Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tidak tahu buah seri? Sudah bisa dipastikan orang tersebut punya masa kecil yang membosankan. Buah seri atau yang dikenal dengan nama kersen, merupakan buah kecil berwarna merah cerah dengan cita rasa yang manis. Di beberapa daerah di Indonesia, buah seri atau kersen, disebut juga talok dan kerukup siam. Bukan cuma buahnya yang manis, pohonnya juga menyimpan kenangan manis.
Bagi anak generasi 90, pohon seri bukan sekadar tanaman, dia sudah menjelma menjadi artefak masa lalu yang menyimpan begitu banyak kenangan. Pohon seri biasa tumbuh di mana saja tanpa tahu siapa yang menanamnya. Tinggi pohon seri berkisar bisa mencapai 10 meter, cabang-cabangnya mendatar, daunnya bergerigi menggantung di ujung-ujung ranting membentuk naungan yang rindang.
Advertisement
Baca Juga
Tidak salah jika pohon dari buah ini jadi titik kumpul generasi 90an saat mereka SD-SMP. Jadi tempat berteduh, ‘mengatur strategi’ sebelum bermain, atau sekadar menjadi tempat santai sambi nyemil buahnya yang manis. Itu semua biasa dilakukan sehabis pulang sekolah, atau di hari Minggu pagi sehabis nonton film kartun.
Advertisement
"Belum ada grup WA waktu itu, belum ada hape buat janjian, tapi entah kenapa, kita selalu kumpul di bawah pohon itu setiap hari," kenang Andi, seorang milenial kepada tim Regional Liputan6.com.
Andi, anak milenial kelahiran 80-an akhir, mengaku punya banyak kenangan dengan pohon seri. Baginya pohon seri adalah pohon ajaib yang disediakan Tuhan untuk anak-anak generasi milenial, yang kala itu belum mengenal istilah WA grup, warkop, dan ‘mabar’.
"Dulu saya sampai bawa plastik kecil buat ngumpulin itu buah seri yang merah-merah. Kita isap bareng sambil ngobrol ngarol-ngidul dan bercanda," katanya.
Berbeda dengan Andi, Tyas anak milenial yang kini punya anak remaja mengatakan, orangtuanya dulu menyebut pohon seri tempat tinggal kuntilanak, sehingga dirinya takut untuk melintas di dekatnya apalagi bermain di bawah naungannya saat malam hari.
"Waktu kecil gue percaya aja, sampe takut kalau malam-malam lewat pohon seri. Udah gede gue baru sadar, ungkapan-ungkapan mistis tentang pohon seri itu bukan untuk nakut-nakutin anak, tapi jadi cara orangtua memfilter anaknya biar gak ngumpul di situ sampai malam, apalagi gue cewek kan," katanya.
Bukan tanpa sebab orangtua melarang anak main di bawah pohon seri sampai malam hari. Dalam budaya masyarakat Jawa-Sunda dikenal istilah sandekala, yaitu waktu di penghujung hari, di mana saat itu muncul golongan jin yang senang kepada anak-anak kecil yang masih main di luar rumah di waktu magrib atau menjelang malam. Menurut kepercayaan turun temurun yang diceritakan para orangtua zaman dulu, sosok sandekala atau masyarakat lainnya menyebut kalongwewe, biasanya akan menculik anak-anak yang masih main di luar rumah saat magrib dan menyembunyikannya di pohon besar. Percaya tidak percaya, kata orang-orangtua zaman dulu, saat ditemukan anak tersebut tidak bisa bicara lagi.
Kini, di tengah perubahan zaman, saat perkembangan teknologi yang pesat membuat orang bisa melakukan segala hal tanpa berinteraksi langsung, pamor pohon seri sebagai basecamp (titik kumpul) perlahan pudar. Lokasi ‘tongkrongan’ yang dulu penuh dengan gelak tawa dan cerita tentang apa saja itu kini sepi. Buahnya dibiarkan berjatuhan, jangankan mau memanjatnya lagi, melihatnya saja sudah tidak sempat. Atau yang lebih parah, mungkin saja, pohon seri yang dulu menjadi tempat tongkrongan legendaris itu kini telah berubah menjadi petakan kost-kost-an.
Zaman boleh berubah, namun siapa yang bisa beradaptasi dia akan terus hidup. Itu sepenggal pesan yang bisa diambil dari siklus hidup pohon kersen. Meski kini telah dilupakan, pohon kersen masih tetap tumbuh di mana pun tanpa tahu siapa yang menanamnya. Pohon ini mampu beradaptasi di alam tropis seperti di Indonesia, bahkan dipercaya bisa tumbuh di segala jenis tanah. Â
Jika ditelisik lebih dalam, menurut berbagai catatan, pohon seri atau kersen yang punya nama ilmiah Muntingia Calabora, anggota dari famili Muntingaceae, masuk ke Asia Tenggara melalui Filipina pada akhir abad ke-19. Benihnya kemudian menyebar salah satunya ke Indonesia, lewat kelelawar dan burung. Entah mengapa di Jakarta dan sekitarnya buah ini diberi nama ‘Seri’, mungkin saja karena bentuk dan warnanya yang menyerupai Cherry di kue ulang tahun.
Pohon Seri sendiri merupakan tumbuhan dengan ciri yang sangat khas. Daunnya selalu terlihat hijau meski cuaca dalam kondisi kemarau panjang, terlihat runcing pada ujungnya dan bergerigi. Panjang daun sekitar 12 cm dengan lebar antara 3-5 cm. Warna daun hijau tua pada bagian atasnya, sedangkan bagian bawah daun tampak berwarna hijau gelap.
Pohon seri bisa tumbuh dengan cepat dengan tinggi berkisar 10-12 meter, dengan cabang-cabang yang cenderung melebar menjadi naungan seperti bentuk payung. Pohon seri memiliki bunga yang mekar dengan waktu yang relatif singkat. Lima kelopak bunga yang telah gugur akan berubah menjadi buah seri berwarna hijau dengan permukaan yang keras. Lama-kelamaan buah tersebut akan menjadi merah cerah dan cenderung lunak. Saat itu buah sudah masak dan akan terasa manis saat dimakan. Diameter buah seri berkisar antara 10-15 mm. Â Â
Dalam kondisi cuaca yang ideal, seperti di tempat beriklim tropis dengan sinar matahari yang bersinar setiap hari, pohon seri dapat dengan mudah tumbuh dan langsung berbuah banyak di tahun pertamanya. Tanaman ini disebut bisa bertahan dan beradaptasi di semua jenis tanah, selama masih ada sinar matahari pohon kersen akan tumbuh. Tak heran jika bibit pohon seri bisa dijumpai di antara sela-sela bangunan gedung bersemen atau di sudut rumah yang terkena sinar matahari.
Â
Khasiat Daun dan Buah Kersen
Menurut artikel yang diterbitkan laman Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga (Unair), disebutkan daun kersen sangat efektif menurunkan gula darah alias diabetes melitus. Diabetes merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatkan kadar gula dalam darah, yang disebabkan penurunan sekresi insulin secara terus menerus.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menderita diabetes, mulai dari faktor genetik maupun gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang tidak sehat itu antara lain seperti makan yang tidak teratur sehingga mengalami obesitas, kurang olahraga, stres, hingga faktor penuaan.Â
Data International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan, pada 2021 penderita diabetes di Indonesia jumlahnya mencapai 19,5 juta orang. Angka itu diprediksi akan meningkat menjadi 28,6 juta orang di Indonesia menderita diabetes pada 2045. Itu artinya jumlah penderita diabetes di Indonesia angka ditaksir terus meningkat dari tahun ke tahun.
Selain mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, upaya lain yang harus dilakukan penderita diabetes adalah penggunaan obat diabetik untuk menjaga kadar gula dalam darah tetap dalam batas normal. Obat-obatan diabetik itu terdiri dari penghambat alfa-glukosidase, biguanida, meglitinide, sulfonilurea, tiazolidinedionas, dan lain sebagainya. Pengobatan dengan jenis ini sering kali menimbulkan beberapa efek samping, seperti gangguan pencernaan, sakit kepala, mual, dan muntah. Terlebih lagi pengobatan ini bersifat simptomatis atau harus dilakukan seumur hidup.
Namun jangan sedih dulu, di Indonesia banyak tumbuh pohon seri alias kersen yang punya khasiat menurunkan kadar gula dalam darah jika dikonsumsi. Dikutip dari Jurnal Biomedis Indonesia, daun pohon kersen mengandung senyawa flavonoid, tanin, triterpenoid, saponis, dan polifenol yang menunjukkan adanya aktivitas antioksidan tinggi. Antioksidan adalah zat yang dapat menimbulkan efek antidiabetes, yaitu efek penurunan kadar gula dalam darah.
Masih dari jurnal tersebut, uji penelitian efektivitas antidiabetes ekstrak daun Kersen dilakukan dengan cara menggunakan hewan mencit, ada dua tahap dalam pengujian efektivitas antidiabetes ini, yang pertama adalah fase induksi glukosa ke dalam tubuh hewan mencit, dan yang kedua adalah fase pengobatan di mana mencit akan diberi ekstrak daun kersen.
Setelah melewati berbagai tahap penelitian didapatkan kesimpulan, ekstrak air daun kersen dengan dosis paling efektif sebesar 400 mg/KgBB memiliki aktivitas antidiabetes, dengan terjadinya aktivitas penurunan kadar gula dalam darah, regenerasi sel pancreas, dan peningkatan sensitivitas insulin.
Adapun tahapan pengolahan ekstrak daun kersen, yaitu pertama-tama daun kersen segar dikeringkan pada suhu 60-70°C kemudian digiling menjadi potongan-potongan kecil, 1 Kg daun kering tanaman kersen dilarutkan ke dalam 10 L air putih, lalu cairan disaring dan dipisahkan dari ampasnya untuk kemudian diminum. Memang tidak seratus persen mujarab menyembuhkan diabetes, karena perlu ada penelitian lebih lanjut tentang hal ini. Namun diyakini, daun kersen punya kandungan zat yang bisa mengurangi kadar gula dalam darah.Â
Seperti dikutip dari laman Health Liputan6.com, selain mampu mengurangi kadar gula dalam darah, daun kersen menurut Praktisi Kesehatan dari UPF Yankestrad Tawangmangu dan RSUP Dr Sardjoito, dr. Danang Ardiyanto, MKM, juga memiliki banyak khasiat lainnya, yaitu sebagai antioksidan, melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Sebagai antiinflamasi, mengurangi peradangan di tubuh. Sebagai penurun kolesterol, mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL), dan mengurangi asam urat, yaitu membantu menurunkan kadar asam urat dalam darah, serta sebagai antibakteri, yaitu membantu melawan infeksi bakteri.
Selain daunnya, buah kersen juga punya banyak khasiat, menurut Julia F Morton dalam bukunya yang berjudul Fruits of Warm Climates (1987), setidaknya ada 12 jenis senyawa dalam buah kersen. Kandungan dalam 100 gr buah kersen adalah air (77.8 gr), lemak (1,56 gr), protein (0.324 gr) dan serat (4.6 gr). Vitamin B1 atau Tiamin (0.065 mgr), vitamin C sebagai antioksidan atau Ascorbic Acid (80.5 mg). Kandungan mineral dalam buah yaitu kalsium (124.6 mgr), fosfor (84 mg), zat besi (1.18 mg). Kandungan zat lainnya adalah karotin (0.019 mg), niacin (0.554 mg), dan ribaflavin (0.037 mg).
Manfaat buah kersen antara lain mampu membantu membunuh mikroba berbahaya dengan cara mengonsumsi buah secara langsung atau meminum rebusan buahnya. Buah kersen juga dipercaya membantu menghambat pertumbuhan sel kanker yang ada dalam tubuh, karena memiliki senyawa anti tumor.
Selain itu, buah kersen juga diyakini bisa mengobati membantu menurunkan tekanan darah tinggi dengan mengonsumsinya secara rutin, karena buah ini mengandung kalium yang dapat menstabilkan tekanan darah. Menurunkan risiko terkena penyakit stroke, dan menjaga kesehatan mata karena mengandung vitamin A dan betakaroten.
Â
Advertisement
Epilog Sebutir Talok
Di waktu kecil dulu, ada perasaan senang yang membuncah saat bisa mendapatkan sebutir talok berukuran besar dan berwarna merah menyala. Buah itu biasanya akan disimpan dan dimakan belakangan, atau diberikan kepada orang yang dianggap spesial. Sederhana tapi manis, itu gambaran singkat nostalgia pohon kersen, pohon kuntilanak tempat dulu anak-anak berkumpul untuk mabar. 'Mabar' yang dimaksud benar-benar 'main bareng', tanpa syarat dan tanpa paksaan, semua berbaur bermain bersama sampai tak ingat waktu.Â
Melihat pohon kersen saat ini, di mana pun, apalagi di tempat dulu biasa berkumpul jika belum tergusur, bisa menjadi peristiwa nostalgik, yang membuat manusia masa sekarang jadi 'lebih kuat' menghadapi kehidupan saat ini dan kecemasan di masa depan. Begitu pun saat melihat buah kersen, masa lalu terkenang begitu menyenangkan. Satu-satunya masalah yang dihadapi mungkin cuma satu: PR dari sekolah. Beranjak dewasa, kehidupan semakin kompleks, penyebab masalah muncul makin beragam. Itu mengapa melihat pohon kersen dan sebutir buahnya saat ini bisa menjadi wisata sejenak kembali ke masa lalu, untuk mengambil hikmah di masa kini.Â
Â
Â
Â