Santai Sore di Kafe Hening Salatiga, Wadah Literasi yang Baristanya Para Tuna Rungu Wicara

Kafe Hening Saltiga menjadi menarik karena para baristanya merupakan penyandang tuna rungu wicara atau bisu tuli.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 03 Jul 2023, 15:15 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2023, 15:15 WIB
Kafe Hening
Kafe Hening Salatiga merupakan bentuk aktualisasi dari kelas literasi dalam program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS), yang digawangi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga. (Liputan6.com/ Dok Ist)

 

Liputan6.com, Salatiga - Kafe Hening resmi berdiri bersamaan dengan pembukaan Pameran Buku dan Expo Literasi Kota Salatiga, Senin (3/7/2023). Kafe Hening menjadi menarik karena para barista di kafe ini merupakan penyandang tuna rungu wicara atau bisu tuli.

Kafe Hening Salatiga merupakan bentuk aktualisasi dari kelas literasi dalam program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS), yang digawangi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga dengan melibatkan Komunitas Sahabat Tuli. Uniknya, para konsumen yang ingin memesan kopi harus menggunakan simbol-simbol isyarat yang dipasang di atas meja. Inilah yang menjadi daya tarik tersendiri.

Kafe yang sudah mulai beroperasi sejak November 2022, kini menjadi bagian dari perpustakaan umum daerah Salatiga. Bagi penyandang disabilitas bisu-tuli, kafe ini menjadi wadah untuk bersosialisasi, berkreasi dan peningkatan kesejahteraan mandiri. 

Tempat ini sangat cocok untuk ngopi-ngopi cantik sambil ditemani camilan khas Salatiga, apalagi lokasinya berada di dalam lingkup perpustakaan umum daerah Salatiga. 

Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga Sinoeng Noegroho Rachmadi mengatakan, selain keberadaan Kafe Hening, perpustakaan umum Kota Salatiga juga menghadirkan inovasi program unggulan untuk anak usia dini yang disebut SINISA (literasi dini Salatiga).

"Wujud dari SINISA adalah buku-buku bacaan untuk anak usia balita. Dan diberikan gratis kepada anak-anak usia dini sebagai buku pertama. Ini merupakan upaya untuk mendukung terciptanya keluarga literasi di Kota Salatiga," kata Sinoeng.

Dalam buku yang dibuat memuat aspek kecerdasan yang meliputi linguistik (verbal), logika matematika, kecerdasan spasial (ruangan), kecerdasan kinestetik (fisik dan gerak), dan kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal (dalam diri).

Inovasi program itu mendapat dukungan penuh Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando. Niat dan upaya yang dilakukan pemkot Salatiga sudah semestinya mengingat tugas mencerdaskan anak bangsa sudah tertulis dalam amanah Undang-Undang Dasar 1945.

"Tantangan kita saat ini adalah era digital. Karena ketika tugas pendidikan diberikan dan siswa diminta untuk mencari referensi dari Google. Maka, proses berpikir seakan-akan sudah selesai, cukup internet saja yang menjawab," kata Syarif Bando.

Tidak heran jika kemudian Google mengadakan survei, yang hasilnya diketahui bahwa rata-rata anak Indonesia sanggup bermain internet selama 7 jam sehari.

"Ini tentu bukan kemajuan, melainkan kemunduran," tegasnya.

 

Literasi Keuangan

Pada kesempatan yang sama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kantor regional 3 wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta ikut membentuk Pusat Informasi Keuangan Terpadu di Kota Salatiga sebagai dukungan literasi dan bagian dari ekosistem keuangan inklusi. Program ini diinisiasi Tim Percepatan Keuangan Daerah, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, dan Bunda Literasi Kota Salatiga.

"Ada tiga kelompok yang disasar, yakni kelompok perempuan, pelajar, dan pelaku UMKM," ujar Kepala OJK Regional 3 Sumarjono.

Pusat Informasi Keuangan Terpadu yang dibentuk, tambah Sumarjono, berkontribusi pada peningkatan pemahaman mengenai produk dan layanan jasa keuangan yang meliputi perencanaan keuangan, waspada investasi, hingga pinjaman online (pinjol).

Sumarjono menjanjikan memuat turunan proram seperti Financial Literacy Day, Perempuan Cakap Literasi Keuangan dan Remaja Penggerak Literasi Keuangan, serta Program Edukasi Keuangan bagi Pelaku UMKM. Ia beralasan di Jawa Tengah tengah terjadi ketimpangan (gap) antara tingkat literasi keuangan dengan inklusi keuangan. Jika ini tidak diatasi bakal muncul permasalahan, seperti maraknya pinjol dan ivenstasi ilegal.

"Ini kami lakukan semata-mata untuk menggerakkan ekonomi daerah dan mendukung Indeks Peningkatan Literasi Masyarakat," tambahnya.

Keterlibatan bunda literasi dalam program yang diusung OJK pun disinggung sebagai bentuk terobosan serta mempercepat diseminasi informasi karena bisa mengoptimalkan peran ibu-ibu PKK. Dan Kota Salatiga menjadi kota pertama yang ditunjuk untuk pembentukan Pusat Informasi Keuangan Terpadu di Jawa Tengah.

Pameran Buku dan Expo Literasi Kota Salatiga digelar dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-1.273 Kota Salatiga. Pameran ini diramaikan dengan berbagai produk UMKM, aneka wokshop, dan hiburan musik. Selain itu juga dipamerkan sejumlah produk dari penyandang disabilitas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya