Tertua di Indonesia, Apa Itu Wayang Beber?

Keberadaan wayang beber memang tak sepopuler wayang kulit. Namun, ternyata wayang beber merupakan cikal bakal lahirnya wayang kulit.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 08 Nov 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2024, 16:00 WIB
Wayang Beber, Karakter Budaya Indonesia yang Dituangkan Ghea Panggabean dalam Koleksi Tablewear
Mengintip koleksi tablewear bermotif wayang beber yang dirancang oleh Ghea Panggabean (Foto: Vinsensia Dianawanti)

Liputan6.com, Yogyakarta - Wayang merupakan warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia. Salah satu wayang tertua di Indonesia adalah wayang beber.

Keberadaan wayang beber memang tak sepopuler wayang kulit. Namun, ternyata wayang beber merupakan cikal bakal lahirnya wayang kulit.

Mengutip dari indonesia.go.id, wayang kulit merupakan bentuk modifikasi dari wayang beber. Wayang beber tertua terdapat di Desa Karang Talun, Kelurahan Kedompol, Kecamatan Donorojo, Pacitan, Jawa Timur dan di Desa Gelaran, Kelurahan Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo (Wonosari), Gunungkidul, Yogyakarta.

Sesuai namanya, pertunjukan wayang beber dilakukan dengan membeberkan atau membentangkan layar maupun kertas yang berupa gambar. Wayang ini dimainkan dengan cara menguraikan cerita lakon melalui gambar yang tertera pada kertas atau layar tersebut.

Wayang beber di Pacitan disimpan dan dilestarikan oleh Mbah Mardi. Wayang ini adalah hadiah dari Raja Brawijaya yang diwariskan secara turun temurun.

Sementara itu di Wonosari, wayang beber dimiliki oleh Ki Supar. Ia merupakan keturunan ketujuh Kyai Remeng Mangunjaya.

Dua wayang beber tersebut memiliki persamaan dalam hal lakon cerita yang mengangkat kisah pada masa kerajaan Kediri dan Majapahit. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan berupa tokoh-tokoh pada gambar dan latar belakangnya.

Selain di Pacitan dan Wonosari, wayang beber juga terdapat di Bali. Kisah wayang beber Bali berfokus saat Raja Brawijaya V berkuasa.

Seiring berjalannya waktu, muncul wayang beber kontemporer dengan bentuk karakter wayang yang berubah dan semakin bervariasi. Cerita pun mengalami perubahan.

Wayang klasik biasanya menyajikan cerita Mahabharata dan Ramayana, sedangkan wayang kontemporer lebih menonjolkan cerita tentang kehidupan masyarakat saat ini. Pertunjukan wayang kontemporer berperan penting dalam menanggapi dan mengkritisi kondisi masyarakat saat ini, termasuk dalam bidang politik, pemerintahan, ekonomi, pembangunan, dan sosial budaya.

Adapun wayang beber kontemporer dilestarikan oleh komunitas Wayang Beber Metropolitan, Jakarta. Lakon yang dibawakan merupakan kisah kehidupan di Jakarta lengkap dengan isu-isu perkotaan dan solusi yang diwacanakan.

Bentuk Wayang Beber Metropolitan secara fisik banyak berubah bentuk dari tradisi. Meski banyak perubahan, ciri khas wayang beber berupa gambar yang berisi cerita wayang dan berbentuk gulungan masih terlihat jelas.

Dalam pertunjukannya, gulungan gambar tersebut dipasangkan pada tongkat seligi dan ditancapkan pada kotak ampok. Saat akan diceritakan, gulungan gambar diperlihatkan dan diputar sesuai dengan gambar yang akan diceritakan.

Teknik pewarnaan wayang beber masih menggunakan teknik sungging. Teknik tersebut merupakan teknik baku dalam pembuatan wayang beber klasik.

 

Penulis: Resla

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya