Greenhouse Gas Protocol Bootcamp Batch 8 untuk Percepatan Target Net Zero Perusahaan Indonesia

Penerapan GHG Protocol menjadi syarat utama bagi perusahaan dalam menetapkan target penurunan emisi yang sesuai dengan SBTi.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Agu 2024, 08:21 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2024, 22:45 WIB
Net Zero
Dalam upaya mempercepat pencapaian target net zero di Indonesia, Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bekerja sama dengan Kadin Net Zero Hub kembali menyelenggarakan Greenhouse Gas (GHG) Protocol Bootcamp angkatan ke-8

Liputan6.com, Jakarta - Dalam upaya mempercepat pencapaian target net zero di Indonesia, Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bekerja sama dengan Kadin Net Zero Hub kembali menyelenggarakan Greenhouse Gas (GHG) Protocol Bootcamp angkatan ke-8. Acara ini berlangsung di Menara Kadin Indonesia pada tanggal 28 Agustus 2024, dengan kehadiran delapan perusahaan, yakni PT Cahaya Amanda Energi (Aman Energi), Nutrifood, PT Lion Express, PT Surveyor Indonesia, PT Mukti Mandiri Lestari, XL Axiata, PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk, dan PT Lucky Textile Group (PT Lucky Print Abadi). Fasilitator dari bootcamp kali ini adalah Thomas Renaldy, Senior ESG Consultant dari Renoir Consulting.

Bootcamp ini merupakan salah satu inisiatif unggulan dari Kadin Net Zero Hub yang dirancang khusus untuk para anggotanya. Tujuannya adalah untuk memberikan pelatihan mendalam mengenai GHG Protocol, guna mendukung perjalanan perusahaan menuju net zero dengan pendekatan berbasis sains yang terintegrasi dalam Science-Based Target Initiatives (SBTi).

Selain itu, acara ini juga menjadi forum diskusi strategis bagi perusahaan untuk merumuskan langkah-langkah konkret dan strategi jangka panjang dalam mencapai target net zero, serta bagaimana Kadin Net Zero Hub dapat memberikan dukungan optimal kepada mereka.

Aloysius Wiratmo selaku Program Development Manager IBCSD berharap dapat membekali peserta dengan pengetahuan dasar yang diperlukan untuk secara akurat mengukur, mengelola, dan melaporkan emisi gas rumah kaca mereka, serta memberikan pengenalan awal terhadap penghitungan Scope 1 dan Scope 2.

Acara ini disusun untuk membantu perusahaan menilai baseline emisi mereka melalui GHG Protocol, sebuah kerangka kerja yang telah diakui secara global sebagai standar komprehensif untuk mengukur dan mengelola emisi gas rumah kaca. Penerapan GHG Protocol menjadi syarat utama bagi perusahaan dalam menetapkan target penurunan emisi yang sesuai dengan SBTi.

Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang metodologi GHG Protocol dan penerapan perhitungan gas rumah kaca dalam operasi perusahaan sangat penting, terutama bagi mereka yang telah bergabung dalam Kadin Net Zero Hub.

Bootcamp ini mencerminkan komitmen kuat Kadin Net Zero Hub dalam mendukung perusahaan di Indonesia mencapai target net zero. Melalui pelatihan praktis yang diberikan, perusahaan-perusahaan peserta diharapkan dapat mengembangkan strategi dan kebijakan yang efektif untuk mencapai tujuan keberlanjutan tersebut.

“Kegiatan bootcamp ini sejalan dengan misi KADIN Net Zero untuk membantu perusahaan di Indonesia terutama anggota Kadin Net Zero Hub mencapai target net zero emissions. Selain mempelajari GHG Protocol, perusahaan yang hadir juga diharapkan dapat berbagi praktik terbaik yang telah mereka terapkan untuk saling belajar dan meningkatkan kapasitas bersama,” sebut Syarika Bralini, perwakilan pengurus Kadin NZH.

Salah satu peserta perwakilan perusahaan yang hadir pada acara ini, R. Fauzi Wibowo, Climate Specialist Sustainability Team dari PT XL Axiata Tbk, mengatakan, acara ini dapat menjadi langkah awal bagi perusahaan untuk mengetahui metode yang tepat dalam perhitungan emisi, mengidentifikasi sumber-sumber emisi perusahaan, serta bagaimana cara menghitungnya.

"Harapannya, Kadin Net Zero Hub dapat terus membantu dan mendukung perusahaan dalam perjalanan menuju net zero, utamanya melalui pendekatan SBTi,” ucapnya. 

Dengan berpartisipasi dalam GHG Protocol Bootcamp, perusahaan tidak hanya memastikan kepatuhan terhadap standar nasional dan internasional, tetapi juga dapat menghindari sanksi, meningkatkan reputasi di mata publik dan investor, serta menunjukkan komitmen nyata dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya