Yuk Mengenal Putu Piring, si Segitiga Kuning dari Melayu

Warnanya kuning yang identik dengan warna Melayu, dan rasa serta aroma yang tetap berciri rempah.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 20 Mar 2024, 16:36 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2024, 16:36 WIB
Batam
Putu Piring, kue Melayu yang mencoba bertahan di tengah gempuran zaman. Foto: liputan6.com/ajang nurdin 

Liputan6.com, Batam - Setiap daerah punya makanan khas yang hanya bisa ditemukan saat tertentu seperti di Bulan Ramadan. Saat takjil war atawa berburu takjil inilah momentum menemukan mereka

Di Provinsi Kepulauan Riau yang merupakan tanah Melayu ditemukan makanan tepat untuk berbuka puasa yakni kue Putu Piring.

Berbahan dasar tepung beras ketan (Pulut), berwarna kuning dan dominan dengan aroma dan rasa rempah. Tak main-main, rempahnya juga rempah khusus, Halba , Bunga lawang, Halia.

Apriadi, salah satu pembuat Putu Piring menjelaskan, bahwa pembeda utamanya adalah rempah khusus ini.

"Cara buatnya setelah jadi adonan, dikukus dengan penyaring kain putih dan  menggunakan Piringan kecil dari aluminium berbentuk kerucut, kalau putu umumnya menggunakan Bambu," katanya.

Ditambahkan, warna dan tampilan Kue Putu Piring warna dan tampilan memiliki pesan dan makna. Warna kuning merupakan simbol warna kebesaran Melayu.

"Kemudian bentuk kerucut adalah simbol segala sesuatu kehidupan fokus ke yang satu titik," kata Apriadi.

Penggunaan rempah-rempah adalah sebagai obat. Sebagaimana makanan khas Melayu, selalu ada rempah.

Apriadi berjualan Kue Putu Piring dengan berkeliling ke pulau-pulau yang ada di Batam. Namun selama Ramadan memilih fokus jualan di Batam.

"Keliling ke kampung-kampung tua dan asli di  Rempang, Galang. Tapi untuk jualan menetapnya, di Tanjung Riau," katanya.

Ia menuturkan yang menjual putu piring keliling tidak banyak seperti dirinya melainkan memilih pembuatannya di rumah yang kemudian dititip di Pasar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya