Menutup Pekan, S&P 500 Tergelincir dari Rekor Tertinggi

S&P 500 mengakhiri perdagangan dengan turun 0,1 persen ke level 2.950,46.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Jun 2019, 05:47 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2019, 05:47 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - S&P 500 turun tipis pada penutupan perdagangan Jumat setelah mencapai rekor tertinggi pada perdagangan sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena indeks acuan di bursa saham Amerika Serikat (AS) tersebut memang telah menguat tajam pada perdagangan selama sepekan ini.

Mengutip CNBC, Sabtu (22/6/2019), S&P 500 mengakhiri perdagangan dengan turun 0,1 persen ke level 2.950,46 setelah mencapai rekor tertinggi dalam perdagangan intraday di 2.964,15. Dalam sesi perdagangan sebelumnya, S&P 500 juga membukukan rekor tertinggi.

Sedangkan Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun 34,04 poin menjadi 26.719,13. Untuk Nasdaq Composite kehilangan 0,2 persen dan berakhir di 8.031,71.

Indeks utama saham di AS termasuk S&P 500 melonjak ke level tertinggi setelah kantor berita Dow Jones melaporkan bahwa Wakil Presiden Mike Pence akan menunda pidato mengenai kebijakan yang akan diambil terhadap China.

Namun, bursa saham AS langsung terpangkas setelah Departemen Perdagangan AS melarang lima perusahaan China untuk membeli komponen dari AS tanpa persetujuan dari pemerintah terlebih dahulu.

Saham-saham teknologi terutama perusahaan pembuat chip langsung terjun bebas setelah pengumuman keputusan tersebut. Saham Micron Technology langsung terpangkas 2,6 persen sedangkan saham Advanced Micro Devices melemah 3 persen. Sedangkan saham Xilinx tertekan 2 persen.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pernyataan Bank Sentral AS

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mengatakan pada Rabu lalu bahwa pihaknya siap lebih memilih kata sabar untuk menentukan kebijakan moneter ke depannya.

Kala tersebut dipilih setelah melihat data-data ekonomi yang memperlihatkan adanya perlambatan akibat perang dagang antara AS dengan China.

Hal ini menyebabkan investor menilai probabilitas penurunan suku bunga 100 persen pada bulan depan dan mendorong kenaikan pasar saham pada pekan ini.

"Pendorong utama bursa saham AS terutama indeks S&P 500 pada pekan ini adalah Bank Sentral AS," jelas analis Prudential Financial Quincy Krosby.

"The Fed secara lisan melakukan intervensi di pasar sebelum pertemuan minggu ini, menunjukkan mereka akan siap untuk menurunkan suku bunga jika ekonomi tidak membaik," tambah dia.

Pengumuman Bank Sentral AS mengirim riak di pasar keuangan. Yield obligasi 10 tahun menembus di bawah 2 persen untuk pertama kalinya sejak November 2016. Harga emas mencapai level tertinggi sejak 2013.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya