Polda Jatim Beberkan Motif Sebenarnya Carok Massal di Sampang Madura

Dirreskrimum Polda Jatim, Kombes Pol Farman, akhirnya membeberkan motif di balik aksi carok di Desa Ketapang Laok, Sampang, yang menewaskan Jimmi Sugito Putra, Minggu (17/11/2024) silam.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 21 Nov 2024, 18:27 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2024, 18:27 WIB
Carok
Dirreskrimum Polda Jatim merilis kasus aksi carok di Desa Ketapang Laok, Sampang, yang menewaskan Jimmi Sugito Putra, Minggu (17/11/2024) silam. (Liputan6.com/ Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Dirreskrimum Polda Jatim, Kombes Pol Farman, akhirnya membeberkan motif di balik aksi carok di Desa Ketapang Laok, Sampang, yang menewaskan Jimmi Sugito Putra, Minggu (17/11/2024) silam. 

Kombes Farman menceritakan, bermula saat H Slamet Junaidi, paslon nomor urut 2 Pilkada Sampang berkunjung ke padepokan Babussalam milik Kiai Mualif sekitar pukul 14.30 WIB.

"Karena kunjungan mendadak, Kiai Mualif meminta santrinya mengumpulkan jemaah untuk menyambut kedatangan H Slamet Junaidi. Kunjungan itu, diketahui oleh Kyai Hamduddin (saudara Kiai Mualif)," ujar Kombes Farman di Mapolda Jatim, Kamis (21/11/2024).

Kiai Hamduddin, memergoki rombongan H Slamet, melintas di depan rumah miliknya dan menuju padepokan milik Kyai Mualif.

"Dari sanalah permasalahan dimulai. Kiai Hamduddin tidak terima karena dia lebih tua dari Kiai Mualif," ucap Kombes Farman.

Terlebih, lanjut Kombes Farman, kunjungan H Slamet tersebut tanpa ada izin kepadanya.

"Lalu, pihak Kiai Hamduddin memblokade jalan dengan mobil dan potongan kayu dengan tujuan menghalangi akses keluar jalan dari padepokan milik Kyai Mualif," ujarnya.

Tak terima dengan blokade jalan tersebut, pihak Kiai Mualif mendatangi padepokan Kiai Hamduddin. Kiai Mualif memerintah Jimmy Sugito Putra (korban) dan dua orang lain yakni Muadi, Mat Yasid, Abdussalam untuk meminta Kiai Hamduddin membuka blokade jalan tersebut.

"Namun, Kiai Hamduddin menolak hal itu dan menyarankan rombongan agar lewat jalan lain. Lalu, salah satu kelompok Kiai Mualif mengatakan dengan logat Madura ke pengadang. Mon Acarok Gih Degik Yeh. (Kalau mau carok nanti saja)," ucap Kombes Farman menirukan keterangan salah satu saksi.

Lalu, kata Kombes Farman, rombongan H Slamet Junaidi tetap meninggalkan lokasi melalui jalur lain. Tidak jauh setelah meninggalkan rumah Kiai Mualif, terjadi cekcok antara kelompok Kiai Mualif dan Kiai Hamduddin.

"Kiai Hamduddin tak terima karena pihak Kiai Mualif mengumpulkan santri zikir tanpa izin atau kulonuwun kepada Kiai Hamdudin selaku tokoh agama Ketapang Laok," ujar Kombes Farman.

"Kiai Hamduddin bilang, kamu kurang ajar. Kamu cuma pendatang kok mendatangkan orang. Kurang ajar. Dijawab Asrofi (suruhan Kiai Mualif) kurang ajarnya seperti apa? Wong di sini cuma mampir. Salahnya di mana? Masa mau ditolak kan tidak enak," ucap Kombes Farman menirukan percakapan di lokasi kejadian.

 

Sumbu Pendek

Dari cekcok mulut itu, Afrofi diminta untuk masuk ke Padepokan oleh Jimmy Sugito Putra (korban). Namun, Asrofi dikejar oleh kelompok Kiai Hamduddin. "Korban Jimmy berusaha melindungi Asrofi dari kejaran massa," imbuh Kombes Farman.

Dari insiden tersebut, muncul isu jika Kiai Hamduddin dipukul oleh kelompok Kiai Mualif. "Isu tersebut membuat kelompok Kiai Hamduddin marah hingga terjadilah penganiayaan terhadap korban Jimmy Sugito Putra," ucap Kombes Farman.

Atas insiden itu, korban mengalami luka robek 12 sentimeter di bagian kepala, luka bacok pipi 21 sentimeter, luka bacok paha 15 sentimeter, paha luar kiri 6 sentimeter, luka lengan 3 sentimeter, luka punggung 10 sentimeter, luka pantat 12 sentimeter dan jempol hampir putus 5 sentimeter dan tewas di lokasi kejadian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya