Liputan6.com, Bandung - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, mengaku belum mengetahui pemicu gempa bumi merusak yang berdampak di Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Menurut Rahayu, hingga saat ini BMKG belum dapat mengidentifikasi secara jelas pemicu gempa bumi merusak berkekuatan M4,8.
"Namun kami dapat sampaikan ini akibat dari sesar-sesar lokal yang aktif. Mudah-mudahan lima rentetan gempa ini sudah ada gempa utamanya di M4,8. Itu yang kita harapkan sehingga kalau melihat trennya dua gempa susulan meluruh jadi dua koma, mudah-mudahan sudah mulai meluruh," ujar Rahayu usai meninjau lokasi gempa di Kabupaten Sumedang, Senin, 1 Januari 2024.
Advertisement
Gempa yang mengguncang Sumedang pada 31 Desember 2023 terjadi sebanyak lima kali. Dua kali gempa terjadi sore hari yakni pada pukul 14.35 WIB M4.1, disusul pukul 15.38 WIB dengan M3.4, dan malam pukul 20.34 WIB M4.8.
Usai itu, dua guncangan gempa berangsur mengecil yakni berada di kekuatan magnitudo 2 menjelang malam hari dan pagi hari tadi.
"Perlu kajian lebih lanjut soal pemicu gempa dari Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Mudah-mudahan kita di lapangan sudah bisa secepatnya mengambil data. Jadi bisa menjustifikasi sesar apa," kata Rahayu.
Terpenting kata Rahayu, masyarakat setempat yang terdampak gempa merusak harus meningkatkan kewaspadaannya.
Salah satunya adalah untuk lebih memerhatikan kembali struktur bangunan tempat tinggal mereka usai terdampak goncangan gempa.
"Kami sampaikan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaannya terutama untuk satu minggu kedepan karena kita belum bisa memprediksi gempa susulannya seperti apa. Terutama dari bangunan rumah yang sudah lima kali diguncang gempa karena struktur bangunannya pasti bergeser," kata Rahayu.
Rahayu menjelaskan hampir seluruh bangunan yang ada saat ini tidak dirancang tahan guncangan gempa.
Sedangkan, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin menyebutkan banyak beredar berita palsu soal pemicu gempa bumi yang melanda Sumedang.
"Jadi tentang sesar itu mohon teman-teman media cukup jelas mengutip dari BMKG. Karena banyak beredar hoaks dari mana asal gempa itu," ucap Bey.
Â
Penjelasan Badan Geologi soal Sesar Cileunyi-Tanjungsari
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan pemicu gempa bumi merusak berkekuatan M4,8 pada kedalaman 5 km berjarak sekitar 1,5 km timur Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat dipicu oleh Sesar Aktif Cileunyi – Tanjungsari pada tanggal 31 Desember 2023, pukul 20.34 WIB.
Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Hendra Gunawan, data Badan Geologi mencatat Sesar Cileunyi–Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengiri.
"Sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles, dan nilai laju geser berkisar antara 0,19-0,48 mm per tahun," ujar Hendra dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Senin, 1 Januari 2024.
Hendra menjelaskan kondisi (morfologi) daerah sekitar pusat gempa bumi merupakan dataran hingga dataran bergelombang, setempat lembah, perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal.
Berdasarkan data Badan Geologi daerah Sumedang secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah keras (kelas C).
"Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api (breksi gunung api, lava, tuff) dan endapan danau," ungkap Hendra.
Sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter secara umum bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan rombakan gunung api yang telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh goncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
"Kejadian gempa bumi ini telah mengakibatkan bencana berupa kerusakan rumah penduduk di Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kotakaler, Kampung Rancapurut, Desa Rancamulya-Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Sumedang Selatan," kata Hendra.
Menurut informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan penduduk setempat, guncangan gempa bumi dirasakan di daerah Sumedang dengan skala intensitas antara III - IV MMI (Modified Mercalli Intensity).
Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi.
"Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami karena lokasi pusat gempa bumi berada di darat," terang Hendra.
Badan Geologi mencatat bahwa wilayah Kabupaten Sumedang pernah mengalami kejadian gempa bumi merusak pada tahun 1972.
Sedangkan kejadian gempa bumi tahun 2010 menimbulkan kecemasan bagi penduduk di daerah Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
"Pada tahun 2022 juga tercatat kejadian gempa bumi dengan magnitudo (M2,7) pada kedalaman 16 km," tukas Hendra.
Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.
Hendra mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
"Tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, dan jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi," sebut Hendra.
Sebelum gempa bumi berkekuatan M4,8 yang merusak, pada pukul 14.35 WIB sempat terjadi gempa di Sumedang dihari yang sama berkekuatan M4,1 dan pukul 15.38 WIB berkekuatan M3,4.
Hendra menambahkan bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman sesuai dengan arahan petugas BPBD setempat.
"Bangunan di Kabupaten Sumedang harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi," tegas Hendra.
Pasalnya wilayah Kabupaten Sumedang tergolong rawan gempa bumi, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi gempa bumi.
Advertisement