Guru Besar Akuntansi: Indonesia Kekurangan Akuntan Publik

Indonesia saat ini dinilai kekurangan tenaga akuntan publik, dengan perbandingan 1:121.000 penduduk.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 04 Nov 2023, 21:00 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2023, 21:00 WIB
Jadi Negara Ekonomi yang Berkembang, Indonesia Dinilai Kekurangan Tenaga Akuntan Publik
Berpenduduk lebih dari 200 juta orang dan memiliki potensi ekonomi yang akan berkembang pesat, namun sayangnya tak diiringi dengan tenaga akuntan yang memadai. Indonesia dinilai kekurangan tenaga akuntan publik, perbandingannya 1:121.000 penduduk.

Liputan6.com, Tangerang - Berpenduduk lebih dari 200 juta orang dan memiliki potensi ekonomi yang akan berkembang pesat, namun sayangnya tak diiringi dengan tenaga akuntan yang memadai. Indonesia dinilai kekurangan tenaga akuntan publik, perbandingannya 1:121.000 penduduk. 

“Berdasarkan data awal tahun 2023, akuntan di Indonesia sebanyak 1.500 orang, namun dengan jumlah penduduk rata-rata 281 jutaan, maka perbandingannya 1 : 121.000 atau seorang akuntan membawahi 121 ribu penduduk,” ujar Profesor Antonius Herusetya, saat ditemui awak media usai dirinya dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Akuntansi Keuangan dan Audit Universitas Pelita Harapan (UPH), Jumat (3/11/2023). 

Jumlah tersebut menurutnya masih sangat kurang. Sebab, bila berkaca dari negara tetangga, misal Malaysia yang memiliki perbandingan akuntan publik 1:20.000 atau Singapura 1:5.000, maka Indonesia amat tertinggal jauh. Paling tidak, lanjut Prof Antonius, Indonesia bisa menyamai Malaysia dengan perbandingan 1 orang akuntan bisa melayani 20 ribu warga. 

Terlebih, lanjutnya, Indonesia berpenduduk banyak, ditambah ekonomi dalam negeri berkembang pesat dan akan terus bertumbuh yang digandang-gandang sebagai negara berkekuatan ekonomi besar. Namun, prediksi ekonomi ini tidak berbanding lurus dengan ketersediaan tenaga akuntan dalam negeri. 

“Dampaknya apa, nantinya akan bermunculan akuntan publik yang tidak berkompeten, banyak transaksi ekonomi yang besar namun seorang akuntan itu tidak menguasai. Sementara, di saat perkembangan teknologi dan industri ini, seorang akuntan harus mampu mengerti semuanya. Belum lagi semakin bertambahnya Perusahaan-perusahaan go public di Indonesia, mereka membutuhkan akuntan publik,” tutur Prof Antonius. 

Dia pun mendorong, perguruan-perguruan tinggi atau universitas di Indonesia, untuk memasifkan jurusan akuntansi. Bukan sekedar ilmu dasar yang dipelajari, melainkan mempelajari berbagai teknologi dan inovasi untuk mengolah data akutansi menjadi ‘big data’.

“Di UPH sendiri, untuk Prodi Akuntansinya sedang dikembangkan kemampuan untuk kompetensi data analitik. Jadi nantinya, lulusan akuntansi memiliki skill atau kemampuan di dalam data analitik, supaya dapat menggunakan semua data yang diolah menjadi big data,” tuturnya.

Sementara itu, Antonius dikukuhkan menjadi guru besar bidang akuntansi dan audit memaparkan dalam pidato pengukuhannya berjudul ‘Peran Auditor Eksternal dalam Pelaporan Keuangan di Indonesia : Tantangan dan Peluang’. Dia mencontohkan adanya skandal manipulasi laporan keuangan perusahaan publik dalam lima tahun terakhir di Indonesia. Dimana, dalam skandal tersebut, para akuntan publik maupun perusahaannya, mendapat sanksi dari pemerintah.

Hingga kini, UPH memiliki guru besar lebih dari 20 orang. Jumlah tersebut menjadikan universitas itu pemilik guru besar terbanyak untuk perguruan tinggi swasta. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya