Badan Geologi Sebut Semburan Gas di Kabupaten Bogor Kejadian Biasa

Badan Geologi menyebut Munculnya beberapa semburan air bercampur gas pada sumur bor masyarakat secara geologis merupakan hal biasa.

oleh Arie Nugraha diperbarui 25 Okt 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2023, 07:00 WIB
Sumur Bor di Bogor Memicu Semburan Air Campur Gas
Sumur bor di Kampung Leuwikotok, Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor memicu semburan air bercampur gas metana. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan semburan air bercampur dengan gas di Kampung Leuwi Kotok, Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (11/10/2023) merupakan hal biasa.

Menurut Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, M. Wafid, munculnya beberapa semburan gas di sumur bor masyarakat secara geologis merupakan fenomena geologi yang umum, seperti yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.

"Semburan itu terjadi saat masyarakat setempat melakukan aktivitas pengeboran untuk mencari sumber air tanah," ujar Wafid ditulis Bandung, Selasa (24/10/2023).

Wafid menerangkan kegiatan pengeboran sudah berlangsung selama kurang lebih satu bulan.

Setelah mencapai kedalaman 130 meter air bercampur gas tetiba menyembur dengan ketinggian sekitar 20 meter dan berbau mirip liquefied petroleum gas (LPG).

"Gas tersebut berdasarkan atas referensi umumnya merupakan gas biogenic yang sering muncul dirawa atau sawah. Sehingga disebut gas metan sawah atau gas metan rawa, sesuai yang telah diidentifikasi oleh perusahaan gas negara (PGN)," terang Wafid.

Wafid mengatakan gas tersebut dihasilkan dari aktivitas dekomposisi material organik pada suatu rawa-rawa dimasa lampau.

Seiring waktu, gas tersebut dibawah permukaanakan terakumulasi dan tertangkap pada kantong-kantong dengan sebaran yang relatif tidak luas.

"Umumnya terperangkap pada lapisan sedimen yang berumur muda kurang 10 ribu tahun dan muncul ke permukaan sebagai semburan biasanya akibat tertembusnya lapisan perangkap gas tersebut pada kedalaman tertentu," jelas Wafid.

Wafid menuturukan melihat dari kejadian-kejadian serupa sebelumnya, kejadian semburan air bercampur gas tersebut umunya relatif tidaklama, yaitu sekitar satu hingga dua bulan.

Hal tersebut sangat memungkinkan berdasarkan atas kondisi geologi lokasi munculnya semburan gas bercampur air tersebut yang berada pada Kipas Alluvium, tersusun atas lempung, lanau, batu pasir, kerikil, dan kerakal.

"Batuan tersebut terbentuk oleh aktivitas sungai yang berasosiasi dengan rawa-rawa," kata Wafid.

Wafid menambahkan dekomposisi material organik terjadi pada tumbuh - tumbuhan yang hidup pada ekosistem rawa untuk kemudian seiring berjalannya waktu geologis akan tertimbun oleh material sedimen.

Rencananya, Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi melakukan kunjungan lapangan pada lokasi semburan tersebut.

"Untuk dilakukan pengukuran sifat kimia fisika air dilapangan dan analisis hidrokimia di laboratorium," ucap Wafid.

 

Penjelasan Gas Biogenik

Dilansir laman Kementerian ESDM, gas biogenik adalah gas yang terbentuk dari material organik di dalam sedimen dan memiliki potensi sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.

Gas biogenik ini umumnya didominasi oleh gas metana (CH4) dan hampir mencapai 20 persen dari seluruh sumber gas alam.

Potensi gas biogenik di Indonesia cukup menjanjikan, terutama di perairan dangkal seperti di sepanjang pantai utara Jawa dan Selat Madura.

Gas biogenik dapat dijadikan sebagai bahan bakar murah pengganti BBM. Selain itu, pemanfaatan gas biogenik juga dapat membantu mengurangi ketergantungan energi BBM bagi masyarakat di kawasan pesisir yang terpencil.

 

 

Kronologis Semburan Gas

Mencuplik kanal News Liputan6.com, Warga Kampung Leuwikotok, Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, sempat dihebohkan hasil pengeboran air tanah yang diduga mengeluarkan gas.

Camat Sukaraja Ria Marlisa mengatakan, semburan air tanah yang diduga bercampur gas terjadi saat para pekerja mengebor sumur di sebuah kontrakan pada Rabu (11/10/2023) sekitar pukul 15.00 WIB.

"Awalnya pekerja sedang mengebor sumur untuk mencari sumber air di kedalaman 125 meter, pas alat bor diangkat air menyembur deras," kata Ria, ditemui di lokasi, Kamis (12/10/2023).

Anehnya, air menyembur hingga setinggi kurang lebih 20 meter dan mengeluarkan bau mirip gas.

"Pekerja sudah 4 kali ngebor tapi ga keluar air, lalu di kedalaman 125 meter baru keluar air deras tapi juga keluar bau. Pekerja juga panik," ucapnya.

Dari hasil pengecekan dari Perusahaan Gas Negara (PGN) pada Rabu malam, diduga semburan air sumur mengandung gas metana.

"Semalam PGN sudah ngecek dan menduga ada unsur metana. Semalam baunya menyengat seperti gas," kata dia.

Menurutnya pihak ESDM sudah mengambil sampel untuk diperiksa di laboratorium.

Pemeriksaan untuk memastikan kandungan mineral yang ada di air sumur bor tersebut.

"(ESDM) sudah mengambil sampel untuk hasil selanjutnya akan ditindak lanjuti oleh mereka. Sementara kami diminta untuk mengevakuasi warga sampai tujuh hari ke depan," kata dia.

Sementara pantauan di lapangan sekitar pukul 11.45 WIB semburan air bercampur gas mendadak berhenti. Padahal, sebelumnya air dari dalam tanah masih menyembur dengan ketinggian sekitar 5 meter.

"Ketinggian semburan dan bau memang terus menurun. Semalam semburannya tinggi, lalu paginya ketinggian turun dan baunya juga semalem kuat, nanti hilang, nanti bau lagi," ujarnya.

Pengungsi Semburan Gas

Penghuni kosan di Kampung Leuwikotok, Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, mengungsi menyusul terjadi semburan air tanah diduga bercampur gas.

"61 penghuni yang tinggal di kosan itu sudah pindah dari sini. Sementara beberapa mengungsi ke keluarga terdekat," kata Camat Sukaraja Ria Marlisa, Kamis (12/10/2023).

Kendati semburan air diduga bercampur gas sudah berhenti, Kamis siang pukul 11.45 WIB, namun lokasi bekas semburan tetap dijaga petugas gabungan dari kepolisian, Satpol PP, dan BPBD Kabupaten Bogor.

"Tetap akan kami jaga di lokasi sampai 3 hari ke depan untuk memantau situasinya. Khawatirnya nanti tiba-tiba muncul lagi semburan di lokasi serupa," ucap Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Adam Hamdani.

Adam mengungkapkan kejadian serupa pernah terjadi Parung, namun seminggu kemudian semburan air bercampur gas berhenti dengan sendirinya.

"Hari ini, sekitar jam 11.45 WIB semburan air berhenti setelah menyembur dari hari Rabu sore kemarin," ucapnya.

Terkait kandungan dalam mineral di Leuwikotok, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium dari Kementerian ESDM.

"Kami masih menunggu hasilnya. Tapi diduga air bercampur gas metana. Gas ini mudah terbakar kalau ada api," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya