Astra International Bidik Peluang Bisnis di 5 Sektor Termasuk Energi Terbarukan

Presiden Direktur Astra International (ASII) Djony Bunarto Tjondro mengatakan, investasi yang dilakukan Astra cukup panjang.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 11 Jun 2022, 20:21 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2022, 18:59 WIB
Gedung Astra. Dok Astra
Gedung Astra. Dok Astra

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) membidik peluang bisnis di lima sektor mulai dari sektor kesehatan hingga energi terbarukan.

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan, investasi yang dilakukan Astra cukup panjang tidak hanya untuk satu tahun. Astra International mengambil 3-5 tahun yang sangat tergantung pada situasi di lapangan.

"Secara prinsip, Astra selalu terbuka kepada setiap peluang yang sesuai dengan hasil analisa kita. Ada beberapa prinsip yang kita pegang di Astra yang tentunya pertama adalah sesuai dengan values daripada Astra,” kata Djony melalui konferensi pers RUPST Astra 2022, Rabu (20/4/2022).

Kemudian kedua, Astra International bisa berkontribusi terhadap bisnis baru tersebut. Ketiga adalah bagaimana dengan kultur yang ada di perusahaan yang Astra ingin investasi atau ingin partisipasi.

Adapun, secara sektor dan sub sektor yang menjadi perhatian bagi Astra  yaitu, pertama adalah di sektor digital dan teknologi. Kemudian kedua adalah sektor jasa keuangan, karena jasa keuangan masih menyimpan satu potensi.

"Mengingat literasi keuangan yang belum mencapai tingkat seperti di negara-negara lain jika kita melihat bahwa ini masih memiliki peluang yang besar,” ujar dia.

Ketiga adalah sektor kesehatan, dengan pendapatan masyarakat dengan tingkat kehidupan masyarakat yang membaik dengan GDP per kapita Indonesia yang naik, Astra yakin sektor kesehatan menjadi sektor yang fundamental bagi Indonesia ke depan.

"Yang keempat adalah tentunya yang berkaitan dengan mobility termasuk di dalamnya adalah logistik. Bisa dilihat bahwa di tahun ini kita juga sedang membentuk joint venture dengan salah satu perusahaan yang cukup  kompeten bidang logistik warehouse,” ungkap Djony.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Hasil Kajian

Gedung PT Astra International Tbk (Foto: Astra)
Gedung PT Astra International Tbk (Foto: Astra)

Djony menuturkan, hal itu merupakan salah satu hasil dari pada kajian dan kemudian bagaimana dengan investasi Astra.

"Kemudian tentunya kalau kita lihat sejalan dengan tujuan Astra di jangka panjang kita juga ingin masuk ke energi terbarukan, renewable energy menjadi salah satu fokus kita juga kemudian mining di sektor non batu bara dari mineral mining itu juga menjadi target kita," ujar dia.

Tak hanya itu, terdapat beberapa prospek pada 2022 sudah ada di depan Astra dan sedang dikaji.

"Kita lakukan semua visibility nya mudah-mudahan ini bisa bisa terealisasi bagian dari semua prospek tersebut," ujar dia.

"Kalau kita lihat salah satu yang tidak hanya dari pada sektor-sektor baru atau lini bisnis yang kita ingin lakukan tetapi di lini bisnis yang kita miliki saat ini tentunya peluang itu masih banyak bagaimana memberdayakan kolaborasi di seluruh unit bisnis sehingga bisa menaikkan value daripada value creation bisa kita dapatkan. Jadi kita melakukan semuanya ini secara paralel,” ia menambahkan.

Tebar Dividen 2021

Gedung PT Astra International Tbk (Foto: Astra)
Gedung PT Astra International Tbk (Foto: Astra)

Sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII) memutuskan membagikan dividen Rp 9,67 triliun untuk tahun buku 2021. Pembagian dividen tersebut setara Rp 239 per saham.

Pembagian dividen tunai tersebut telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Astra International Tbk Rabu, 20 April 2022. Dividen tersebut termasuk dividen interim Rp 45 per saham atau seluruhnya Rp 1,82 triliun yang telah dibayarkan pada 29 Oktober 2021.

Dengan demikian sisa dividen yang akan dibayarkan Rp 194 per saham atau seluruhnya Rp 7,85 triliun. Dividen final tersebut akan dibayarkan kepada pemegang saham pada 20 Mei 2022. Pemegang saham itu yang namanya yang tercatat dalam daftar pemegang saham pada 10 Mei 2022 pukul 16.00 WIB.

Astra International Tbk mencatatkan laba bersih konsolidasian perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2021 sebesar Rp20,1 triliun.  Sementara itu, laba bersih per saham Rp 499 pada 2021 atau naik 25 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 399. Nilai aset bersih per saham sebesar Rp 4.250 pada 2021, naik 11 persen dibandingkan posisi 31 Desember 2020.

Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan Grup, mencapai Rp30,7 triliun pada 31 Desember 2021, dibandingkan dengan Rp7,3 triliun pada akhir tahun 2020, disebabkan oleh kinerja penjualan yang membaik. Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup tercatat stabil sebesar Rp39,2 triliun pada 31 Desember 2021, dibandingkan dengan akhir tahun 2020.

Kontribusi Divisi Otomotif

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro menuturkan, grup mencatatkan kinerja yang baik pada 2021 terutama didorong peningkatan penjualan di divisi otomotif, yang didukung oleh insentif pajak barang mewah sementara dari pemerintah dan harga komoditas yang lebih tinggi.

"Perekonomian Indonesia telah menunjukkan peningkatan sepanjang 2021, tetapi grup diperkirakan akan tetap menghadapi tantangan dari situasi pandemi yang masih berlangsung,” ujar dia dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 25 Februari 2022.

Ia mengatakan, dengan posisi keuangan yang kuat, grup akan terus fokus mencari peluang bisnis baru untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan grup atas ketangguhan dan kontribusi yang telah didedikasikan kepada grup sepanjang tahun yang penuh tantangan ini,” tutur Djony.

Pada penutupan perdagangan Rabu, 20 April 2022, saham ASII stagnan di posisi Rp 6.900 per saham. Saham ASII dibuka stagnan di Rp 6.900. Saham ASII berada di level tertinggi Rp 6.975 dan terendah Rp 6.825 per saham. Total frekuensi perdagangan 6.207 kali dengan volume perdagangan 533.397 saham. Nilai transaksi Rp 368,6 miliar.

Sepanjang 2022, saham ASII naik 21,05 persen ke posisi Rp 6.900 per saham. Saham ASII berada di level tertinggi Rp 7.075 dan terendah Rp 5.250 per saham. Total volume perdagangan 4.021.860.667 saham. Nilai transaksi Rp 24,3 triliun. Total frekuensi perdagangan 622.309 kali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya