Djoko Pekik Meninggal Dunia, Kiprah Sang Maestro Lukis dengan Karya Miliaran Rupiah

Sepanjang perjalanan karier melukisnya, Djoko Pekik pernah memiliki lukisan berharga fantastis hingga miliaran rupiah.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Agu 2023, 17:13 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2023, 17:13 WIB
Ilustrasi dukacita, berduka, RIP
Ilustrasi dukacita, berduka, RIP. (Image by mdjaff on Freepik)

Liputan6.com, Yogyakarta - Maestro lukis, Djoko Pekik meninggal dunia pada Sabtu (12/8/2023) di RS Panti Rapih sekitar pukul 08.00 WIB. Ia meninggal dunia pada usia 86 tahun.

Sepanjang perjalanan karier melukisnya, Djoko Pekik pernah memiliki lukisan berharga fantastis hingga miliaran rupiah. Beberapa lukisannya yang lain pun banyak diincar para kolektor seni.

Mengutip dari Digital Archive of Indonesian Contemporery Art, seniman ini lahir pada 2 Januari 1937 di Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah. Djoko Pekik mengawali karier keseniannya pada 1957 melalui pendidikan formal bidang seni di Akademisi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta.

Kemampuan melukisnya juga banyak didapatkan dari Sanggar Bumi Tarung. Melalui sanggar tersebut, lukisan milik Djoko termasuk ke dalam lima besar lukisan terbaik di pameran tingkat nasional yang diadakan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) pada 1964.

Djoko Pekik pernah beberapa kali menggelar pameran di Jakarta. Kemudian pada 1965-1972, Djoko sempat menjadi tahanan politik karena hubungannya dengan Lekra, yang diasosiasikan dengan Partai Komunis Indonesia.

Djoko Pekik sempat mendekam di penjara selama 7 tahun, yakni dari 1965-1972. Setelah menjadi tahanan politik dan bebas dari penjara, Djoko Pekik sempat vakum melukis.

Kemudian pada 1990, Djoko mulai memamerkan lagi karyanya di Edwin Galeri Jakarta. Nama Djoko Pekik semakin dikenal setelah salah satu karyanya terjual seharga Rp1 miliar pada 1998.

Lukisan Berburu Celeng itu menjadi salah satu karyanya yang bersinar di era Order Baru. Lukisan Berburu Celeng menggambarkan keadaan para pemimpin Indonesia pada masa itu.

Karya Djoko memang memiliki keunikan karena mengangkat tema yang berbeda dari kebanyakan pelukis pada masanya. Djoko sering mengangkat tema yang berkaitan dengan kesulitan hidup dengan gaya ekspresionis.

Beberapa orang menyebut inspirasi lukisan Djoko berasal dari teknik-teknik milik Affandi yang dikembangkan menjadi tekniknya sendiri. Djoko mencairkan cat minyak secukupnya dan mengusapkannya ke kanvas dengan usapan yang lebar dan basah.

Teknik basah yang digunakan Djoko pun menuntutnya untuk bekerja lebih cepat. Pasalnya, jika cat sudah mengering, maka Djoko tidak dapat mendapatkan hasil seperti yang diinginkan.

Hal itu membuat Djoko seringkali menyelesaikan lukisannya hanya dalam sekali duduk. Dalam perkembangannya, selain mengangkat tema sosial, karya Djoko juga sering mengangkat tema tragedi politik. Selain itu, gaya pelukisan Djoko Pekik juga mengusung gaya realis-ekspresif yang dibumbui nilai-nilai kerakyatan.

Meninggalnya Djoko Pekik menjadi garis akhir karier keseniannya. Namun, karya-karyanya akan terus hidup, terutama bagi para pencinta seni.

(Resla Aknaita Chak)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya