Liputan6.com, Jakarta - PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) membagikan dividen sebesar Rp 150,875 miliar kepada 3,55 triliun saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan.
Dengan demikian, setiap saham akan memperoleh pembagian dividen tunai sebesar Rp 42,50 per saham. Hal ini tersebut tertuang dalam hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan perseroan yang dilaksanakan Rabu, (7/5/2014).
Chief Financial Officer PT Plaza Indonesia Realty Tbk, Lucy Suyanto mengatakan, dividen tersebut berasal dari total laba bersih perseroan pada 2013 sebesar Rp 33,34 miliar ditambah dengan laba ditahan tahun-tahun sebelumnya sebesar Rp 117,533 miliar.
"Laba bersih pada 2013 memang dibagikan 100%, bahkan mengambil sebagian dari returned earning tahun 2012," ujar Lucy dalam konferensi pers di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat.
Dia menjelaskan, perseroan berani membagikan seluruh laba bersih pada 2013 karena menilai posisi kas perseroan saat ini sangat likuid. Selain itu, pada tahun-tahun sebelumnya, perseroan sangat minim membagikan dividennya, karena pada saat itu laba perseroan banyak ditujukan untuk investasi.
"Sekarang karena sangat likuid makanya dibagikan ke pemegang saham. Untuk investasi proyek sudah dialokasikan sehingga akan ganggu cash flow perseroan," jelasnya.
Dalam RUPS tersebut, perseroan juga mengangkat anggota dewan komisaris dan anggota direksi terhitung sejak ditutupnya rapat tersebut hingga RUPS Tahunan untuk tahun buku 2018.
Dewan Komisaris:
1. Komisaris Utama: Franky Oesman Widjaja
2. Wakil Komisaris Utama: Mohammad Tachril Sapiie
3. Komisaris Independen: Sintong Panjaitan
Direksi:
1. Direktur Utama: Rosano Barack
2. Wakil Direktur Utama: Boyke Gozali
3. Direktur: Lucy Suyanto
4. Direktur: Maria Egron
5. Direktur: J. Arnes Lukman
6. Direktur Independen: Jacop MakmurÂ
Advertisement
Kinerja 2013
Perseroan membukukan laba bersih 2013 sebesar Rp 33,34 miliar. Angka ini mengalami penurunan sekitar 85% jika dibandingkan laba bersih pada 2012 yang mencapai Rp 234,73 miliar.
Lucy mengatakan, penurunan laba bersih tersebut sebagian besar disebabkan oleh penurunan laba dari penjualan unit-unit apartemen sebesar Rp 20,80 miliar pada 2013 dan Rp 199,80 miliar pada 2012.
"Selain itu, juga ada peningkatan kerugian selisih kurs pada 2013 yaitu sebesar Rp 214,14 miliar pada 2013 dibandingkan dengan Rp 89,68 miliar pada 2012," kata Lucy.
Sementara itu, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1.393,19 miliar pada 2013. Angka ini juga mengalami penurunan 18,53% atau sebesar Rp 316,78 miliar jika dibandingkan 2012 yang sebesar Rp 1.709,98 miliar.
Penurunan pendapatan tersebut terutama berasal dari adanya penjulan unit-unit apartemen pada 2012 sebesar Rp 600,53 miliar, dan pada 2013 sebesar Rp 29,15 miliar.
Sedangkan menurut Lucy, pendapatan perseroan pada 2013 diluar penjualan unit-unit apartemen meningkat 22,9% dibandingkan 2012. "Peningkatan tersebut merupakan kontribusi dari seluruh segmen usaha lainnya seperti segmen hotel, pusat perbelanjaan, dan perkantoran," lanjutnya.
Dia memaparkan, pendapatan segmen hotel pada 2013 mengalami peningkatan sebesar 21,41% atau Rp 104,82 miliar dibandingkan 2012 yang sebesar Rp 489,47 miliar. "Kenaikan tersebut selain berasal dari kontribusi peningkatan tarif kamar Hotel Grand Hyatt Jakarta, juga berasal dari pendapatan Keraton at The Plaza, A Luxury Collection Hotel yang mulai beroperasi pada April 2012," kata Lucy.
Pendapatan segmen pusat perbelanjaan pada 2013 meningkat dari Rp 495,91 miliar menjadi Rp 616,32 miliar atau naik 24,28%. Sedangkan segmen perkantoran pada 2013 juga mengalami peningkatan sebesar 23,67% dari 124,06 miliar menjadi Rp 153,43 miliar atau meningkat sebesar Rp 29,37 miliar.
"Peningkatan pendapatan pusat perbelanjaan dan perkantoran terutama karena kontribusi oleh peningkatan tarif sewa," tandasnya. (Dny/Ahm)