Jatuh Bangun Hanayah Mengolah Ubi Jalar Hingga Banjir Pesanan ke Luar Negeri

Ubi jalar merupakan salah satu hasil bumi Kabupaten Kuningan yang kerap dijadikan sebagai bahan dasar membuat berbagai macam makanan

oleh Panji Prayitno diperbarui 19 Jun 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2023, 08:00 WIB
Jatuh Bangun Hanayah Mengolah Ubi Jalar Hingga Banjir Pesanan ke Luar Negeri
Hanaya Pelaku UMKM asal Kabupaten Kuningan Jawa Barat jatuh bangun membangun usaha olahan ubi jalar. (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Kuningan - Semangat bertahan dan konsisten Hanaya mengolah hasil bumi di Kabupaten Kuningan berbuah manis. Selepas pandemi Covid-19, pesanan olahan ubi jalarnya meningkat.

Sejak tahun 2009, Ia sudah memproduksi olahan dari ubi jalar menjadi olahan produk makanan ringan. Olahan tersebut terbagi berbagi jenis dan varian dengan brand Hana Gemblong.

"Ada gemblong ubi ungu, balado, cokelat, jengkol, udang, sayur, bahkan ada olahan pisang, dan kripik bayem. Saat ini sedang mengembangkan tepung ubi jalar, aci, kremes dan tengah memproduksi gamyong (seperti bihun)," ujar Hanayah di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, Sabtu (17/3/2023).

Ubi jalar merupakan salah satu hasil bumi Kabupaten Kuningan yang kerap dijadikan sebagai bahan dasar membuat berbagai macam makanan. Seperti jajanan pasar, camilan kekinian hingga menu makanan berat. 

Bagi warga Kabupaten Kuningan, Ubi Jalar adalah makanan yang cukup lumrah dan tidak asing. Hana yang juga ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Sri Mandiri menanam ubi jalarnya di bawah kaki Gunung Ciremai. Tepatnya di Desa Sembawa Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan.

Hana mengatakan, saat Pandemi Covid-19, penjualan produk UMKM nya sempat menurun. Selain berimbas kepada produksi, banyak pengembalian produk dari toko ritel dan oleh-oleh lantaran sepi pembeli.

"Waktu itu tahun 2020 jika dirupiahkan sekitar Rp 70 juta, dan 2021 turun sekitar Rp 20 Juta," sebut Hana.

Hana mengaku sempat syok, namun tak lama kemudian semangatnya kembali muncul dan tetap kita percaya diri.

Pesanan olahan ubi jalar Hana mulai terlihat naik di tahun 2022. Meski belum signifikan, ia optimis kondisi ekonominya akan membaik.

"Kita optimis dan semangat, bangkit lagi, UMKM bisa maju dan bisa stabil lagi ekonominya. Karena kita di bawahnya itu ada satu anggota KWT yang memproduksi dan dua bahan baku yang kita pikirkan itu kelompok tani juga," ungkapnya. 

Ekspor

Jatuh Bangun Hanayah Mengolah Ubi Jalar Hingga Banjir Pesanan ke Luar Negeri
Hanaya Pelaku UMKM asal Kabupaten Kuningan Jawa Barat jatuh bangun membangun usaha olahan ubi jalar. (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Hanayah menerangkan, produknya sudah masuk ke toko oleh-oleh di Kabupaten Kuningan, Cirebon dan Jawa Barat. 

Bahkan, produk Hana Gemblong bisa dibeli di toko ritel yaitu Alfamaret maupun Indomaret. Tercatat, produk Hana Gemblong masuk ke 600 outlet Alfamart dan 800 outlet Indomaret.

"Selain itu, produk juga masuk di rumah makan, masuk ke kantin-kantin sekolah, dan pesantren hingga Hotel-hotel yang di Kuningan, maupun di Cirebon," terangnya. 

Bahan baku Ubi Jalar yang diproduksi Hana bekerjasama dengan kelompok tani di Desa Sembawa. Kemajuan usaha Hana memotivasinya untuk mengubah pola proses produksi.

"Harga pun, kita bukan mengikuti pasar, tapi kita sistem kontrak. Jadi kita saling menguntungkan, petani juga tidak dirugikan dikala harga lagi menurun tetap kita harganya stabil beli ke petani atau ke anggota," ujarnya. 

Semula ubi jalan diolah manual. Seiring banyaknya permintaan, Hana mendapat bantuan alat yang membantu proses produksi menjadi lebih banyak.

Bantaun alat produksi tersebut diperoleh dari Bank BRI. Hanayah yang merupakan UMKM binaan BRI mendapat berupa mesin hammer Mill dan mesin oven pengering dengan total Rp. 147 juta pada tahun 2022.

"Agak terbantu. Yang tadinya menggiling ubi jalar memakai tumbuk, sekarang sudah memakai mesin. Saya juga dapat bantuan Rp 70 juta tahun 2021. Alhamdulillah itu rasanya terbantu sekali, karena memang yang kita butuhkan itu alat-alat yang tepat guna, dan dari bahan-bahannya itu stenlis yang kita bisa suatu saat ada tawaran ekspor dan itu kita alat-alat tidak mubajir," kata Hana. 

Selain bantuan alat, Hanayah mengatakan BRI memberikan pelatihan UMKM. Mulai dari pengolahan, pengemasan dan kemasan serta untuk eskpor.

"Sebelumnya, olahan produk sudah ada permintaan ekspor Korea dan Italy. Namun ada beberapa kendala yang akhirnya dibatalkan," kata Hanayah. 

Hanayah menyebutkan, produksi ubi jalan sampai 60 kilogram per hari. Dalam satu bulan, ia mampu memproduksi hingga 15 kuintal. 

Kepada pemerintah, dirinya berharap untuk tetap membantu dan mendukung UMKM supaya bisa meningkatkan daya beli. Selain itu, dirinya juga berharap UMKM bisa dibantu entah itu dari moderniasi alat, sampai legalitas.

“Kami sudah ada tawaran ekspor, hanya belum lengkap legalitas seperti HACCP atau barcode (internasional). Kalau semua sudah mendukung, kita siap ekspor dan siap bersaing di pasarluar negeri,” ujar Hana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya