Apakah Dzikir Bilangannya Harus Banyak? Simak Penjelasan UAH

UAH menekankan bahwa dengan berlatih dzikir yang teratur dan penuh kesadaran, hati seseorang akan semakin peka dan terhubung dengan Allah

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jan 2025, 03:30 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2025, 03:30 WIB
uah 222
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Dzikir merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendiri Quantum Akhyar Institute, menjelaskan mengenai pentingnya dzikir, serta mengapa bilangan dzikir yang banyak sering diajarkan. Dalam pengajaran yang disampaikan UAH, dzikir harus dilakukan dengan penuh kesungguhan.

Menurut UAH, yang sering diajarkan oleh para guru-guru adalah bahwa berdzikir menggunakan lisan harus diiringi dengan hati yang terhubung. “Itulah mengapa bilangannya banyak, untuk melatih hati agar tetap nyambung dengan lisan yang digunakan,” ujar UAH dalam sebuah ceramahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa proses dzikir bukan sekadar pengulangan kata, namun juga latihan bagi jiwa agar lebih terkoneksi dengan Allah SWT.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @ummuhaniya, UAH menekankan bahwa dengan berlatih dzikir yang teratur dan penuh kesadaran, hati seseorang akan semakin peka dan terhubung dengan Allah. Hal ini menjadi bagian dari proses spiritual untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Menurut UAH, ketidakhadiran hati saat berdzikir bisa menjadi hambatan dalam mendapatkan manfaat dzikir yang maksimal. Dzikir yang dilakukan dengan lisan semata tanpa penghayatan dalam hati kurang bisa menyentuh kedalaman spiritual seseorang. Maka dari itu, banyaknya jumlah dzikir yang dianjurkan bertujuan untuk menguatkan konsentrasi hati agar senantiasa terjaga.

Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa proses dzikir yang menggabungkan lisan dan hati ini memerlukan latihan dan konsistensi. Ini juga merupakan bentuk ikhtiar agar dzikir yang dilakukan tidak sekadar rutinitas, tetapi benar-benar membawa efek spiritual yang mendalam.

Dzikir yang banyak ini juga dapat menjadi pelatihan bagi setiap individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan berdzikir, seseorang dapat menjaga kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap langkah hidupnya. Menurut UAH, dzikir akan menjadi pengingat yang kuat, terutama saat seseorang dihadapkan pada ujian hidup.

Pada intinya, UAH menjelaskan bahwa dzikir tidak hanya sekadar untuk mendapatkan pahala, tetapi juga sebagai alat untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini menegaskan bahwa dzikir adalah sarana yang sangat efektif untuk memperbaiki hubungan spiritual seseorang dengan Sang Pencipta.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jangan Terbebani dengan Jumlah Bilangan Dzikir

Memperbanyak Takbir dan Dzikir
Ilustrasi Berdzikir Credit: shutterstock.com

Pada bagian lain, UAH mengingatkan bahwa berdzikir juga menjadi jalan bagi seseorang untuk memurnikan hati dari segala kekotoran duniawi. Proses ini membantu seseorang agar lebih fokus dan terhindar dari gangguan yang bisa mengaburkan hati dan pikiran.

Dalam penjelasannya, UAH juga mengajak umat Islam untuk tidak merasa terbebani dengan jumlah dzikir yang banyak. Sebaliknya, semakin banyak dzikir yang dilakukan, semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh, baik untuk dunia maupun akhirat.

Menjaga kualitas dzikir juga menjadi hal yang sangat penting. UAH menjelaskan bahwa berdzikir bukan hanya soal mengulang lafaz, tetapi juga menyadari makna setiap kata yang diucapkan. Dengan demikian, dzikir dapat menjadi sebuah ibadah yang membawa dampak positif dalam kehidupan seseorang.

Dzikir yang dilakukan dengan penuh perhatian akan menjadi penjaga hati dan pikiran seseorang. UAH mengungkapkan bahwa semakin banyak dzikir, semakin besar pula kesempatan untuk mendapatkan kedamaian dan ketenangan. Hal ini penting, terutama dalam menghadapi segala tantangan hidup.

Sebagai tambahan, UAH juga mengingatkan bahwa setiap umat Islam seharusnya memperbanyak dzikir, tidak hanya di saat-saat tertentu, tetapi juga dalam setiap kondisi kehidupan. Dzikir yang dilakukan secara rutin akan menjadi amalan yang menyertai setiap langkah kehidupan.

Menurut UAH, meskipun tidak semua orang bisa mencapai tingkat dzikir yang tinggi, namun berzikir dalam tingkatan apapun jauh lebih baik daripada tidak berzikir sama sekali. Oleh karena itu, meskipun seseorang belum mencapai kedalaman spiritual yang maksimal, ia tetap akan mendapatkan manfaat dari dzikir yang dilakukan.

Penjelasan Lengkap Dzikir

Dzikir
Amalan mudah berpahala surga, diantaranya dzikir setelah sholat fardhu dan sebelum tidur. (Liputan6.com/Nugroho Purbo)

Sementara itu, dikutip dari jabar.nu.or.id, dzikir dalam pengertian bahasa berasal dari kata “Zakara-Yazkuru-Zikran,” yang artinya mengingat dan memusatkan perhatian kepada sesuatu. Dalam terminologi, dzikir dapat dibagi menjadi dua bagian, pertama, dzikir secara umum yang mencakup semua bentuk peribadatan, seperti sholat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan sebagainya, kedua, dzikir yang lebih khusus, yaitu mengingat Allah dengan lafadz-lafadz tertentu yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Lebih jauh lagi, dalam konteks dzikir, terdapat keutamaan yang sangat besar. Dzikir bukan hanya sekadar ibadah, tetapi juga merupakan jalan untuk mendapatkan ketenangan hati dan mendekatkan diri kepada Allah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an,

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ

Artinya, "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku," (QS. Al-Baqarah, 02:152).

Hadis qudsi juga menyatakan bahwa apabila seseorang mengingat Allah, maka Allah pun akan mengingatnya dengan cara yang jauh lebih baik. Dalam hadits tersebut, Allah menyatakan bahwa jika seseorang mendekat pada-Nya, Allah akan mendekat kepadanya dengan lebih dekat lagi.

Dzikir, dengan segala keutamaannya, menjadi simbol ketakwaan yang sangat penting dalam hidup seorang Muslim. Ia berfungsi sebagai pelita yang menerangi hati dan jiwa, serta menjadi petunjuk untuk menjauhi perbuatan buruk.

Berdzikir juga menjadi cara bagi seseorang untuk menjaga kebersihan hati, menghilangkan segala kekotoran, dan tetap fokus pada tujuan hidup yang sebenarnya. Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan,

"إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ"

Artinya, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," (QS. Ali Imran, 03:190).

Tingkat dzikir juga berbeda-beda. Ada yang hanya menggunakan lisan, ada pula yang melibatkan hati, dan ada yang mencapai tingkat kesadaran yang tinggi di mana hanya Allah yang ada dalam pikiran. Setiap tingkatan dzikir membawa manfaat yang berbeda, namun semuanya tetap lebih baik daripada tidak berzikir sama sekali.

Dengan memperbanyak dzikir, seseorang dapat merasakan kedamaian batin, menjauhkan diri dari kecemasan, dan mendapatkan ketenangan jiwa yang hakiki. Itulah sebabnya dzikir sangat dianjurkan untuk dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi.

Melalui dzikir, setiap Muslim dapat merasakan kehadiran Allah yang lebih dekat dan mengerti tujuan hidup mereka yang sesungguhnya. Inilah salah satu cara untuk mencapai kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya