Liputan6.com, Cilacap - Ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu hal yang tetap bisa dirasakan faedahnya meskipun seseorang telah meninggal dunia. Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ – رواه مسلم والترمذيّ وأبو داود والنسائيّ وابن حبّان عن أبي هريرة
"Ketika seorang manusia meninggal dunia, maka amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mau mendoakannya." (HR. Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa`i, dan Ibnu Hibban).
Advertisement
Terkait ilmu yang bermanfaat ini, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengatakan bahwa ilmunya bermanfaat sebab beliau selalu membuat wedang kopi sendiri.
Advertisement
Baca Juga
Meskipun beliau seorang ulama yang tersohor kealimannya, namun untuk urusan yang satu ini, Gus Baha tidak pernah menyuruh istrinya.
Gus Baha menerangkan salah satu penyebab ilmunya bermanfaat bagi banyak orang, di antara yang dikemukakan dalam kesempatan ceramahnya ialah karena beliau selalu bikin kopi sendiri.
Simak Video Pilihan Ini:
Ilmu Manfaat Gara-Gara Kopi
“Kamu saya kasih tahu, kenapa ilmu saya manfaat?” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @masnawir, Rabu (08/01/2025).
“Di antaranya gara-gara bikin kopi sendiri,” sambungnya.
Lebih lanjut Gus Baha mengatakan bahwa manfaat kopi itu dahsyat, yakni selain dapat menghilangkan kantuk, juga menimbulkan efek rileks yang bisa memunculkan perasaan senang atau gembira.
Dengan demikian, maka berdasarkan pengakuan beliau, saat rasa senang itulah dirinya bisa mengingat Allah SWT.
"Saya itu kalau bikin kopi jam setengah lima itu bikin sendiri,” terangnya.
“Teori saya sederhana, Gusti kalau saya bikin kopi itu biar senang. Lalu setelah senang saya ingat Engkau ya Allah,” sambungnya.
“Engkau kasih saya rezeki, lalu saya melek dan ingat Engkau,” tandasnya.
Advertisement
Tak Mau Menggantungkan Diri kepada Orang Lain
Menurut Gus Baha, membuat kopi sendiri ini cerminan manusia mandiri yang tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain.
“Kalau bikin kopi sendiri itu tidak banyak ta’liq. Ta’liq itu menggantungkan sesuatu kepada orang lain,” ujarnya.
Menurutnya saat menggantungkan pada orang lain, misalnya ketika kita menginginkan minum kopi menunggu dibuatkan istri, menurutnya belum tentu senang. Boleh jadi saat kita menyuruhnya dalam kondisi tidak mood.
Maka menurut Gus Baha saat menggantungkan sesuatu pada orang lain ini akan menunda kesenangan kita meskipun barang sesaat.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul