Saham Netflix Bikin Indeks Nasdaq Cetak Rekor Tertinggi

Saat ini, gerak Wall Street lebih dipengaruhi oleh laporan kinerja emiten pada kuartal II.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Jul 2017, 05:00 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2017, 05:00 WIB
Netflix
Netflix (digitaltrends.com)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street bergerak di dua arah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Indeks Acuan Nasdaq mampu mencetak rekor tertinggi terdorong oleh kenaikan saham Netflix.

Mengutip Reuters, rabu (19/7/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 54,99 poin atau 0,25 persen menjadi 21.574,73. S&P 500 naik 1,47 poin atau 0,06 persen menjadi 2.460,61. Sedangkan Nasdaq Composite menambah 29,87 poin atau 0,47 persen menjadi 6.344,31.

Reli saham Netflix mendorong Nasdaq Composite mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah pada perdagangan Selasa. Sementara kebalikannya, saham Goldman Sachs Group Inc menyeret Dow Jones ke zona negatif.

Indeks Nasdaq mencetak kenaikan selama delapan kali perdagangan berturut-turut. Kenaikan ini terpanjang sejak Februari 2015. Pada dua tahun lalu, kenaikan terpanjang mencapai 10 kali.

Kenaikan saham Netflix mendorong sektor saham teknologi mencetak rapor biru pada perdagangan Selasa. Saham perusahaan yang memproduksi film-film untuk streaming tersebut naik 13,5 persen menjadi US$ 183,60 setelah mencetak kenaikan jumlah pelanggan.

Saat ini, para investor memang tengah menunggu laporan kinerja pada kuartal II dari para emiten. Sentimen politik yang selama ini mempengaruhi gerak Wall Street sedikit diabaikan.

"Hasil pendapatan dan laba akan menjadi penggerak laju saham dibanding sentimen lainnnya. Contohnya Netflix pada hari ini," jelas analis Wunderlich Securities Art Hogan.

Tak searah dengan Nasdaq, Dow Jones justru tertekan. Pelemahan indeks acuan ini karena penurunan saham Goldman Sachs. Saham perusahaan keuangan tersebut turun 2,6 persen menjadi US$ 223,31 setelah perusahaan tersebut mengeluarkan laporan keuangan.

Dalam laporan tersebut, pendapatan dari perdagangan obligasi perusahaan turun 40 persen. Sedangkan hasil dari transaksi komoditas juga membukukan kinerja yang melemah sepanjang sejarah perusahaan masuk menjadi perusahaan publik.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya