Mengenal Sumbu Filosofi Yogyakarta yang Diajukan Jadi Warisan Dunia UNESCO

Perwakilan negara Komite Warisan Dunia (World Heritage) UNESCO dalam agenda Bringing the Cosmological Axis of Yogyakarta to the World mendukung, agar Sumbu Filosofi dapat menjadi warisan dunia UNESCO.

oleh Yanuar H diperbarui 18 Jul 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2023, 00:00 WIB
Bus JHT
Masyarakat umum bisa mengakses perjalanan menyusuri kawasan sumbu filosofis di Yogyakarta dengan naik bus Jogja Heritage Track (JHT)

Liputan6.com, Yogyakarta - Perwakilan negara Komite Warisan Dunia (World Heritage) UNESCO dalam agenda Bringing the Cosmological Axis of Yogyakarta to the World, mendukung agar Sumbu Filosofi Yogyakarta dapat menjadi warisan dunia UNESCO. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono mengaku mengajukan Sumbu Filosofi agar bisa menjadi nominasi warisan dunia.

"Mengapa kami mengajukan Sumbu Filosofi agar ternominasi sebagai warisan dunia? Karena kami ingin melestarikan secara berkelanjutan nilai-nilai universal tersebut agar dapat menjadi tempat belajar bersama seluruh umat manusia dalam upaya melindungi, memelihara, dan membina keindahan serta keselamatan dunia," kata Sultan di Hotel Melia Purosani, Gondomanan, Kota Yogyakarta Jumat 14 Juli 2023.

Menurut Sri Sultan, andai UNESCO dapat menjadikan Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia, maka nantinya upaya pelestarian nilai-nilai universalnya akan dapat semakin kuat. Hal ini agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dapat diwariskan pada generasi mendatang. 

"Kami pun berkomitmen untuk mengelola kawasan sumbu filosofi ini secara tepat agar nilai-nilai universal dan atribut warisan budaya tersebut dapat dilestarikan dan dijaga bagi kepentingan seluruh umat manusia di masa kini maupun mendatang. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut akan dapat terus menginspirasi lebih banyak kalangan untuk menciptakan tata dunia yang lebih baik dan menguntungkan bagi semua pihak," tutur Sri Sultan.

Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Kerjasama Multilateral Kementerian Luar negeri, Yohpy Ichsan Wardana Sumbu Filosofi ini memiliki kandungan cara-cara hidup yang harmonis antara manusia, alam, dan kehidupan spiritual. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ini sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan dalam tataran global. 

"Poros kosmologis bukan hanya bagian dari sejarah dan budaya Yogyakarta, tetapi juga bagian dari peradaban global. Kami percaya bahwa dukungan dari anggota Komite Warisan Dunia sangat diperlukan," ungkapnya.

Perwakilan anggota Komite Warisan Dunia yang hadir dalam agenda Bringing the Cosmological Axis of Yogyakarta to the World  ini adalah Ambassador Itali Benedetto Latteri, Ambassador Republik Federal Nigeria, Usman Ari Ogah, Charge d’Affaires of the Embassy Republik Argentina Juan Ignacio Lacunza, Deputy Head of Mission of the Embassy Mexico Alonso Martin-Gomez-Favila, dan Deputy Head of Mission of the Embassy Thailand Hathaichanok Riddhagni Frumau.

Sesi utama dari agenda ini adalah presentasi mengenai Sumbu Filosofi yang disampaikan oleh Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono. Seluruh duta besar yang hadir memberikan apresiasi dan dukungannya kepada Sumbu Filosofi. Materi serta hasil kunjungan mereka akan menjadi bahan pertimbangan Komite Warisan Dunia. 

Ambassador Republik Federal Nigeria, Usman Ari Ogah menanggapi, bahwa pelestarian lingkungan hidup agar menjadi tempat yang nyaman bagi manusia tinggal adalah sesuatu yang penting dan wajib dilestarikan. Senada dengan Usman, Charge d’Affaires of the Embassy Republik Argentina, Juan Ignacio Lacunza menyatakan dukungan pencalonan, pelestarian warisan budaya adalah sesuatu yang penting dan harus dilakukan bersama.

Dalam agenda ini hadir Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Dian Lakshmi Pratiwi, GKR Mangkubumi, KPH Notonegoro, dan Pejabat di lingkungan Pemda DIY. Perwakilan dari negara-negara komite  berkeliling kawasan Sumbu Filosofi menggunakan bus Jogja Heritage Track dan makan malam bersama dengan Gubernur DIY.

Apa Itu Sumbu Filosofi?

Tugu Pal Putih Yogyakarta Kian Apik Tanpa Gangguan Kabel Melintang
Pengemudi becak melintas di perempatan Tugu Pal Putih Yogyakarta, Sabtu (26/12/2020). Tugu yang dulunya bernama tugu Golong Gilig ini memiliki sejarah panjang dan menjadi salah satu keistimewaan kota Yogya ini terlihat rapi dan ramai dikunjungi wisatawan. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Berdasarkan penjelasan dari situs jogjaprov.go.id, Sumbu Filosofi merupakan kawasan seporos yang terdiri dari Tugu Golong-Gilig, Kraton, dan Panggung Krapyak. Ketiga titik ini berada dalam satu garis lurus yang disebut Sumbu Filosofi dari Kraton Yogyakarta.

Pembangunan Yogyakarta dirancang oleh Sultan Hamengku Buwana I dengan landasan filosofi yang sangat tinggi. Sultan Hamengku Buwana I menata Kota Yogyakarta membentang arah utara-selatan dengan membangun Keraton Yogyakarta sebagai titik pusatnya.

Sultan juga mendirikan Tugu Golong-gilig (Pal Putih) di sisi utara keraton, dan Panggung Krapyak di sisi selatannya. Dari ketiga titik tersebut apabila ditarik suatu garis lurus akan membentuk sumbu imajiner yang dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta.

Tugu Golong-Gilig/Pal Putih dan Panggung Krapyak merupakan simbol Lingga dan Yoni yang melambangkan kesuburan. Tugu Golong-Gilig pada bagian atasnya berbentuk bulatan (golong) dan pada bagian bawahnya berbentuk silindris (gilig) serta berwarna putih sehingga disebut juga Pal Putih.

Filosofi dari Panggung Krapyak ke utara menggambarkan perjalanan manusia sejak dilahirkan dari rahim ibu, beranjak dewasa, menikah sampai melahirkan anak (sangkaning dumadi). Alun-alun Selatan menggambarkan manusia yang telah dewasa dan sudah wani (berani) meminang gadis karena sudah akil baligh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya