Pemerintah Perpanjang Insentif PPnBM, Begini Gerak Saham Emiten Otomotif

Pemerintah perpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) untuk produk otomotif. Bagaimana gerak saham emiten otomotif dan komponennya?

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Jan 2022, 18:37 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2022, 18:37 WIB
IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) setuju perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) untuk produk otomotif.

Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Minggu, 16 Januari 2022, demikian mengutip Antara, Senin (17/1/2022). Mobil dengan harga jual di bawah Rp 200 juta atau low cost green car (LCGC) dikenakan PPnBM 3 persen.

Pemerintah akan menanggung seluruh PPnBM itu pada kuartal I 2022. Airlangga menuturkan, kuartal II, dua persen PPnBM ditanggung pemerintah.

"Di kuartal ketiga 1 persen ditanggung pemerintah, di kuartal 4 ( masyarakat) bayar penuh yaitu sesuai tarifnya 3 persen,” kata dia.

Untuk produk otomotif Rp 200 juta-Rp 250 juta dengan tarif PPnBM normal 15 persen, pemerintah akan menanggung setengah PPnBM-nya pada kuartal I 2022.

Airlangga mengatakan, pada kuartal I sebesar 50 persen dari PPnBM ditanggung pemerintah sehingga masyarakat membayar 7,5 persen. “Di kuartal II (masyarakat) membayar full 15 persenm” ujar dia.

Lalu bagaimana dampaknya terhadap gerak saham emiten otomotif dan komponen otomotif lainnya?

Mengutip data RTI, saham PT Astra International Tbk (ASII) melemah tipis 0,87 persen ke posisi Rp 5.675 per saham. Lalu saham PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) susut 0,61 persen ke posisi Rp 810 per saham.

Di sisi lain, saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) naik 0,45 persen ke posisi Rp 1.120 per saham. Saham PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) naik 1,54 persen ke posisi Rp 4.620 per saham. Saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) melemah terbatas 0,76 persen ke posisi Rp 655 per saham.  

Kemudian saham PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) stagnan di posisi Rp 1.320 per saham. Saham PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) susut 2,11 persen ke posisi Rp 1.390 per saham. Saham PT Indospring Tbk (INDS) naik 0,93 persen ke posisi Rp 2.180 per saham.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Penutupan IHSG pada 17 Januari 2022

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan Senin, 17 Januari 2022. Namun, investor asing masih melakukan aksi beli saham.

Mengutip data RTI, IHSG merosot 0,72 persen ke posisi 6.645,04. Indeks LQ45 susut 0,52 persen ke posisi 948,01. Sebagian besar indeks acuan melemah. Pada awal pekan, IHSG berada di level tertinggi 6.711,82 dan terendah 6.625,86. Sebanyak 203 saham menguat dan 340 saham melemah. 137 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.273.962 kali dengan volume perdagangan 16,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 9,8 triliun. Investor asing beli saham Rp 77,08 miliar di seluruh pasar.

Sebagian besar sektor saham tertekan yang dipimpin indeks sektor saham IDXtechno melemah 4,27 persen. Diikuti indeks sektor saham IDXbasic susut 1,69 persen dan IDXinfrastruktur melemah 1,05 persen. Sementara itu, indeks sektor saham IDXenergy naik 0,49 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, rilis data neraca dagang surplus pada 2021 meski mengecil dibandingkan sebelumnya. Namun demikian, dari sisi pasar global dan regional bursa saham Asia bergerak variasi cenderung koreksi.

“Investor khawatir akan perlambatan ekonomi Tiongkok dan Amerika Serikat meskipun rilis data ekonomi-nya membaik namun dari sisi ritel dan manufaktur cenderung melambat dan dikhawatirkan berpengaruh ke Indonesia,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya