Liputan6.com, Malang - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mencatat sampai awal Maret 2025 ini terjadi 202 kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan 2 kejadian meninggal dunia. Ada tren peningkatan penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti itu.
Kepala Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif, mengatakan angka kasus DBD Kota Malang pada awal 2025 ini cukup tinggi, sudah hampir sepertiga dari total kasus pada 2024 lalu yang tercatat ada 777 kasus dengan 4 kejadian meninggal dunia.
“Memang ada peningkatan tren peningkatan kasus, maka semua harus meningkatkan kewaspadaan,” kata Husnul, kemarin.
Advertisement
Menurutnya, puncak kasus DBD biasanya terjadi pada Maret dan April, tapi perubahan iklim bisa membuat pola kejadian sulit ditebak. Karena itu, instansi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus bergerak untuk pencegahan sejak dini.
“Kami sudah bergerak melakukan surveilans, mengawasi dan melakukan kegiatan pencegahan perindukan nyamuk,” ujar Husnul.
Sebaran kasus DBD di Kota Malang pada awal 2025 ini paling banyak terjadi di Kecamatan Sukun terutama di Kelurahan Bandungrejosari dan Tanjungrejo. Dua kejadian meninggal dunia saat pasien sedang dirawat di rumah sakit.
“Penanganan dan pencegahan secara dini penyakit itu harus lebih ditingkatkan. Seperti mengenali gejala awal penyakit itu,” katanya.
Menurutnya, mengacu pada tahun-tahun sebelumnya anak-anak usia sekolah paling rentan terjangkit penyakit DBD. Tidak dipungkiri, lingkungan sekolah termasuk titik awal yang perlu diwaspadai jadi tempat perindukan nyamuk.
Karena itu tiap sekolah diarahkan ada kegiatan Jumat bersih, salah satunya melakukan 3M plus untuk pemberantasan sarang nyamuk mencegah terjadinya DBD. Yakni menguras, menutup dan mendaur ulang sampah serta perlindungan diri dari gigitan nyamuk (personal protection).
“Apalagi sekarang kan musim hujan, perubahan iklim juga menuntut kita semua lebih waspada,” ucap Husnul.
Kesadaran Masyarakat
Dinkes menyebut dibutuhkan kesadaran masyarakat agar potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus DBD di Kota Malang tidak sampai terjadi. Satu cara paling efektif mencegah penyakit ini adalah menjaga kebersihan lingkungan serta melakukan gerakan 3 M plus.
“Karena itu dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk pencegahan penyakit DBD sejak dini,” tutur Husnul Muarif.
Pencegahan perindukan nyamuk dan deteksi awal penyakit paling penting dilakukan. Sedangkan fogging atau pemberantasan jentik nyamuk dengan cara pengasapan dilakukan ketika ada permintaan masyarakat setelah upaya pencegahan awal telah dilakukan.
Advertisement
