Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak level tertinggi pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Selasa pekan ini. Aksi beli investor asing dan sektor tambang dorong penguatan IHSG.
Pada penutupan sesi pertama, Selasa (4/4/2017), IHSG naik 38,75 poin atau 0,69 persen ke level 5.645,54. Indeks saham LQ45 menguat 0,98 persen ke level 940,11. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.
Ada sebanyak 152 saham menguat sehingga dorong IHSG ke zona hijau. namun 146 saham melemah sehingga tekan IHSG. 98 saham lainnya diam di tempat. IHSG pun sempat berada di level tertinggi 5.651,19 dan terendah 5.608,52.
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 212.899 kali dengan volume perdagagnan 7,9 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 3,9 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 70,09 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.319.
Baca Juga
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham aneka industri melemah 0,14 persen dan sektor saham konstruksi tergelincir 0,12 persen. Sektor saham tambang naik 3,64 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham perdagangan mendaki 1,08 persen dan sektor saham infrastruktur mendaki 0,84 persen.
Saham-saham tambang dorong penguatan di sesi pertama. Saham-saham itu antara lain saham PT Bumi Resources Tbk naik 21,56 persen ke level Rp 406 per saham, saham PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) tergelincir 21,05 persen ke level Rp 161 per saham, dan saham PT Darma Henwa Tbk mendaki 15,38 persen ke level Rp 75 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham PT Sekar Laut Tbk (SKLT) turun 25 persen ke level Rp 555 per saham, saham PT Hotel Mandarine Tbk (HOME) tergelincir 17,32 persen ke level Rp 210 per saham, dan saham PT Atlas Resoruces Tbk (ARII) susut 15,18 persen ke level Rp 380 per saham.
Sebagian besar bursa Asia melemah. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,21 persen ke level 2.162, indeks saham Jepang Nikkei turun 1,03 persen ke level 18.787, dan indeks saham Singapura merosot 0,24 persen ke level 3.179.
Analis PT NH Korindo Securities Bima Setiaji menuturkan ada sejumlah faktor mendorong penguatan IHSG. Pertama, aliran dana investor asing masih masuk ke pasar modal Indonesia menjadi katalis positif. Aksi beli investor asing cukup besar mencapai Rp 8 triliun sepanjang 2017.
Selain itu, rilis data ekonomi Indonesia cukup positif. Menurut Bima, Badan Pusat Statistik (BPS) melapor deflasi 0,02 persen pada Maret 2017 mendorong kekhawatiran terhadap inflasi tinggi berkurang. Ini membuat spekulasi Bank Indonesia (BI) tak buru-buru menaikkan suku bunga.
Sedangkan sektor tambang mencatatkan penguatan terbesar, Bima menuturkan, didorong ada angin ribut "Debbie" yang berpotensi ganggu ekspor batu bara Australia senilai US$ 3,2 miliar dalam beberapa pekan ke depan. Akibat dari angin ribut itu berpotensi terjadi banjir sehingga menganggu jalur kereta api bagian utara Australia seperti Queensland.
"Daerah ini menyumbang 50 persen dari suplai coaking coal. Diestimasi 15-20 juta ton coking coal akan mengalami keterlambatan pengiriman yang sebabkan harga pasar berpotensi naik dari US$ 158 per ton," ujar dia.
Dia menuturkan, produsen coking coal di Indonesia antara lain PT Adaro Energy Tbk dan PT Bumi Resources Mineral Tbk. Emiten tambang lainnya yaitu PT Bukit Asam Tbk, PT Harum Energy Tbk, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk berpotensi naik akibat sentimen itu.