Liputan6.com, Beijing - China Investment Corporation (CIC), perusahaan investasi milik negara terbesar keempat dunia mendapatkan tuduhan salah urus dalam berinvestasi, melalaikan tugas serta melakukan due diligence buruk oleh auditor negara.
The National Audit Office mengatakan, CIC yang juga merupakan investor seperti Blackstone dan Morgan Stanley telah mengalami kerugian karena salah urus manajemen. CIC mengelola aset sekitar US$ 650 miliar telah membuat investasi sekitar US$ 200 miliar di seluruh dunia sejak berdiri pada 2007.
Perusahaan investasi ini mendapatkan keuntungan lebih tinggi. Salah satu investasi CIC yaitu di London Canary Wharf dan bandara Heathrow. Perusahaan investasi ini juga menempatkan dana di GCL-Poly Energy Holdings Ltd, salah satu perusahaan polysilicon terbesar di dunia, Sunshine Oilsands Ltd, produsen energi terbesar Kanada. Demikian mengutip dari CNBC, Kamis (19/6/2014)
Advertisement
Namun auditor tidak mengungkapkan secara spesifik kerugian investasi CIC di luar negeri yang bermasalah. Selain itu, auditor juga tidak menjelaskan detil mengenai ruang lingkup penyelidikan.
Akan tetapi laporan menemukan antara 2008 hingga 2013, CIC memiliki sekitar 12 investasi di luar negeri yang berpotensi rugi karena salah urus, kurangnya pengelolaan pasca investasi dan tidak memiliki due diligence memadai.
Menurut salah satu sumber yang mengetahui masalah ini menemukan ada masalah internal manajemen soal pendanaan yang berantakan. Selain itu, investasi mengalami kesulitan karena salah urus.
Dalam laporan itu juga menyebutkan anak usaha CIC kehilangan investasi sekitar US$ 202 jutad 2011 dengan menjual sahamnya di perusahaan sekuritas China tanpa melakukan penilaian aset yang diperlukan. Lalu auditor juga menemukan manajemen CIC relatif lemah dalam keuangan internalnya.
CIC juga cukup dikenal di Indonesia. Hal itu mengingat perusahaan investasi ini memberikan pinjaman kepada PT Bumi Resources Tbk, salah satu perusahaan tambang batu bara sekitar US$ 1,9 miliar. (Ahm/)