Mengenal Kue Apangi Khas Gorontalo, Sajian Hari Asyura yang Melegenda

Kue Apangi banyak ditemukan saat menyambut tahun baru Islam dan 10 Muharram di Gotontalo.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 29 Jul 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2023, 07:00 WIB
Kue apangi khas Gorontalo
Kue apangi atau kue apem khas Gorontalo yang disajikan saat hari ayura. Foto:istimewa (Arfandi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Bagi warga Gorontalo, mungkin sudah tidak asing lagi dengan kuliner yang satu ini. Namanya, kue apangi atau yang lebih dikenal dengan kue apem.

Kue yang terbuat dari tepung beras tersebut banyak ditemukan saat menyambut tahun baru Islam dan 10 Muharram. Saking banyaknya kue yang disediakan di rumah-rumah, mereka sampai masyarakat tanah serambi madinah itu, menggelar festival kue apangi.

Biasanya, festival apangi diselenggarakan oleh masyarakat Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Festival yang menyajikan kue khas Gorontalo ini, sangat meriah yang dihadiri oleh ribuan masyarakat yang ingin mencicipi langsung kue tersebut.

Tahun ini, Festival apangi digelar di Kelurahan Dembe Satu, Kota Gorontalo. Kegiatan tahunan ini dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat bersama pemerintah desa, Karang Taruna, hingga ibu-ibu Tim Penggerak PKK.

Tahun ini, masyarakat menyajikan hampir 50 ribu kue apangi yang dibagikan secara gratis. Kua tersebut dipamerkan sepanjang jalan di Kelurahan Dembe Satu yang bisa dicicipi secara gratis.

Olahan kue apangi sendiri terbuat dari olahan tepung beras yang disajikan serta gula aren yang sebelumnya sudah dicairkan. Meski terlihat biasa saja, olahan kue ini jadi buruan saat 10 Muharram.

Memang sepintas olahan kue ini sederhana, tetapi kue apangi oleh warga lokal punya makna khusus. Saat bulan Muharam tiba, biasanya setiap rumah menyajikan Apangi selama dua pekan penuh.

"Dahulu biasanya disediakan selama sebulan secara gratis selama bulan Muharam," kata Bunda Idah salah satu warga Gorontalo pembuat kue apangi

Menurutnya, jika kue apem sendiri memiliki makna, yakni warna putih pada kue tersebut melambangkan kesucian. Sedangkan, warna merah pada gula aren yakni keberanian dan pengorbanan.

"Filosofi kue apangi yang saya tahu hanya itu. Jelas ada sejarahnya mengapa festival ini digelar sejak dulu," imbuhnya.

Sementara Walikota Gorontalo Marten Taha mengatakan, tradisi seperti ini harus terus dipertahankan. Ini bukan hanya tradisi budaya, tapi juga tempat berkumpulnya masyarakat untuk bersilaturahmi.

"Semoga acara Hari Asyura 10 Muharram dan gebyar apangi ini berjalan dengan lancar dan sukses. Pesan saya, mari jaga kekompakan dan jaga silaturahmi," ia menandaskan.

Simak juga video pilihan berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya