Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) koreksi 0,72 persen ke posisi 5.963,80 pada penutupan sesi pertama, Senin (21/6/2021). Pada awal pembukaan perdagangan, IHSG sempat anjlok hingga ke posisi terendah 5.884,91. Lalu bagaimana pandangan Bursa Efek Indonesia (BEI) seiring tekanan terhadap IHSG?
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono W.Widodo menuturkan, pertama, pengurangan pembelian obligasi Amerika Serikat (AS) atau taper tantrum oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed). Hal ini seiring the Fed mau menaikkan suku bunga pada kuartal I 2022.
“Kedua, kekhawatiran terkait COVID-19,” ujar dia, kepada wartawan, Senin pekan ini.
Advertisement
Ia menuturkan, sentimen the Fed juga menjadi perhatian investor termasuk domestik. Hal ini di tengah aksi beli oleh investor asing pada awal pekan ini. Mengutip data RTI, pada sesi pertama penutupan perdagangan saham, investor asing beli saham Rp 759,69 miliar di seluruh pasar.
“Jumat kemarin ketika indeks turun, investor asing jual saham. Kalau sekarang asing net buy, mungkin mereka buy on weakness, dan lokalnya mengejar ketertinggalan pada Jumat lalu,” ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penutupan IHSG pada Sesi Pertama 21 Juni 2021
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada sesi pertama perdagangan saham Senin, 21 Juni 2021. Akan tetapi, investor asing beli saham Rp 759,69 miliar di seluruh pasar.
Pada penutupan sesi pertama, IHSG melemah 0,72 persen ke posisi 5.963. Indeks saham LQ45 merosot 0,83 persen ke posisi 855,96. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan. Sebanyak 376 saham melemah sehingga menekan IHSG. 129 saham menguat dan 118 saham diam di tempat.
Pada sesi pertama, IHSG berada di posisi tertinggi 5.966,31 dan terendah 5.884,91. Total frekuensi perdagangan saham 773.200. Total volume perdagangan saham 10,9 miliar. Nilai transaksi harian saham Rp 7,4 triliun. Investor asing beli saham Rp 759,9 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 14.384.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham IDXHealth naik 8,83 persen. Indeks sektor saham IDXIndustry merosot 2,06 persen, dan catat penurunan terbesar. Disusul indeks sektor saham IDXProperty tergelincir 1,99 persen dan sektor saham IDXEnergy merosot 1,88 persen.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, tekanan IHSG didorong sentimen internal dan eksternal. Dari dalam negeri dipicu tingginya kembali kasus COVID-19 dalam negeri. Sedangkan dari eksternal, investor merespons atas kebijakan hawkish dari the Federal Reserve dalam kebijakan moneternya.
“Hal ini sebagai salah satu penyebab market global dan Asia bergerak cenderung terkoreksi dan mempengaruhi pergerakan IHSG,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement