Artificial Intellegence: Tak Membuat Semua Tergantikan tapi Terbantukan

Salah satu pokok bahasan dalam ajang APMF ke-10 yang digelar di Nusa Dua Bali 1 hingga 3 Mei 2024 adalah perkembangan Artificial Intellegence yang digadang-gadang mampu menggantikan peran manusia. Bagaimana dunia industri harus menyikapinya? Begini pendapat Chairman of APMF Andi Sadha.

oleh Kori Sofianty diperbarui 02 Mei 2024, 23:37 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2024, 23:20 WIB
Chairman of APMF Andi Sadha.
Andi Sadha Chairman of APMF berkomentar soal bagaimana sewahursnya pegiat industri menyikapi perkembangan artificial intellegence atau kecerdasan buatan yang telah merambah ke segala bidang kehidupan manusia.

Liputan6.com, Nusa Dua - Ajang Asia Pacific Conference for Media, Advertising and Marketing (APMF) ke-10 yang digelar di Nusa Dua Convention Center Bali 1-3 Mei 2024 membahas banyak hal termasuk dinamika dan tren industri pemasaran, media, dan komunikasi di tengah revolusi teknologi dan perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI).

Ajang ini, menurut Chairman of APMF Andi Sadha, semakin mengukuhkan peran APMF sebagai wadah utama bagi pelaku industri untuk bertukar ide dan inovasi dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks.

"Event APMF ini ajangnya berkumpul para stakeholder di dunia pemasaran, kreatif, dan media. Ini merupakan ajang Asia Pasifik. Kami Indonesia ingin supaya menjadi center of excellence di marketing dan media di Asean ataupun di Asia Pasific yang dipusatkan di Bali," ujar Andi Sadha usai acara pembukaan APMF, Kamis, 2 Mei 2024.

Salah satu fokus yang disoroti adalah peran, manfaat, juga dampak Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan yang saat ini menjadi sebuah keniscayaan yang tak terhindarkan di segala bidang kehidupan manusia.

"Isu yang dibahas ke depan tentunya apakah kita semua akan digantikan oleh mesin atau gen AI, yang terjadi sekarang adalah suatu perubahan dari satu generasi," jelas Andi.

Sebelumnya, di ajang yang sama beberapa tahun lalu, APMF berbicara tentang generation shiftnya adalah dari analog ke digital. Kali ini digital sudah mulai normal sekarang ada namanya gen AI.

"Nah, kita sebagai pelaku industri harus bisa mendapatkan apa impact perubahan teknologi ini terhadap bagaimana perilaku sebagai pekerja dan tentunya bagaimana kami atau pelaku industri bisa menggunakan teknologi baru ini unbtuk bisa lebih dekat dengan konsumen," terangnya lagi,

Ia juga tak menampik bahwa teknologi baru ini, di satu sisi, bisa menghilangkan pekerjaan manusia, tetapi di sisi lain bisa juga melahirkan pekerjaan baru. Justru dengan adanya APMF ini, tambahnya, mampu membangun semua di industri menjadi relevan sehingga tidak membuat semua tergantikan tetapi terbantukan.

"Gen AI merupakan teknologi yang penting tetapi gen AI sampai sekarang AI belum punya empati, dia tidak punya rasa. Jadi masih sangat penting kita sebagai pelaku yang belum tergantikan ini bisa mengerti dengan menggunakan empati dan hati, kreativitas untuk mencegah apa yang dilakukan oleh AI itu tidak selamanya benar dan tidak bisa menggantikan manusia," bebernya lagi.

APMF bergerak di dunia kreativitas dan brand, yang mana harus berhati-hati terkait hak cipta dan royalti atau yang berhubungan dengan hak kekayaan intelektual. "Karena brand itu sangat penting, AI akhirnya menjadi referensi dan kemampuan real person lebih memainkan peranan penting karena kita selalu ingin hasil yang original tanpa melanggar hak milik orang lain," ujarnya.

Ia juga mengatakan seiring perjalanannya, peran APMF menjadi semakin penting bagi para pelaku industri karena telah menyediakan kesempatan bagi para pemimpin dan inovator industri untuk berbagi pandangan, serta mendefinisikan praktik terbaik yang dapat menginspirasi generasi selanjutnya. 

Asia Pacific Conference for Media, Advertising and Marketing (APMF) ke-10 yang digelar pada tanggal 1-3 Mei 2024 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali juga menyoroti dinamika dan tren industri pemasaran, media, dan komunikasi di tengah revolusi teknologi dan perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI).

APMF tahun ini dihadiri lebih dari 1.000 partisipan dari berbagai latar belakang dan keahlian,yang mengikuti rangkaian kegiatan seperti pembelajaran praktis melalui APMF Lab, pencarian inspirasi dan wawasan dalam sesi konferensi, pengalaman seru di Expo Immersive Playground, serta membangun koneksi yang bermakna melalui kesempatan networking.

Melalui tema “Make Your Mark”, APMF 2024 mengajak para peserta untuk membangun legacy berkelanjutan yang berdampak di tengah dinamika industri dan perilaku konsumen yang terus berubah.

“Setiap individu berperan penting dalam membentuk masa depan industri dan tidakbisa sekadar berfokus pada kesuksesan jangka pendek. Tema ini merupakan seruan untukmemanfaatkan potensi optimal masing-masing, berkontribusi pada kebaikan bersama, danmenginspirasi perubahan positif untuk kemajuan industri,” tambah Co-Chairwoman of APMF, Devi Attamimi.

Selaras dengan semangat tersebut, lebih dari 75 pembicara di sesi konferensi dan APMF Lab turut menggaungkan pentingnya berinovasi dengan strategi yang kreatif, inovatif, serta berpusat pada pengalaman konsumen.

Jajaran pembicara kelas dunia tersebut termasuk Digital Anthropologist Brian Solis, Deputy President Director BCA Armand Hartono, Founder Hakuhodo Kettle Kentaro Kimura, dan Chief Revenue Officer 88Rising Mike Chuthakieo.

Sehari sebelumnya, para pembicara ternama dari sesi APMF Lab turut membekali peserta dengan pembelajaran praktis dan studi kasus yang relevan untuk dapat meninggalkan pendekatan konsumen dan promosi brand yang berkesan, di antaranya Founding PartnerFutureproof TMT Scott Thomson, President Director SMESCO Leonard Theosabrata, danCo-Founders Bapak2ID Nuang2000 dan James jan Markus. APMF Lab merupakan salah satukegiatan yang dinantikan kehadirannya setelah absen selama 6 tahun.

Bagi content creator Andovi da Lopez yang telah menjadi pembicara kedua kali di APMF, pengalamannya kali ini tidak kalah berkesan dibandingkan tahun sebelumnya. “APMF 2024 memberikan wawasan berharga bagi saya sebagai pelaku kreatif. Suasananya yang inspiratif dan kolaboratif memungkinkan pembicara dan peserta untuk saling bertukar ide dan pengalaman mengenai cara berinovasi dan beradaptasi," dia menandaskan.

Ilustrasi surga indah (sumber: Freepik)
Ilustrasi surga indah (sumber: Freepik)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya