Bursa Saham Asia Bangkit di Awal Pekan

Bursa saham Amerika Serikat menguat pada akhir pekan lalu mendorong laju bursa saham Asia di awal pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Feb 2016, 08:50 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2016, 08:50 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang2
Sejumlah orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks saham di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/ 2015). Harga saham Nikkei mengalami perubahan mengikuti gejolak pasar Tiongkok. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Sydney - Bursa saham Asia melambung pada perdagangan saham di awal pekan ini seiring investor khawatir terhadap pembukaan perdagangan saham China usai libur Imlek.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,7 persen. Indeks saham ini ditopang dari sentimen positif bursa saham Amerika Serikat pada akhir pekan lalu.

Selain itu indeks saham Jepang Nikkei juga menguat empat persen. Indeks saham Jepang Topix melonjak 4,5 persen. Sebelumnya indeks saham Jepang turun 11 persen pada pekan lalu, dan itu penurunan terbesar sejak 2008.

Indeks saham Australia mendaki 0,9 persen, diikuti indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 1 persen, dan indeks saham Selandia Baru menguat 1,4 persen.

"Meski sudah mempertimbangkan aksi jual yang terjadi beberapa waktu ini tetapi aksi jual yang terjadi sebagian besar tidak beralasan oleh fundamental ekonomi. Besarnya aksi jual telah meningkatkan risiko sehingga volatilitas dapat menekan kembali sektor riil," ujar Ajay Rajadhyaksha, Ekonom Barclays seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (15/2/2016).

Ia menambahkan, bank-bank sentral memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk naik sehingga menyelamatkan aset berisiko. Barclays pun mencatatkan ada tiga sumber volatilitas antara lain harga minyak rendah, arus modal keluar dari China dan ekonomi melambat, dan tekanan untuk bank-bank di Eropa.

"Dari sentimen itu, kami mempertimbangkan risiko terbesar jangka menengah yaitu China, ini masalah paling mendesak," kata Rajadhyaksha.

Analis mengasumsikan bank sentral China akan mengambil kesempatan dari dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung menurun baru-baru ini. Ini dilakukan untuk memperbaiki yuan, dan memperbaiki spekulasi terhadap kemungkinan devaluasi yuan.

Pada wawancara akhir pekan lalu, Gubernur bank sentral China Zhou Xiaochuan mengatakan, tidak ada dasar yuan terus jatuh. China akan tetap menjaga nilai mata uangnya terhadap mata uang lainnya.

Di pasar komoditas pada awal pekan ini, harga minyak mentah AS turun 29 sen menjadi US$ 29,15 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent merosot 42 sen menjadi US$ 32,94.
Indeks dolar AS naik ke level 96,171, dan level itu terendah dalam empat bulan. Dolar AS menguat terhadap yen menjadi 113,64. (Ahm/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya