Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyampaikan laporan keuangan konsolidasian untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023 kepada OJK dan BEI.
Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia, Christian Ariano Rachmat mengatakan, pihaknya berhasil mencapai kinerja yang memuaskan di tengah tantangan makro yang signifikan.
Baca Juga
"Operasi batu bara metalurgi paruh pertama 2023 (semester I 2023) yang baik telah menempatkan perusahaan pada posisi yang baik untuk mencapai target volume tahunan. Kami terus mengembangkan pasar bagi batu bara metalurgi Indonesia, dan tanggapan dari para pelanggan membuat kami yakin akan prospek pertumbuhan," ujar dia dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (22/7/2023).
Advertisement
Adaro Minerals Indonesia juga berada pada posisi yang mendukung inisiatif hilirisasi Indonesia melalui smelter aluminium, yang telah mendapatkan pemenuhan keuangan dalam kuartal ini.
"Kami menyambut peluang menumbuhkan bisnis pengolahan mineral secara berkelanjutan dengan penuh semangat, dan tetap berfokus pada eksekusi proyek-proyek strategis secara bertanggung jawab," kata dia.
Adapun pendapatan usaha Adaro Minerals Indonesia pada semester I 2023 naik 6 persen menjadi USD 463,6 juta berkat kenaikan 42 persen pada volume penjualan yang diimbangi dengan penurunan 25 persen pada ASP.
Produk batu bara metalurgi ADMR yang berkualitas tinggi terus diminati oleh produsen baja di pasar-pasar utama seperti Jepang, China, India dan Korea Selatan.
Volume produksi ADMR pada semester I 2023 naik 66 persen menjadi 2,54 juta ton, sesuai target full year 2023 yang ditetapkan lebih tinggi dan dukungan ketersediaan alat berat dan kinerja kontraktor yang solid.
EBITDA Perseroan
Adaro Minerals Indonesia mencatat pengupasan lapisan penutup 7,55 juta bcm, atau naik 116 persen dari semester I 2022, sehingga nisbah kupas tercatat 2,97x untuk semester I 2023.
Beban pokok pendapatan pada semester I 2023 naik 42 persen menjadi USD 210,3 juta, terutama berkat kenaikan volume produksi dan penjualan. Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah naik 11 persen menjadi USD 81,6 juta, biaya penambangan naik 77 persen menjadi USD 45,7 juta, biaya pemrosesan batu bara naik 69 persen menjadi USD 30,9 juta, dan biaya pengiriman dan penanganan naik 56 persen menjadi USD 53,7 juta.
Biaya bahan bakar per liter naik 14 persen secara year-on-year (yoy), dan biaya kas batu bara per ton pada semester I 2023 naik 8 persen dari semester I 2022.
Beban usaha semester I 2023 naik 156 persen menjadi USD 36,0 juta karena kenaikan signifikan pada cadangan untuk pembayaran penetapan pemerintah.
Biaya penjualan dan pemasaran pada semester I 2023 naik 57 persen menjadi USD 5,3 juta, seiring kenaikan volume penjualan. Biaya karyawan naik lebih dua kali lipat menjadi USD 4,5 juta karena perusahaan sedang menambah tenaga kerja seiring pertumbuhan dan ekspansi bisnis.
Perseroan menghasilkan EBITDA operasional USD 235,1 juta pada semester I 2023, atau turun 18 persen dari semester I 2022, dan margin EBITDA operasional untuk periode ini tercatat 51 persen. Laba inti semester I 2023 turun 19 persen menjadi USD 168,4 juta. Penurunan harga batu bara metalurgi dan kenaikan biaya yang diakibatkan oleh kenaikan volume merupakan faktor utama terhadap penurunan profitabilitas.
Advertisement
Aset Adaro Minerals Indonesia
Total aset naik 17 persen menjadi USD 1,34 miliar pada akhir semester I 2023, terdiri dari USD 629,0 juta aset lancar dan USD 708,3 juta aset non lancar. Saldo kas pada akhir semester I 2023 naik 23 persen menjadi USD 454,3 juta berkat arus kas yang kuat. Kas meliputi 34 persen total aset.
Aset tetap per akhir semester I 2023 tercatat USD 456,6 juta, atau naik 13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya terutama dari investasi pada smelter aluminium di KAI dan proyek-proyek infrastruktur di PT Maruwai Coal (MC). Aset tetap meliputi 34 persen total aset.
Properti pertambangan per akhir semester I 2023 turun 5 persen yoy menjadi USD 179,0 juta, yang sejalan dengan produksi. Per akhir semester I 2023, total liabilitas turun 21 persen menjadi USD 578,6 juta. Liabilitas lancar naik 50 persen menjadi USD 204,3 juta berkat kenaikan beban yang masih harus dibayar terkait cadangan untuk pembayaran penetapan pemerintah.
Liabilitas non lancar turun 37 persen menjadi USD 374,3 juta pada akhir semester I 2023 karena pinjaman dari pemegang saham turun 40 persen menjadi USD 336,9 juta karena perusahaan telah membayar sejumlah USD 150,6 juta.
Per akhir semester I 2023, ekuitas telah meningkat 86 persen menjadi USD 758,7 juta karena kenaikan 104 persen pada laba ditahan menjadi USD 577,4 juta.
Belanja Modal ADMR
Pada semester I 2023, arus kas dari aktivitas operasi turun 57 persen menjadi USD 114,8 juta, terutama karena kenaikan pada pembayaran kepada pemasok maupun pembayaran royalti akibat kenaikan volume produksi dan penjualan. Pembayaran pajak penghasilan badan juga naik 141 persen menjadi USD 102,3 juta karena kenaikan profitabilitas pada full year 2022.
Perseroan mencatat arus kas bersih yang digunakan pada aktivitas investasi sebesar USD 49,0 juta pada semester I 2023, karena pembelian aset tetap naik signifikan menjadi USD 42,4 juta pada semester I 2023, yang terkait dengan proyek infrastruktur di MC dan konstruksi smelter di KAI.
ADMR mengeluarkan USD 42,9 juta untuk belanja modal pada semester I 2023, yang terutama terkait dengan proyek infrastruktur di MC dan konstruksi smelter aluminium di bawah KAI. Arus kas bebas pada semester I 2023 turun 49 persen menjadi USD 121,6 juta karena eksekusi rencana investasi.
Setelah rampung, proyek-proyek peningkatan infrastruktur akan mendukung pencapaian target produksi jangka menengah sebesar 6 juta ton per tahun. Konveyor pemuatan tongkang kedua akan meningkatkan kapasitas muat dan meningkatkan kemampuan memenuhi komitmen pengiriman. Peningkatan ini akan memberikan kondisi yang baik untuk memenuhi pertumbuhan produk batu bara metalurgi sesuai perkiraan.
Arus kas bersih yang digunakan pada aktivitas pembiayaan pada semester I 2023 naik 71 persen menjadi USD 125,9 juta, karena ADMR membayar pinjaman sejumlah USD 150,6 juta pada periode ini.
Advertisement