Mahasiswa Singapura dan Indonesia Ciptakan Alat Permudah Kehidupan Masyarakat di Pinggiran Kota Besar

Puluhan mahasiswa asal Singapura dan Indonesia, berkolaborasi menciptakan alat untuk mempermudah kehidupan di masyarakat pinggiran kota besar.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 29 Sep 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2023, 18:00 WIB
Mahasiswa Singapura dan Indonesia, Berkolaborasi Ciptakan 6 Alat Prototype di 2 Desa
Puluhan mahasiswa asal Singapura dan Indonesia, berkolaborasi menciptakan alat untuk mempermudah kehidupan di masyarakat pinggiran kota besar.

Liputan6.com, Tangerang - Puluhan mahasiswa asal Singapura dan Indonesia, berkolaborasi menciptakan alat untuk mempermudah kehidupan di masyarakat pinggiran kota besar. Bahkan, dalam 12 hari, puluhan mahasiswa tersebut sudah berhasil menciptakan 6 purwa rupa alat yang bisa digunakan masyarakat.

Mereka adalah, 30 orang mahasiswa dari Singapore Polytechnic dan 30 mahasiswa dari Universtitas Pelita Harapan (UPH). Mereka bersama mengunjungi dua desa, yakni Ciakar Kabupaten Tangerang dan perkampungan Sukapura, Jakarta.

Setelah kunjungan tersebut, mereka akan berdiskusi antar mahasiswa dan masyarakat desa setempat, untuk mencari solusi adakah permasalahan kehidupan sosial ekonomi yang bisa diselesaikan.

"Kolaborasi program antara Fakultas Desain & Fakultas Sains dan Teknologi UPH bersama Singapore Polytechnic, dalam bentuk kegiatan pengabdian Masyarakat, lalu diwujudkan dalam bentuk enam Prototype mesin dan juga fasilitas yang dapat bermanfaat untuk menjawab kebutuhan di daerah Ciakar, Tangerang dan Sukapura, Jakarta," kata Martin Luqman Katoppo, Dekan Fakultas Desain UPH.

Keenam alat tersebut adalah Lestari Eco-enzim, untuk membantu pemilihan sampah. Lalu 'Upaya Rumah Kaca', yakni rumah pelatihan dan pendidikan untuk masyarakat desa. Masyarakat akan dilatih untuk menguasai ilmu IT, marketing, hingga pembuatan digital marketing.

Lalu ada pula, mesin pembuatan tempe yang menjamin pembuatannya dalam proses yang higienis. Pembuatan jamur yang modern dengan memanfaatkan sampah daur ulang, dan beberapa alat lainnya.

"Mereka membuat ini selama 12 hari saja. Masyarakat di dua desa itu pin perwakilannya hadir dalam pameran ini, untuk melihat langsung alat prototype yang sudah dibuat," kata Martin.

Sementara itu, menurut Rektor UPH, Jonathan Parapak, proyek yang dikerjakan adalah bagian dari pemicu hadirnya kemampuan 4C dalam mahasiswa, yakni Critical Thinking, Creativity, Collaboration dan Communication.

"Ide dan kreativitas yang muncul di sini saya lihat sebagai kemampuan yang memicu 4C. Dan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa. Bukan cuma mahasiswa tapi juga masyarakat di Indonesia," katanya.

Dia berharap, ke depan mahasiswa terus hadir di tengah masyarakat. Karena mahasiswa telah diamanatkan untuk mengabdi kepada masyarakat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya