Cerita Bandar Semanggi, Dulu Jadi Dermaga Besar Kini Jadi Taman Rekreasi

Sungai Bengawan Solo yang menjadi induk dari anak-anak sungai di wilayah pedalaman Solo pun menjadi jalur transportasi air yang sangat vital.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 09 Jul 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2023, 06:00 WIB
Sungai Bengawan Solo
Bengawan Solo tempat Mbah Gotho menyelam (Liputan6.com/Mochamad Khadafi)

Liputan6.com, Solo - Kota Solo pernah memiliki bandar atau dermaga besar yang dijuluki Bandar Semanggi. Bandar ini berada di Kampung Semanggi yang berada persis di pinggir Bengawan Solo.

Pada zaman dahulu, Kota Solo memang merupakan wilayah perairan yang sangat terkenal. Sungai Bengawan Solo yang menjadi induk dari anak-anak sungai di wilayah pedalaman Solo pun menjadi jalur transportasi air yang sangat vital.

Banyak kapal-kapal besar yang berlabuh di bandar atau pelabuhan besar di tepi Bengawan Solo. Hal itu membuat perdagangan di Solo tumbuh pesat.

Kapal-kapal besar tersebut membawa berbagai komoditas dari beberapa wilayah kerajaan di Jawa Timur. Komoditas tersebut kemudian diangkut oleh perahu-perahu kecil yang melintas di banyak anak sungai, seperti kali Pepe, Kali Jenes, dan lainnya.

Sayangnya, kini jejak Bandar Semanggi sudah tidak bisa dilihat lagi. Tak ada sisa bangunan yang memperlihatkan keberadaan Bandar Semanggi di masa lalu,seperti tertulis surakarta.go.id,

Namun, perkiraan titik pelabuhan besar itu masih bisa dilihat di Kampung Semanggi. Pemerintah Kota Surakarta pun membangun sebuah taman di titik tersebut.

Taman itu dilengkapi dengan semacam replika kapal yang diberi nama Bandar Semanggi. Taman Bandar Semanggi berada di bawah Jembatan Kyai Mojo, Pasar Kliwon, Solo.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Bengawan Semanggi

Konon, sebelum berubah nama menjadi Bengawan Solo, sungai tersebut dikenal sebagai Bengawan Semanggi dan pernah dibangun sebuah dermaga bernama Bandar Semanggi. Bengawan Semanggi menjadi jalur sungai yang cukup sibuk sebagai perlintasan kapal-kapal besar yang membawa berbagai komoditas dari Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, seperti garam, ikan, dan lainnya. 

Kapal-kapal besar tersebut berlabuh di Bandar Semanggi dan Bandar Nusupan. Secara geografis, Bandar Nusupan berada di wilayah Kadokan, Grogol, Sukoharjo. Letaknya tak jauh dari Bandar Semanggi dan berada di Belakang RSUD Bung Karno, Semanggi.

Beberapa warga asli di kawasan Nusupan sempat menyaksikan tonggak-tonggak kapal dari kayu jati yang masih terpasang di sekitar pinggir sungai. Tonggak-tonggak kayu tersebut dipercaya sebagai pengikat kapal saat berlabuh di Bandar Nusupan.

Namun, tonggak-tonggak kayu itu sudah tidak terlihat lagi. Hal itu dikarenakan usia dan terbawa arus sungai.

Selain kapal-kapal dagang, kapal-kapal pasukan kerajaan juga pernah berlabuh di Bandar Semanggi. Masyarakat setempat memiliki julukan lain untuk Bandar Semanggi, yaitu Waluyu yang bermakna sebagai penambangan (penyeberangan di bandar) paling hulu.

Bandar Semanggi sudah digunakan sebagai jalur perdagangan sejak abad ke-13 atau 14. Kala itu, pelayaran sungai menjadi pilihan paling utama untuk mengembangkan jalur perdagangan ke berbagai wilayah, termasuk Jawa Timur.

Kini, masyarakat setempat memanfaatkan Taman Bandar Semanggi untuk area bermain anak-anak dan bersosialisasi. Beberapa papan informasi yang menceritakan sekilas tentang Bandar Semanggi juga terpasang di area tersebut untuk mengenang peristiwa sejarah. Selain itu, juga diabadikan nama jalan Gang Kyai Rajamala dan Gang Waluyo di Semanggi Kampung Harmoni.

(Resla Aknaita Chak)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya