Liputan6.com, Bandung - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah monkeypox (Mpox) di Kongo dan beberapa negara lain di Afrika sebagai darurat kesehatan global. Hingga Agustus 2024, sebanyak 99.518 kasus Mpox dan 207 kematian telah dilaporkan di 116 negara.
Pencegahan Mpox alias cacar monyet ini menurut General Practitioner Integrated Therapeutic dr. Tania Savitri di laman Hello Sehat sudah ada sejak tahun 2019 lalu.
Baca Juga
Pada waktu itu US Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui penggunaan vaksin Jynneos untuk mencegah monkeypox.
Advertisement
"Namun, pemberian vaksin ini masih sangat terbatas pada orang dewasa di atas 18 tahun yang berisiko tinggi terkena monkeypox. Di Indonesia, Jynneos juga belum tersedia," ujar Tania dicuplik Rabu (4/9/2024).
Meski begitu, Tania mengatakan masyarakat tetap bisa melakukan beberapa hal berikut untuk mengurangi risiko penularan virus monkeypox. Ada enam langkah yang harus dilakukan antara lain:
- Hindari kontak dengan orang yang terdiagnosis monkeypox, termasuk tidak berbagi handuk, tempat tidur, dan peralatan lain.
- Ikuti vaksinasi cacar (smallpox).
- Hindari kontak dengan primata, tikus, atau hewan liar lain yang mungkin terpapar virus.
- Rajin cuci tangan dengan air dan sabun, terutama sebelum makan, membersihkan luka, dan menyentuh lapisan mukosa.
- Hindari konsumsi olahan daging yang tidak matang.
- Gunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien yang terinfeksi.
Tania menegaskan sampai saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk monkeypox. Untungnya, penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya dalam kurun 2–4 minggu.
Pada kasus tertentu, pasien cacar monyet bisa menerima obat antivirus seperti cidofovir atau tecovirimat. Meski begitu, penggunaan obat-obatan ini masih sangat terbatas.
"Jika Anda tidak termasuk dalam kelompok yang bisa menerima obat, dokter biasanya menyarankan perawatan rumahan yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh," kata Tania.
Namun, Tania mengingatkan bahwa perawatan ini bukan bertujuan untuk menyembuhkan, melainkan mencegah infeksi semakin memburuk.
Demi meningkatkan daya tahan tubuh, pasien biasanya dianjurkan untuk memperbanyak istirahat dan memenuhi kebutuhan cairan serta makanan bergizi seimbang.
Selain itu, usahakan untuk melakukan karantina atau isolasi diri demi mencegah penularan. Pastikan pasien melakukan karantina sampai ruam benar-benar sembuh dan hilang.
Â
Pemeriksaan Mpox oleh Dokter
Untuk mendiagnosis seseorang terjangkit virus monkeypox, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi gejala.
"Dokter akan memastikan bahwa gejala tersebut bukanlah tanda cacar air, cacar api, atau penyakit lainnya yang serupa," ucap Tania.
Oleh karena itu, dokter biasanya menyarankan pasien menjalani tes laboratorium untuk memastikan jenis virus yang menginfeksi. Polymerase chain reaction (PCR) merupakan salah satu jenis tes yang kerap direkomendasikan untuk mendeteksi virus monkeypox.
Tes ini akan menggunakan sampel berupa cairan dari lesi atau bagian kulit yang terdampak cacar. Selanjutnya, sampel tersebut akan diperiksa di laboratorium.
"Virus monkeypox termasuk dalam penyakit yang memiliki tingkat kesembuhan tinggi meski tanpa pengobatan," sebut Tania.
Namun, penyakit ini tetap berisiko menimbulkan komplikasi, terutama pada anak-anak dan seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah.
Beberapa komplikasi dari penyakit cacar monyet yaitu:
- infeksi paru-paru,
- radang otak (ensefalitis), dan
- infeksi kornea (keratitis).
Tania menambahkan setiap orang yang belum pernah terinfeksi cacar monyet memiliki risiko mengalami penyakit ini.
Namun, beberapa kondisi berikut bisa membuat pasien lebih berisiko mengalaminya.
- Pernah melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
- Melakukan perjalanan ke negara asal virus.
- Merawat orang dengan virus monkeypox.
- Melakukan penelitian terhadap virus.
- Karena penyakit ini termasuk infeksi virus, seseorang dengan kekebalan tubuh rendah cenderung memiliki risiko yang lebih besar untuk terinfeksi.
Â
Advertisement
Penyebab Cacar Monyet
Tania mengigatkan kembali cacar monyet disebabkan oleh virus yang disebut monkeypox. Virus ini diduga berasal dari genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae.
"Virus cacar air atau Varicella zoster juga merupakan bagian dari genus Orthopoxvirus. Inilah alasan mengapa gejala monkeypox mirip dengan cacar air," terang Tania.
Selain menular dari hewan ke manusia, berikut adalah cara lain penularan cacar monyet:
- Kontak langsung dengan cairan tubuh, contohnya dari droplets atau ciuman.
- Kontak dengan suatu hal yang terkontaminasi, seperti pakaian, alat makan, atau alat mandi.
- Goresan atau gigitan dari hewan yang terinfeksi.
- Virus monkeypox dapat masuk melalui luka terbuka pada kulit, permukaan mukosa (mulut, mata, alat kelamin, anus), dan saluran pernapasan.
"Ibu hamil dengan monkeypox juga bisa menularkan penyakit ke janinnya. Umumnya, dokter akan memberikan perawatan intens untuk ibu hamil dengan cacar monyet," ungkap Tania.
Gejala cacar monyet biasanya muncul 5–21 hari setelah seseorang terinfeksi. Berikut adalah gejala awal dari monkeypox:
- Demam.
- Letih atau lemas.
- Sakit tenggorokan.
- Sakit kepala.
- Menggigil.
- Nyeri otot.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
Gejala tersebut biasanya bertahan selama 1–3 hari atau lebih. Setelah itu, Anda akan mulai melihat ruam kulit di sekitar wajah yang kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh, termasuk anus.
"Ruam kemudian akan berkembang menjadi lenting berisi cairan atau nanah. Beberapa orang sering merasa gatal atau bahkan nyeri pada lenting tersebut," terang Tania.
Setelah beberapa hari, ruam akan pecah, mengering, dan rontok. Proses berkembangnya ruam sampai rontok bisa terjadi selama 3–4 minggu.
Cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit infeksi langka yang disebabkan oleh virus monkeypox (mpox). Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis, yang berarti menyebar dari hewan ke manusia.
Monyet merupakan inang utama dari penyakit cacar ini. Selain monyet, virus mpox juga ditemukan pada hewan pengerat dan primata lain, seperti tikus atau tupai.
Kasus cacar monyet pertama kali ditemukan tahun 1958 pada kawanan monyet yang sedang diteliti. Monkeypox pada manusia baru ditemukan pertama kali pada 1970 di Kongo.