya kurang masif padahal sudah dipromosikan juga di media sosial, akhirnya dibuat Lare Karim yang fungsinya mengomunikasikan itu kepada pemustaka," tutur Ifo.

Ifo terinspirasi aplikasi Halodoc ketika menginisiasi Lare Karim. Ia pun mengembangkannya menjadi lebih holistik, tidak sekadar tanya jawab online melainkan konsultasi secara langsung.

Sebelum ada layanan Lare Karim, beberapa kali Ifo sempat menawarkan bantuan kepada mahasiswa yang kesulitan untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah. Namun, tidak dipungkiri pandangan mahasiswa terhadap pustakawan masih remeh.

"Mungkin di pikiran mereka, apa bisa pustakawan diajak konsultasi," kata Ifo yang menjadi finalis Pustakawan Berprestasi Nasional 2023 pilihan Perpustakaan Nasional.

Namun, hal itu tidak membuatnya berkecil hati. Justru ia ingin membuktikan pustakawan sebagai rekan dosen yang bukan sekadar mengurus teknis di kantor perpustakaan. Oleh karena itu, ia memanfaatkan gelar MA yang didapatnya untuk menjadi bekal mengaplikasikan ilmunya.

Apa yang ada di benak Ifo pun terbukti dengan keberadaan Lare Karim. Sosialisasi Lare Karim bertahap. Ia memulainya dengan memasang tawaran layanan ini via status WhatsApp, grup WhatsApp dosen-dosen, dan sejenisnya.

Pada awalnya, banyak pertanyannya seputar teknis akses Lare Karim. Di situ, Ifo menjelaskan cukup dimulai dengan membuat temu janji dan mengisi google forms untuk dokumentasi.

Mahasiswa senang berkonsultasi dengan Ifo. Secara psikologis, ia menduga ada ketakutan dalam diri mahasiswa ketika berkonsultasi langsung dengan dosen.

Bukan hanya mahasiswa, beberapa dosen juga memintanya mengajar kelas di luar jam kantor. Kalau sudah seperti itu, selama Ifo luang, hari Minggu pun ia bersedia.

Ketika mahasiswa berkonsultasi, Ifo memberikan pengarahan. Serupa memberikan peta kepada orang yang sedang kebingungan dan buta arah.

"Saya kasih petanya, buku apa saja yang dibaca, dan mau tidak mau mereka akan membaca buku itu," ucapnya.

Mengingat keterbatasan tenaga konsultan, Ifo pun meiliki strategi ketika menyampaikan informasi. Ia membuat sistem downline dalam konsultasi.

Tidak mungkin ia mengajar 16.000 mahasiswa secara personal, oleh karena itu ia meminta kepada mahasiswa yang sudah berkonsultasi dengannya dan sudah memahami materi untuk menularkan informasi kepada teman-teman sekelas yang masih kesulitan.

Lamanya waktu konsultasi per mahasiswa bisa mencapai dua atau 2,5 jam. Itu pun tidak sekali datang, biasanya mahasiswa akan bolak-balik menemui Ifo sampai tiga kali untuk berkonsultasi.

"Terlebih mahasiswa yang terancam drop out (DO), saya dorong supaya cepat menyesaikan tugas akhirnya, bahkan saya koreksi skripsinya dari bab I sampai V, mirip dosen penguji," kata Ifo.

Demikian pula dengan dosen, Ifo kerap mengajak para akademisi untuk berkolaborasi untuk bedah skripsi. Menurut Ifo, pustawakan harus bisa menjadi rekan dosen dan bukan hanya asisten dosen.

"Pustakawan juga menjadi bagian dari penelitian, dipercaya meneliti," tuturnya yang sudah empat kali mendapat dana penelitian.

 

Harus Jadi Pakar

Ifo berpendapat, pustakawan yang pascasarjana wajib punya nilai sebagai pakar pustakawan, tidak mungkin bekerja di teknis. Justru ia mempertanyakan pustakawan yang hanya bekerja di bidang teknis sebab pustakawan harus bisa memfokuskan diri menjadi advokat.

Selain membagikan ilmu, Ifo tetap bertanggung jawab terhadap perpustakaan sebagai tempat yang nyaman. Di perpustakaan UIN Salatiga ia menjamin pelayanan yang humanis dan nyaman.

"Banyak colokan listrik, jadi mahasiswa yang belajar dan mengerjakan tugas di perpustakaan betah, bahkan sampai perpustakaan tutup," ujarnya.

Kondisi demikian membuat perpustakaan seperti kekurangan tempat untuk menampung mahasiswa. Tak kehabisan ide, Ifo menata ulang area luar perpustakaan dan diberi fasilitas meja kursi serta colokan listrik, termasuk mukena bagi mahasiswi yang ingin salat.

Ifo yang sudah 16 tahun mengabdi di perpustakaan UIN Salatiga ini ternyata juga memiliki pandangan yang berbeda soal pustakawan. Sebelum menjadi pustakawan, ia hanya berpikir bekerja di perpustakaan tidak lebih dari mengurus buku.

"Tetapi ternyata tidak, kita justru menjadi ahli, advokat, di karyawan pekerjaannya teknis semua, di perpustakaan tetap melakukan teknis dan menjadi ahli dalam pakar,"  ucap Ifo.

Saat ini ia berencana untuk mengembangkan Lare Karim. Ia ingin menambahkan fitur testimoni untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna dan bisa menjadi masukan serta bahan evaluasi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya