Mengenal Hoarding Disorder, Gangguan Mental yang Kerap Terabaikan

Kecemasan dapat disebabkan oleh berbagai alasan, seperti rasa takut kehilangan informasi penting, keterikatan emosional terhadap benda-benda tertentu

oleh Panji Prayitno diperbarui 19 Jul 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2024, 18:00 WIB
Mengenal Hoarding Disorder, Gangguan Mental yang Kerap Terabaikan
Ilustrasi hoarding disorder, kebiasaan menimbun barang. (Image by freepik)

Liputan6.com, Jakarta Hoarding disorder adalah salah satu jenis gangguan mental yang sering kali tidak disadari oleh penderitanya maupun orang di sekitarnya. Gangguan ini ditandai dengan kesulitan yang luar biasa dalam membuang barang-barang, terlepas dari nilai sebenarnya dari barang tersebut.

Penderita hoarding disorder cenderung menumpuk berbagai macam barang, mulai dari benda-benda yang masih memiliki nilai guna hingga barang-barang yang sudah tidak layak pakai.

Kondisi ini bukan hanya sekadar kebiasaan buruk, tetapi sebuah gangguan mental serius yang memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat. Penderita hoarding disorder sering kali merasakan kecemasan atau stres yang berlebihan ketika harus membuang atau memisahkan diri dari barang-barang mereka.

Kecemasan ini dapat disebabkan oleh berbagai alasan, seperti rasa takut kehilangan informasi penting, keterikatan emosional terhadap benda-benda tertentu, atau keyakinan bahwa barang tersebut akan berguna di masa depan.

Akibatnya, rumah penderita hoarding disorder bisa menjadi penuh sesak dan tidak layak huni, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mereka.

Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap perkembangan hoarding disorder adalah masalah psikologis yang mendasarinya, seperti kecemasan, depresi, atau trauma masa lalu.

Pengalaman negatif di masa lalu, seperti kehilangan orang yang dicintai atau mengalami bencana alam, dapat memicu seseorang untuk mulai menimbun barang sebagai cara untuk mengatasi perasaan kehilangan atau ketidakamanan. Selain itu, faktor genetik juga dapat memainkan peran penting dalam predisposisi seseorang terhadap gangguan ini.

Dampak dari hoarding disorder tidak hanya dirasakan oleh penderita, tetapi juga oleh orang-orang di sekitar mereka. Keluarga dan teman sering kali merasa frustrasi dan tidak berdaya dalam menghadapi kebiasaan menimbun barang tersebut.

Penanganan Tepat

Hal ini dapat menyebabkan konflik interpersonal dan bahkan perpecahan dalam hubungan. Selain itu, kondisi rumah yang penuh sesak dengan barang-barang juga dapat menjadi tempat berkembang biaknya kuman dan hewan pengerat, yang pada akhirnya dapat membahayakan kesehatan semua penghuni rumah.

Penanganan hoarding disorder memerlukan pendekatan yang komprehensif dan sensitif. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy/CBT) adalah salah satu metode yang terbukti efektif dalam membantu penderita mengatasi gangguan ini.

Terapi ini membantu penderita untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir serta perilaku yang tidak sehat terkait dengan penimbunan barang. Selain itu, dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting dalam proses penyembuhan.

Mereka dapat memberikan motivasi dan membantu penderita untuk mengambil langkah-langkah kecil menuju kehidupan yang lebih teratur dan sehat.Meskipun hoarding disorder merupakan gangguan yang kompleks dan sering kali sulit untuk diatasi.

Dengan penanganan yang tepat, penderita dapat belajar mengendalikan kebiasaan menimbun mereka dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Penting bagi masyarakat untuk lebih memahami gangguan ini dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi mereka yang mengalaminya.

Dengan begitu, penderita hoarding disorder tidak akan merasa sendirian dalam perjuangan mereka dan dapat menemukan jalan menuju pemulihan.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya