Survei: CFO Prediksi Resesi di AS Terjadi Sebelum Akhir 2025

Sejumlah petinggi di perusahaan di Amerika Serikat (AS) khawatir mengenai prospek perang dagang dan inflasi diprediksi meningkat imbas perang dagang itu.

oleh Agustina Melani Diperbarui 26 Mar 2025, 07:00 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2025, 07:00 WIB
Survei: CFO Prediksi Resesi di AS Terjadi Sebelum Akhir 2025
Dalam survei triwulanan Dewan CFO CNBC terbaru untuk kuartal pertama 2025, CFO prediksi resesi di AS akan terjadi pada semester kedua 2025. (AP Photo/Jae C. Hong)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) alami reli pada awal pekan dan berupaya pertahankan pemulihan pada Selasa pagi, 25 Maret 2025.

Hal ini seiring komentar dari tim ekonomi Presiden AS Donald Trump pada akhir pekan lalu menunjukkan sikap yang lebih lunak terhadap tarif. Namun, di ruang rapat, harapan sepertinya tidak akan gantikan kehati-hatian dalam waktu dekat.

Mengutip CNBC, ditulis Rabu (26/3/2025), banyak eksekutif di jajaran petinggi dan di seluruh ekonomi tetap khawatir tentang prospek perang dagang. Gedung Putih yang telah memberikan setiap indikasi kalau berkomitmen secara ideologis terhadap perubahan besar dalam kebijakan ekonomi global. Pesan yang berubah-ubah dari Presiden AS Donald Trump yang terus menambah kebingungan pada proses perencanaan tarif tidak membantu.

Singkatnya, "pesimisme" telah merayap kembali ke tempat semangat juang yang telah ada setelah pemilihan Trump. Itulah salah satu cara untuk menyimpulkan hasil dari survei triwulanan Dewan CFO CNBC terbaru untuk kuartal pertama 2025. Sementara beberapa Chief Financial Officer (CFO) mengatakan Trump melakukan apa yang dijanjikannya di jalur kampanye, banyak CFO mengatakan cara dia menyampaikan agendanya tidak seperti yang diharapkan.

"Terlalu kacau bagi bisnis untuk bernavigasi secara efektif” adalah bagaimana salah satu responden CFO membingkai pandangan mereka tentang masa jabatan kedua Trump hingga saat ini,"

"Ekstrem”; “Mengganggu”; “Agresif”; “Perjalanan yang liar,” adalah beberapa cara lain CFO menggambarkan pandangan mereka saat ini.

Semuanya mengarah pada mayoritas CFO (60%) yang mengatakan memperkirakan resesi pada paruh kedua 2025. Lalu 15% lainnya mengatakan resesi akan terjadi pada 2026.

Promosi 1

Kebijakan Perdagangan AS Jadi Alasan Utama

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AS)
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AS)... Selengkapnya

Kuartal lalu, saat pertanyaan resesi dalam survei triwulanan diajukan kepada the Fed dan bukan Trump, dalam survei kuartal IV 2024, pihaknya menanyakan apakah upaya bank sentral untuk mengendalikan inflasi dan akan sebabkan kemerosotan ekonomi.

Dalam beberapa minggu terakhir, resesi telah menjadi pengaturan default yang lebih populer di pasar, untuk pertama kalinya sejak the Federal Reserve (the Fed) mulai menaikkan suku bunga secara agresif untuk mengalahkan inflasi yang tak terkendali pada Maret 2022.

Peluang terjadinya resesi mencapai 50% di beberapa perusahaan keuangan, indikator "recession watch" baru sedang dibuat, dan survei CNBC terbaru lainnya, di antara manajer keuangan dan ekonom, menunjukkan lonjakan ketakutan akan resesi.

Survei CFO Council merupakan contoh pandangan dari kepala keuangan di organisasi besar di seluruh sektor ekonomi AS, dengan 20 responden yang disertakan dalam survei kuartal I yang dilakukan antara 10 Maret dan 21 Maret.

Kebijakan perdagangan AS adalah alasan utama untuk kasus dasar kemerosotan ekonomi baru. Kebijakan ini sekarang disebut sebagai risiko bisnis eksternal teratas oleh CFO, sebesar 30%, diikuti oleh risiko terkait: inflasi (25%) dan permintaan konsumen (20%), dengan pembacaan terbaru tentang kepercayaan konsumen terhadap pendapatan, bisnis, dan prospek pekerjaan mencapai titik terendah dalam 12 tahun.

Inflasi Bakal Naik

Bendera AS
Ilustrasi bendera AS. (Unsplash/Jonathan Simcoe)... Selengkapnya

90 persen CFO mengatakan tarif akan menyebabkan "inflasi yang meningkat kembali,". Lantaran CFO semakin khawatir tentang harga, ekspektasi kapan the Federal Reserve (the Fed) dapat menurunkannya kembali ke 2% sesuai dengan mandat gandanya terus didorong lebih jauh.

Ketua Fed Jerome Powell meski berharap inflasi tarif mungkin "sementara," setengah dari CFO sekarang mengatakan kalau target inflasi 2% tidak akan tercapai hingga paruh kedua 2026 atau 2027.

Selain itu, tekanan pada imbal hasil obligasi pemerintah AS akan tetap ada, dengan 65% CFO mengatakan kisarannya akan tetap berada di antara 4% dan 5% pada akhir tahun 2025 (50% CFO memperkirakan imbal hasil akan tetap berada di kisaran bawah ini, antara 4% dan 4,5%, seperti obligasi pemerintah 10 tahun saat ini).

Hal ini mengingat industri berharap Gedung Putih untuk kesepakatan pembebasan tarif yang dibentuk demi kepentingan mereka sendiri, tingkat ketidakpastian ekonomi dan pasar secara umum di antara para eksekutif bisnis di seluruh sektor tercatat dengan cara yang tidak biasa dalam survei triwulanan tersebut.

Biasanya, ketika diminta menyebutkan sektor pasar saham yang akan berkinerja terbaik selama enam bulan ke depan, para CFO memilih teknologi, perawatan kesehatan, atau energi. Dalam sejarah survei, respons terhadap pertanyaan ini jarang menyimpang dari ketiga sektor tersebut. Namun, pada kuartal ini, mayoritas pendapat CFO tentang sektor dengan prospek pertumbuhan terbaik adalah, "Tidak tahu."

Hanya sedikit CFO yang berpikir pasar saham yang sedang naik daun akan segera melanjutkan kenaikannya, dengan 90% responden mengatakan Dow Jones Industrial Average akan menguji ulang 40.000 sebelum mencapai 50.000, yang menunjukkan potensi penurunan beberapa ribu poin lagi dalam indeks tersebut.

 

 

Ketidakpastian Berdampak terhadap Keputusan Bisnis

Dengan cara yang lebih penting dan mendasar, pandangan perusahaan yang berhati-hati terlihat jelas dalam perubahan kuartal demi kuartal sehubungan dengan rencana pengeluaran, dengan jumlah CFO yang mengatakan perusahaan mereka berencana untuk meningkatkan belanja modal 2025 menurun dari kuartal IV.

Itu bukan penurunan yang tajam (sekitar 10%), tetapi trennya ke arah yang salah. Bagian terbesar responden mengharapkan pengeluaran tetap sejalan dengan tren terkini di perusahaan mereka (45%), dan meskipun menurun sebagai sikap anggaran, masih lebih banyak yang mengharapkan peningkatan (35%) dalam pengeluaran daripada penurunan (20%).

Secara keseluruhan, 95% CFO mengatakan ketidakpastian kebijakan berdampak pada pengambilan keputusan bisnis mereka.

Cara paling tajam yang menunjukkan meningkatnya pesimisme tercatat dalam survei tersebut adalah dengan menanyakan kepada CFO apa pendapat mereka tentang ekonomi: 75% responden mengatakan mereka "agak pesimis tentang keadaan ekonomi AS secara keseluruhan" saat ini. Meski 75% merasa optimistis tentang keadaan industri mereka sendiri.

 Kabar baiknya adalah jika resesi sudah di depan mata? 90 persen CFO berpikir resesi akan moderat (50%) atau ringan (40%). Namun, CFO tetap terbagi dalam menentukan arah resesi, dengan melihat campuran harapan yang menurun dan kebingungan yang suram.

"Saya merasa pemerintahan saat ini sedang melihat sejauh mana mereka dapat mendorong sebelum terjadi sesuatu yang buruk. Saya berharap setelah 100 hari pertama, keadaan akan membaik," kata seorang CFO.

Akan tetapi, CFO lain yang menanggapi survei tersebut menyimpulkan, “Kekacauan total, tanpa strategi akhir.”

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya