Donald Trump Jadi Presiden, Biaya Hidup di AS Bakal Makin Mahal

Kebijakan Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, untuk mengenakan tarif impor lebih tinggi terhadap produk China, tidak akan bertahan lama

oleh Arief Rahman H diperbarui 12 Nov 2024, 13:31 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2024, 13:31 WIB
Time Square New York City
Suasana Time Square Kota New York (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menilai rencana kebijakan Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, untuk mengenakan tarif impor lebih tinggi terhadap produk China, tidak akan bertahan lama.

Selain karena akan merusak proses pemulihan ekonomi China, pengenaan tarif impor hingga 60 persen juga berpotensi menyebabkan biaya hidup di Amerika Serikat melonjak.

"Kita lihat seberapa jauh tarif imported products untuk China. Karena kan pasti cost of living di Amerika pasti akan naik. So we will see kenyataannya nanti," ujar Marty dalam acara Indonesia Knowledge Forum XIII-2024 yang diselenggarakan Bank BCA di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (12/11/2024).

Dampak ke Indonesia

Tak hanya bagi Amerika Serikat secara internal, kebijakan Trump itu juga pastinya akan berdampak terhadap negara lain, termasuk Indonesia.

Marty menilai, wacana kebijakan tersebut akan membuat China mencari cara untuk memanipulasinya, misalnya dengan menanam investasi di negara ASEAN untuk membangun pabrik produksi yang barangnya kemudian bisa diekspor ke Amerika Serikat.

"Maka capital akan bergeser dari Tiongkok ke negara ketiga. Tapi sekarang Amerika sudah sangat peka. Misal Tiongkok menanamkan investasinya di Vietnam atau di Indonesia supaya produknya bisa masuk Amerika," sebutnya.

 

Perang Dagang Lanjut

Time Square New York City
Suasana Time Square Kota New York (iStockphoto)

Lebih lanjut, Marty turut membuka opsi jika saja pemenang Pilpres AS kemarin adalah Kamala Harris, bukan Donald Trump.

Menurutnya, Amerika Serikat dan China tetap akan melanjutkan perang dagang, meskipun presiden selanjutnya adalah Kamala Harris.

"Kita berasumsi Trump (periode) kedua merupakan kelanjutan Trump (periode) pertama. Kita malas mikir, kita mikir Trump ini akan tetap sama. Mungkin ada anggapan, Harris akan menjadi kelanjutan (Joe Biden). Tapi kenyataannya, yang kita ketahui pasti, ketidakpastian is the reality," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya