Liputan6.com, Bali - Bali menjadi sasaran wisatawan yang ingin tinggal dan bekerja sebagai digital nomad. Terlebih, pemerintah memberikan cukup banyak kemudahan untuk para digital nomad dari berbagai negara untuk tinggal di sini.
Dalam jangka waktu tersebut, wisatawan bisa bekerja dari Bali secara bebas sebagai digital nomad. Ada beberapa alasan kenapa wisatawan mancanegara memilih untuk menjadi pekerja remote dan pindah ke Bali. Salah satunya adalah tidak dikenakannya pajak penghasilan jika mereka berada di sini dalam kurun waktu 6 bulan.
Selain itu, proses pengajuan juga cepat dan bisa dilakukan secara online untuk negara tertentu. Lebih lanjut, Bali juga menawarkan coworking space yang beragam dengan akses internet cepat. Jadi, digital nomad tidak bingung saat mencari lokasi bekerja.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
“Bali ini banyak restoran yang enggak hanya dipakai untuk makan, tapi juga nyaman untuk bekerja. Jadi, sembari makan bisa sambil mingle, kerja, atau sekadar membuat konten,” ujar pemilik KIOA Joseph Dwi Putra dalam grand opening restoran KIOA di Jalan Raya Kerobokan 10A, Bali.
Pindah Sana-sini
Menurut Joseph, turis mancanegara biasanya suka cafe atau restaurant hopping alias pindah sana-sini. Namun, jika mereka sudah menemukan yang cocok, maka biasanya akan balik lagi hampir setiap hari untuk makan atau bekerja.
“Itulah kenapa, punya konsep restoran yang nyaman buat makan sekaligus bekerja itu penting. Apalagi setiap sudutnya bisa dipakai buat konten,” ucapnya menjelaskan konsep resto di Bali yang “turis banget” ini.
Selain masalah tempat makan yang lengkap dengan coworking space, Bali juga dipilih karena sangat affordable di berbagai sektor. Untuk ukuran turis asing, harga makanan di sana bisa membuat mereka hemat, tapi tetap bisa makan enak.
Lebih lanjut, biaya sewa untuk apartemen hingga vila juga relatif ramah untuk standar pelaku remote working dari luar negeri. Dengan gaji lebih besar dan tidak kena pajak, para digital nomad ini tetap bisa hidup nyaman dari Bali.
Advertisement