Fenomena Kemunculan Ribuan Ulat Jati di Gunungkidul, Antara Teror dan Berkah

Awal musim penghujan di Gunungkidul selalu membawa cerita unik. Salah satunya adalah kemunculan ribuan ulat jati. Selain membawa teror, kemunculan ulat ini juga ditunggu-tunggu warga setahun sekali untuk dijadikan kuliner ekstrem.

oleh Hendro diperbarui 21 Nov 2024, 05:57 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2024, 05:57 WIB
Ulet Pohon Jati
Ulat jati sering terlihat bergelantungan di pohon atau turun ke tanah, terutama di kawasan yang banyak ditumbuhi pohon jati.

Liputan6.com, Gunungkidul Awal musim penghujan di Gunungkidul selalu membawa cerita unik. Salah satunya adalah kemunculan ribuan ulat jati. Selain membawa teror, kemunculan ulat ini juga ditunggu-tunggu warga setahun sekali untuk dijadikan kuliner ekstrem.

Memang bagi sebagian orang, kemunculan ulet pohon jati menimbulkan rasa geli dan takut. Bahkan tak sedikit para pengguna jalan harus rela membawa kayu atau menggunakan jas hujan sebagai pelindung.

Seperti yang disampaikan oleh Devi, Warga Wonosari yang bekerja di Kapanewon Panggang. Dirinya, setiap hari harus melewati puluhan kilometer hutan jati mulai dari keluar rumah hingga di kawasan hutan konservasi Paliyan.

"Setiap pagi sya lewat jalan ini, sekarang saya takut sama geli, banyak ulat pohon jati bergelantungan," kata Devi saat dijalan paliyan.

Menurutnya, ulat pohon jati ini membuat geli karena bentuk tubuhnya yang hitam dan lunak menempel pada baju atau sepeda motor. Sehingga, kesan geli dan takut karena air liur ulat tersebut susah hilang saat terkena baju.

Tak hanya itu, para pengguna jalan juga kaget jika ada ulat pohon jati ini merampat di dalam helm. Meski belum ada laporan adanya kecelakaan akibat ulat tersebut, namun membuat para pengguna jalan berhati-hati saat melintasi kawasan hutan jati.

"Makanya saya pakai jas hujan biar tidak masuk kesela sela baju atau pakaian yang saya pakai. Kalau jas hujan kan polos ya, jadi terlihat," katanya.

Sementara itu, Supratopo, seorang anggota Sar Satlinmas Korwil II Baron menyampaikan, banyak wisatawan yang hendak ke Pantai Selatan Gunungkidul merasakan hal serupa. Tak sedikit mereka berhenti di jalan untuk membersihkan ulat dari pakaian mereka.

"Banyak yang berhenti dan mengeluhkan banyak ulat pohon jadi di sepanjang jalan menuju kawasan pantai," kata Topo, panggilan akrabnya.

Topo menyebut, kemunculan jutaan ulat pohon jati ini akan berlangsung hingga beberapa minggu ke depan. Hingga ulat-ulat tersebut berubah menjadi kepompong ditanah dan menjadi kupu kupu.

Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Gunungkidul selama musim ulat jati, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut Topo:

1. Pakai baju gelap untuk menghindari noda iler/liur ulat yang sulit dibersihkan.

2. Hindari parkir di bawah pohon jati, karena ulat sering jatuh dari dahan.

3. Jika tertarik mencoba kuliner ulat besi, kunjungi pasar tradisional atau tempat makan lokal yang menyediakan.

 

Kuliner Ekstrem Ulat Jati

Warga mencari Ulat pohon jati
Bagi masyarakat Gunungkidul, musim ulat jati tidak hanya membawa tantangan, tetapi juga simbol siklus kehidupan alam.

Di balik kesan menyeramkan dan menakutkan, uniknya sebagian orang Gunungkidul justru memanfaatkan ulat pohon jati sebagai bahan kuliner yang memiliki cita rasa tersendiri. Ulet pohon jati dipercaya warga memiliki kandungan protein yang tinggi.

"Uler jati (ulat Pohon jati) kan munculnya setahun sekali kan, dan ini kesempatan kami menikmati kuliner ekstrem selain belalang dan kepompong ulet besi, jadi ini berkah, selain bisa dimakan juga bisa dijual,: kata Warsinah, warga pencari ulat pohon jati saat ditemui di Hutan Jati Paliyan.

Warsinah menyebut, kemunculan ribuan ulet pohon jati menandakan ekosistem alam sekarang ini tumbuh dengan baik. Pada tahun lalu, meski ada ulat namun kemunculannya tak sebanyak pada tahun ini.

"Ini berkah bagi kami, menyantap kuliner ekstrem dan dapat dijual untuk meningkatkan ekonomi," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya