Liputan6.com, Jakarta Emiten pelat merah yang bergerak di bidang farmasi, PT Indofarma Tbk meraih fasilitas pinjaman sebesar Rp 157 miliar dari induknya, PT Bio Farma (Persero). Suntikan dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan restrukturisasi perseroan
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, dikutip Kamis (20/4/2023), rencana transaksi tersebut selambat-lambatnya dilakukan pada 30 Juni 2023.
Dari sisi tarif suku bunga untuk fasilitas pinjaman pihak afiliasi yang ditawarkan yaitu sebesar 7 persen per tahun, lebih rendah dari rata-rata tingkat pinjaman investasi dan pinjaman modal kerja yang berlaku.
Advertisement
"Sumber dana yang akan digunakan perseroan untuk membayar pinjaman dari PT Bio Farma (Persero) adalah dari cash flow perseroan, yang diharapkan membaik dengan peningkatan upaya collection dan peningkatan penjualan baik penjualan tender maupun reguler," tulis Manajemen Perseroan, dikutip Kamis (20/4/2023).
Manajemen menjelaskan, perseroan memerlukan pinjaman dalam rangka restrukturisasi untuk mendukung rencana kerja terutama dalam rangka mendukung percepatan implementasi strategi fokus usaha di bidang alat kesehatan dan herbal sesuai dengan program kerja Holding BUMN Farmasi sekaligus membantu upaya pemerintah di bidang kesehatan.
Pengadaan fasilitas pendanaan dari afiliasi merupakan bagian dari upaya perseroan menata fokus usaha sehingga perseroan mengimbangi dengan melakukan percepatan implementasi strategi fokus usaha di bidang alat kesehatan dan herbal sesuai dengan program kerja Holding BUMN Farmasi sekaligus membantu upaya pemerintah di bidang kesehatan.Â
"Perseroan terus berupaya menyediakan produk farmasi, alat kesehatan, dan herbal sesuai ketentuan yang berlaku dan rencana kerja perseroan," tulisnya.
Strategi Turnaround yang diterapkan dalam rangka menjaga stabilitas dan performa PT Indofarma Tbk dengan perbaikan struktur keuangan untuk pemenuhan permintaan produk, disiplin terhadap pengelolaan keuangan dan collection.Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Rencana Perusahaan
Selain itu, pengelolaan keuangan juga akan difokuskan pada efisiensi biaya, khususnya biaya bahan baku dan packaging, facilities & equipment, serta berupaya untuk menyelaraskan demand (Sales Forecast) dengan supply (Production).
Sehingga nantinya penggunaan shareholder loan dalam rangka restrukturisasi adalah untuk ketersediaan dana kas operasional dalam upaya peningkatan produksi.
Dengan dilakukannya rencana transaksi tersebut maka perseroan dapat memenuhi kebutuhan dalam rangka restrukturisasi perseroan.
"Dengan dana shareholder loan, dalam jangka panjang akan meningkatkan pertumbuhan dari sisi aset.
Di mana likuiditas yang semakin baik, diproyeksikan akan current ratio akan mencapai 101,29 persen dan quick ratio mencapai 50,19 persen pada tahun 2023. Dari sisi solvabilitas, diproyeksikan menunjukkan penurunan yang menunjukan liabilitas perseroan yang semakin cepat berkurang, dimana debt to equity ratio berkisar 1.049,64 persen pada 2023 menjadi 69,30 persen pada 2027," ungkapnya
.
Â
Â
Â
Advertisement