Ketegangan Perang Dagang Bikin IHSG Anjlok 2,36 Persen

Gerak IHSG anjlok usai libur panjang Lebaran. Pasar merespons negatif sentimen eksternal yang sudah keluar saat libur Lebaran.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jun 2018, 11:21 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2018, 11:21 WIB
Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pergerakan saham terlihat di sebuah monitor, Jakarta, Jumat (29/12). Angka tersebut naik signifikan apabila dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok usai libur panjang Lebaran. Pasar merespons negatif sentimen eksternal yang sudah keluar saat libur Lebaran.

Pada sesi pertama perdagangan saham, Rabu (20/6/2018), IHSG melemah 141,73 poin atau 2,36 persen ke posisi 5.851,97. Indeks saham LQ45 tergelilncir 3,18 persen ke posisi 920,53. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 5.947,78 dan terendah 5.851,38. Sebanyak 260 saham melemah sehingga menekan IHSG. 104 saham menguat dan 91 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 210.107 kali dengan volume perdagangan saham 3,2 miliar saham. Nilai trasaksi harian saham Rp 4,9 triliun. Investor asing jual saham Rp 514,64 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.923.

Sepuluh sektor saham kompak tertekan. Sektor saham keuangan turun 3,52 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri tergelincir 2,68 persen dan sektor saham konstruksi susut 2,34 persen.

Saham-saham yang catatkan penguatan antara lain saham GDST naik 32,32 persen ke posisi Rp 262 per saham, saham SWAT melonjak 25 persen ke posisi Rp 340 per saham, dan saham JPRS menanjak 24,81 persen ke posisi Rp 332 per saham.

Adapun yang tertekan saham TIRA merosot 32,40 persen ke posisi Rp 121 per saham, saham BNBR tergelincir 19,23 persen ke posisi Rp 84 per saham, dan saham PDES susut 13,33 persen ke posisi Rp 39 per saham.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG melemah lebih didorong sentimen eksternal. Salah satunya tensi yang meningkat di antara Amerika Serikat (AS) dan China terkait dengan kebijakan penerapan kenaikan bea impor yang mengakibatkan sentimen perang dagang.

Selain itu, the Federal Reserve (the Fed) sudah menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) dan akan melanjutkan penerapan kenaikan suku bunga sebanyak dua kali pada 2018. Nafan menambahkan, hal ini menyebabkan posisi rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS. "Kemudian, faktor terkoreksinya harga komoditas dunia turut menyebabkan posisi IHSG tertekan,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Nafan menilai, koreksi IHSG masih wajar. Hal itu mengingat pelemahan IHSG disebabkan oleh faktor eksternal. Sementara itu fundamental makroekonomi dalam negeri masih cenderung stabil. Dengan kondisi itu, Nafan menilai, pelaku pasar dapat membeli saham saat kondisi pasar tertekan.

"Buy on weakness bisa diterapkan pada saham-saham dan emiten-emiten tersebut memiliki kinerja fundamental positif dan prospektif pula," ujar dia.

IHSG Melemah di Awal Sesi

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam usai libur panjang Lebaran. Pergerakan IHSG ini juga ikuti bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street yang melemah.

Pada pra-pembukaan perdagangan saham, Rabu 20 Juni 2018, IHSG melemah 51,83 poin atau 0,86 persen ke posisi 5.941,79. Indeks saham LQ45 susut 1,38 persen ke posisi 937,61. Seluruh indeks saham acuan tertekan.

Tekanan pun berlanjut pada pembukaan pukul 09.00 WIB. IHSG turun 1,24 persen atau 74,34 poin ke posisi 5.919,42. Indeks saham LQ45 turun 2,54 persen ke posisi 925,12. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Sebanyak 123 saham melemah sehingga menekan IHSG. 61 saham menguat dan 90 saham diam di tempat. Pada pembukaan perdagangan saham, IHSG sempat berada di posisi tertinggi 5.947,78 dan terendah 5.867,98

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 27.831 kali dengan volume perdagangan saham 354,9 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 947,7 miliar. Investor asing lepas saham Rp 72,85 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 13.923.

Sepuluh sektor saham kompak melemah. Sektor saham keuangan turun 3,44 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham perdagangan tergelincir 2,4 persen dan sektor saham tambang susut 2,08 persen.

Di tengah pelemahan IHSG, ada sejumlah saham yang masih mampu menguat. Saham GDST naik 28,28 persen ke posisi Rp 254 per saham, saham JPRS melonjak 24,81 persen ke posisi Rp 332 per saham, dan saham SWAT menanjak 16,18 persen ke posisi Rp 316 per saham.

Saham-saham yang tertekan antara lain saham BNBR turun 27,88 persen ke posisi Rp 75 per saham, saham AMRT tergelincir 13,91 persen ke posisi Rp 650 per saham, dan saham BIKA susut 10,71 persen ke posisi Rp 250 per saham.

Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,41 persen dan indeks saham Singapura menguat 0,12 persen. Indeks saham Taiwan turun 0,09 persen, indeks saham Jepang Nikkie tergelincir 0,46 persen.

Berdasarkan laporan Ashmore Assets Management, IHSG melemah 1,85 persen sebelum libur panjang Lebaran. IHSG turun didorong saham bank. Bank Indonesia (BI) menyatakan siap untuk menaikkan suku bunga sekitar 25 basis poin (bps).

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya